...Jika sudah tiba waktunya ...
...Setiap orang akan berhenti menjalani...
...Apa yang selama ini dia perjuangkan. ...
...Mungkin sudah sampai atau sudah lelah. ...
...-Boy Candra- ...
...***...
Bahkan jika kamu menanyakan bagaimana bisa aku jatuh hati padamu? Maaf, aku sendiri saja tidak tahu sebab aku mencintaimu. Cinta mengalir begitu saja, jatuh hati pada orang yang tak pernah aku sangka sebelumnya.
Ku nikmati perjalanan yang mulus, sunyi dan lenggang jalanan menuju rumahku. Kutarik nafas panjang dan menghembuskannya. Sekelebat bayangan masa kecil ku yang menyedihkan menutupi pandanganku.
Dulu aku adalah seorang korban bully. Aku sering mendapat perlakuan kasar dari teman-teman sekolahku bahkan keluargaku. Aku benci pada diriku sendiri kenapa hidup tega mempermainkanku. Aku benci kenapa aku harus ada didunia ini, hanya untuk membuat mereka puas tertawa ketika aku menangis, menjadi tempat luapan segala emosi yang mereka rasakan.
Aku selalu menggap kelahiranku adalah sebuah kesalahan. Kadang aku memaki Tuhan karna dia tidak mau mempercepat proses hidupku. Sepanjang hidupku terisi dengan luka. Hati, fisik bahkan psikis.
Tapi sekarang aku mengerti semakin dewasanya diriku, aku terbiasa dengan luka bahkan bersahabat dengannya. Mungkin terdengar gila tapi itu kenyataannya. Orang-orang yang ku sayangi ternyata adalah orang-orang yang selalu membuatku terluka.
Hidup ini terkadang lucu bahkan aku sering menertawakan diriku sendiri betapa pecundangnya aku didunia ini. Betapa lemah dan tak berdayanya diriku, bahkan aku merasa seperti semut yang terkadang bisa terinjak kapanpun dan seperti bayangan yang seakan tak kasatmata.
Memasuki pekarangan rumah ku sekali lagi kehembuskan napas lelah. Andai kalian tau ingin rasanya bertukar peran. Selesai memarkirkan mobil di dalam garasi ku buka pintu yang langsung menghubungkan dapur dengan ruang tamu. Ku langkahkan kaki dengan cepat menaiki anak tangga langsung menuju kamarku.
Hari ini aku harus mengatakannya secara langsung pada Agas. Sembari mematut diri dicermin ku tatap diriku yang lain disana dengan tersenyum. Ah tidak yang pasti tidak dengan senyum yang bisa menyentuh hati.
Tiiiin.. Tiiiiinnnn
Suara klakson mobil membuyarkan lamunanku. Dengan sigap, ku sambar tas sling bagku dan berjalan menuruni anak tangga dengan berlari kecil. Terdengar suara ketukan pintu disana, buru-buru ku putar knopnya dan membawanya kearah belakang.
"Yuuuuk" katanya tanpa basa-basi dengan wajah datar tanpa ekspresi. Entah bagaimana ibunya bisa melahirkan anak seperti Agas. Jutek, cuek, kalo ngomong irit, kadang temperamen, hobinya ngambek.
Ku tutup pintu mobil Agas dan duduk dengan semestinya. Emang yang ga semestinya gimana List? Ya intinya sewajarnya. Ku lirik wajah Agas yang sangat, entahlah sudah bertahun-tahun aku selalu melihatnya. Alisnya, matanya, hidungnya, bahkan bibirnya yang harus ku akui menggoda. Sangat. Normal kan?
"Kita mau kemana Gas? " kataku sembari memainkan ponselku. Lebih tepatnya menghapus semua chat dari cowok. Agas bisa langsung membunuhku seketika kalo tau, bisa dibilang Agas setengah psikopat saat cemburu.
"Ke plaza semanggi, ada yang mau aku beli. Oh iya kamu udah makan siang yang?" oceh Agas yang tetap fokus pada jalan dan aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Yaudah nanti sekalian kita makan disana" katanya lagi seraya melirik kearahku sekian detik dengan senyumannya.
Setelah beberapa jam berbagi oksigen dalam mobil akhirnya kamipun sampai juga di tempat tujuan kami. Agas berjalan mendahului ku seperti biasanya jangan berharap dia berhenti dan menengok kebelakang untuk menarik tanganku. Melirik kesamping saja seakan lehernya mau patah.
"Gas. Jangan cepet-cepet dong jalannya" kataku seraya ikut mempercepat langkah berusaha mensejajarkan diri dengannya.
"Ck. Kamu bisa ga sih cepetan. Apa-apa lama" cibirnya yang membuatku seperti tersengat lebah. Sakit.
Pengen banget getok pala orang pake batu bata
Keluhku dalam hati berbarengan dengan hembusan nafas lelah.
"Sabar lis cobaan. Pacaran sama bongkahan es emang kudu nyiapin hati yang lebar kayak lapangan GBK" gumamku kecil berharap Agas tuli sementara.
Kadang aku merasa waktu berlari saat bahagia menghampiri dan berjalan lambat saat pedih mengikis hati. Sekuat apa aku, kalo cobaan terberatku..adalah kamu.
Kadang aku merasa waktu berlari saat bahagia menghampiri dan berjalan lambat saat pedih mengikis hati. Sekuat apa aku, kalo cobaan terberatku..adalah kamu.
Aku pernah mencintai dan terluka secara bersamaan dulu. Tapi kamu membuatku terluka disaat mencintai. Entah yang mana yang paling menyakitkan, Aku tidak tahu.
"Hey sayang? " lambaian tangan Agas membuyarkan lamunanku. Aku sedang membantu Agas memilih sepatu yang memang sejak awal sudah dia masukkan ke dalam daftar 'Must have' nya.
"Eh.. I.. Iya Gas? " jawabku tergagap akibat lamunanku.
"Kamu ga dengerin aku ya dari tadi? " katanya sembari bersedekap melihatku.
"Maaf" jawabku sembari memamerkan deretan gigiku. Terpaksa sebenarnya.
"Yaudah jadi aku harus beli yang mana? Yang biru dongker atau yang abu-abu?" katanya lagi sembari menimbang-nimbang dua pasang sepatu yang ada ditangannya.
Setelah beberapa jam menimbang-nimbang dan akhirnya membeli salah satu, kami pun melanjutkan untuk mampir ke salah satu tempat makan yang ada didalam pusat perbelanjaan ini. Pilihan kami jatuh pada makanan yang menjual aneka sushi. Berhubung kami memang suka makanan Jepang kami pun memutuskan untuk makan disitu.
Di tempat makan..
"Sayang kamu kenapa sih dari tadi bengong terus? " kata Agas memulai percakapan sembari menunggu pesanan kami datang.
"Aku? Ah.. Enggak kok, cuma ngerasa pegel-pegel aja badan aku yang" dustaku. Berharap Agas tidak mencurigaiku.
"Aku boleh pinjem hp kamu ga? " kata Agas yang membuatku mematung. Oh my. Gawaaaaat.
Kemudian pesanan kamipun tiba. Untungnya Agas tidak melihat kepanikan yang menelanku hidup-hidup saat ini juga. Dihadapannya.
Tenang aja lis semua contact, chat, inbox aman. Jangan panik apalagi takut. Bisa mati beneran lo hari ini.
Batinku dalam hati yang membuatku gugup, rasanya seperti jantungmu ingin keluar dari tempatnya. Mau tidak mau ku berikan ponselku padanya, aku pun hanya pasrah berharap aku tidak kelupaan sesuatu disana.
"Lis, aku orang yang paling ga suka dibohongin" katanya lagi sambil tersenyum dan mengembalikan ponselku.
Skakmat sudah Lis..
"Iya Gas. Aku usahain selalu jujur sama kamu" jawabku sembari tersenyum dan melahap sushi terakhirku dengan gugup yang masih mendekapku.
Selesai makan kamipun menuju tempat parkir. Hari ini kami tidak berencana kemana-mana lagi menghabiskan satu hari ini. Jelas, kalo pun itu terjadi aku adalah orang yang akan mencari cara agar hari ini cepat berakhir dan aku tidak harus merasa ketakutan setiap detik saat bersama Agas.
Bayangkan duduk berhadapan dengannya langsung, seperti sedang menunggu proses persidangan. Dan kita adalah terdakwa, menunggu sebuah keputusan, hukuman apa yang pantas untuk orang yang mencoba ingin mendua.
Dan ku pastikan malaikat maut sedang melambaikan tangannya padaku. Ku buka pintu mobil Agas yang sudah tidak terkunci dan masuk ke dalam, berusaha mencari posisi ternyaman.
Lo harus bisa omongin apa yang ada dihati lo List. Lo harus siap
Batinku bersuara mengingatkan. Sekali lagi aku terjebak pada hal yang sulit. Seharusnya aku melepasmu. Namun, separuh dariku masih mempertahankanmu dan separuhnya lagi masih mengharapkan amat sangat berada disisimu. Meski ku tau bertahan sendirian itu menyakitkan.
Sesampainya di kompleks perumahan kami..
"Gas ada yang mau aku omongin ke kamu" Agaspun menghentikan mobilnya sesaat dan menoleh kearahku aku pun melakukan hal yang sama.
"Iyaaa? " katanya sembari menunggu kata-kata yang akan keluar dari bibir mungilku.
Ku tarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan..
Lo bisa Calista. Come on..
"Aku mau kita break selama seminggu" tembakku langsung sembari melihat ekspresi wajah Agas. Ekspresi yang Agas berikan hanya datar tak ada senyum, sedih atau marah.
Maaf Gas, gue selalu nyakitin lo..
Keluhku dalam hati mengutuk tindakan bodoh yang kulakukan beberapa detik yang lalu.
"Gas? " kataku yang menunggu jawaban darinya. Aku tau ini sangat amat menyakitkan. Kalo emang lo sayang seharusnya lo tetap tinggal List, kalo lo mau pergi ya pergi. Jangan bersembunyi dibalik kata 'Break' dasar Bodoh.
Tak ada yang berbicara satupun. Keduanya tenggelam pada pikiran masing-masing. Menentukan dan mencoba menegaskan pada hati, siapa yang mereka cintai.
"Aku mau kita instropeksi diri Gas. Kamu tau Gas? Kita adalah dua orang yang pernah terluka sebelum akhirnya bersama dan saling melukai." kataku lagi sembari mengusap pipinya sayang.
Hal terberat dalam hidup adalah pergi dari kamu yang selalu ku sebut namanya dalam doa.
"Kalo itu yang terbaik buat kita kedepannya, aku terima List. Asal kamu ga bohong sama aku, aku harap selama kita break kita bisa saling jaga hati" akhirnya Agaspun membuka mulutnya.
Aku pun hanya mengangguk tak sanggup berkata apapun, karena hal terberat adalah pergi dari tempat yang membuat kita nyaman hanya untuk mencari sedikit kebebasan tapi belum tentu yang kita cari bisa membuat kita nyaman. Kemudian Agas mencium keningku lama tanpa disadari butiran bening mengalir Indah pada pipiku.
Entah kenapa rindu adalah kata paling terindah untuk mengingatmu didetik yang akan datang. Entah kenapa aku seperti benar-benar akan kehilangan sosokmu bahkan rasa yang kau coba untukku.
Aku sangat amat mencintaimu meskipun kamu tidak pernah tau seberapa besarnya..
Happy Reading Guys 😄
Jangan lupa tinggalkan jejak ya? 😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments