...Kalo emang nyamannya ...
...Sama satu orang, ...
...Ngapain lagi harus berpaling ...
...Ke yang lain dan ngulangin ...
...Siklus yang sama. ...
...***...
Aku ga tau Gas kenapa sampai saat ini aku susah ngejauh dari kamu, aku yang dulu berlari mengejar kamu yang ada didepan menjadi berbalik berjalan berlawan arah. Logikaku berkata berhenti tapi hati aku berkata berjalanlah disampingnya. Yaitu Kamu..
"Gaaas, aku capek jangan cepet-cepet jalannya" kataku setengah berteriak ke Agas yang berjalan didepan ku.
Kalian kira kami seperti pasangan umum lainnya? Jawabannya sama sekali tidak. Bertahun-tahun pacaran bergandengan tangan ditempat umum saja kami tidak pernah. Ini serius kami memang pasangan aneh, lihat saja terkadang Agas berjalan mendahuluiku. Menyebalkan.
"Katanya mau pulang? Ayooo cepetan" komando Agas yang berhenti mendadak didepanku dan berbalik ke arahku seraya bersedekap.
Ingin mengumpat rasanya..
"Tapi aku capek Gas, jangan cepet-cepet juga jalannya" lo ga kasian apa sama gue? Gara-gara lo gue jadi susah jalan. Dasar cowok ga peka. Lanjutku dalam hati.
Seketika Agas bergeming ditempat, kulihat kerutan di dahinya menandakan dia sedang memikirkan sesuatu. Sepersekian detik tubuhku melayang dan itu karna Agas. Dia membuat gerakan cepat menggendongku ala bridal style menuju parkiran mobil saking terkejutnya aku sampai mengalungkan tanganku dilehernya.
Beberapa pasang mata melihat ke arah kami yang mungkin situasi seperti ini hanya ada dalam drama-drama yang sering ku tonton atau bahkan novel-novel yang sering ku baca. Kemudian Agas menurunkanku didepan pintu mobilnya seraya merogoh saku celananya untuk mencari kunci mobil, setelah pintu terbuka kami pun segera masuk dan menutupnya kembali. Dan mobil Agas pun melaju kembali membelah Jakarta.
Sesampainya dirumah..
"Lis? Aku pulang ya? Jangan tidur malem" seraya mencium keningku. Aku pun mengangguk tanda mengiyakan. Kemudian aku keluar dari dalam mobil Agas dan melihat mobil Agas berlalu begitu saja. Entah apa yang kurasakan, perasaan hampa, penyesalan, kecewa, bahkan lelah.
"Hmmmm" ku hembuskan nafas lelah. Ya, jujur saja aku lelah bertahan dengan laki-laki yang mempunyai Ego tinggi seperti Agas, kadang aku merasa dibiarkan bebas seperti burung di udara, kadang aku seperti tawanan dalam penjaranya. Adakah yang lebih buruk dari itu?
Aku berjalan memasuki pekarangan rumahku dan masuk ke dalam rumah. Sebelumnya aku sudah meminta izin pada ibuku untuk pergi bersama Agas tapi dia sama sekali tak meresponnya. Aku paham situasi seperti ini. Beliau tahu kalau Agas berbeda keyakinan denganku.
Ku lihat keadaan sekitar rumah sangat hening, mungkin mereka sedang makan malam. Sayangnya aku sudah makan diluar. Ku putuskan untuk segera pergi ke kamarku dan membersihkan diri. Lelah yang melanda membuatku ingin tidur lebih awal. Pastinya tidur adalah bentuk terbaik dalam sebuah pelarian jika kamu benar-benar lelah dengan apapun. Berharap besok aku terbangun dan melupakan semuanya.
****
Mentari mengusik tidurku yang lelap. Ku buka perlahan mataku untuk menyesuaikan dengan cahaya sekitar. Kemudian meraba atas nakas untuk mencari ponselku.
"Ck. Awalnya doang ucapan selamat pagi dikirim setiap hari, saking lamanya pacaran sampe kangen diucapin 'Selamat pagi' tiap hari" gumamku seraya mengerucutkan bibirku sebal.
Mendengar keributan dari luar aku segera bangkit dengan nyawa yang masih berpencar berjalan perlahan menyambangi pintu kamarku
"Booooo" teriak seseorang yang mengejutkanku yang baru saja ingin memutar knop pintu. Rasanya ingin menendangnya sampai ke pluto.
"Jantung cuma satu loh Dir, ga dijual dipasar" cetusku kesal. Bagaimana tidak dia mengejutkanku dengan membuka pintu kamar begitu saja.
"Lagi tidur kayak kebo, dibangunin susah banget. Harus disiram air dulu sepertinya" ledek Aldira yang tidak lain mencibirku secara halus.
"Salahkan saja pada kasur yang lebih posesif dibanding Agas" keluhku seraya memasang pupy eyes.
"Jijik lo. Mandi sana, untung ngampusnya diundur karena rapat dosen kalo enggak gue tinggal lo" kata Aldira ketus seraya bersedekap masih Setia didepan pintu.
"Oke gue mandi. Btw kata orang jaman dulu kalo berdiri didepan pintu jodohnya jauh loh dir" kataku sembari menaik-turunkan alis meledaknya.
"Setan" katanya sembari menoyor kepalaku kebelakang. Ck. Pagi-pagi dibikin kesel sama anak songong yang satu ini.
"Sakit Dir. Nanti gue jadi bego tanggung jawab lo" kataku sembari mengelus jidat dan berjalan kearah kamar mandi. Hmm pagi yang... INDAH
****
PENGERTIAN ANATOMI dan FISIOLOGI ANATOMI \=> bahasa YUNANI terdiri dari ana yang artinya memisah - misahkan atau mengurai dan tomos yang artinya memotong - motong. ANATOMI \=> Mengurai dan memotong. FISIOLOGI \=> Ilmu yang mempelajari faal, fungsi atau pekerjaan dari tiap jaringan tubuh atau bagian dari alat tubuh ...
Sesekali aku menguap mendengar penjelasan dosen sudah dua jam ku habiskan untuk setia duduk dengan tenang.
"Pssssttt. Calista" ku dengar suara-suara gaib disekitar ku, ku tolehkan kepalaku mencari asal muasal suara itu dan ternyata dugaan ku benar. Luke Wijaya.
"Apaan sih berisik lo" jawabku ketus tapi dia sepertinya kebal dengan sikapku. Menyebalkan.
"I Love you" dengan suara khas berbisik dan langsung ku hadiahi tatapan membunuh yang dibalasnya dengan senyuman mautnya.
Sarap nih cowok..
Keluhku dalam hati seraya bergidik ngeri melihatnya. Ingin rasanya cepat -cepat keluar dari kelas. Tiba-tiba Axel menepuk pundakku dan memberikan sebuah surat padaku. Dengan tatapan bingung dan wajah bertanya yang kentara Axelpun langsung menjawab..
"Dari Luke" bisiknya seraya menahan tawa. Langsung saja ku sambar surat itu dan membacanya. Cuma tiga kata tidak penting 'I Love you' refleks aku menoleh kearahnya dan dia meliriku seraya tersenyum dengan tangan yang memangku dagu. Tiba-tiba saja sebuah ide gila langsung muncul dalam otak ku. Ku sobek surat yang ada ditanganku dan langsung melayangkan jari tengahku padanya.
Aku pun memilih untuk fokus ke depan kembali mengabaikan apapun yang menurutku mengganggu karena rasa kantukku benar-benar sudah hilang sekarang. Mujarab sekali.
Lalu dosen membagikan kelompok untuk mempraktekkan cara menensi yang benar menggunakan tensi meter dan tak lupa cara menggunakan stetoskop untuk mengetahui detak jantung normal atau tidak serta mengecek kadar gula darah, kolesterol dan asam urat. Ya, setidaknya hari ini aku bisa melupakan sejenak pikiranku yang berkabut dengan cara menyibukkan diri.
Jatuh Cinta sama kamu tuh kayak gini Gas, bikin jantung berdetak tidak pada normalnya dan bertahan sama kamu tuh bisa menyebabkan resiko tekanan darah. Gapapa Gas aku udah biasa bahkan sanggup mengatasinya.
Cuma satu yang ga aku bisa, menyembuhkan hati yang terluka karna kamu..
Jatuh Cinta sama kamu tuh kayak gini Gas, bikin jantung berdetak tidak pada normalnya dan bertahan sama kamu tuh bisa menyebabkan resiko tekanan darah. Gapapa Gas aku udah biasa bahkan sanggup mengatasinya.
Cuma satu yang ga aku bisa, menyembuhkan hati yang terluka karna kamu..
Dengan pikiran yang berkelana entah kemana membuatku tidak fokus saat ini, bahkan saat praktek..
"Nadi lu mana sih Lis? Susah banget dicari" keluh Fellicia yang menempelkan dua jari tangan kanannya, telunjuk dan jari tengahnya seraya meraba mencari denyut nadiku. Terlihat jelas kerut dikeningnya.
"Kalo tangan kiri cari nadinya dibawah jempol, terus arterinya disebelah kanan lekukan lengan. Lo raba-raba aja Fell" kicauku padanya yang menggerakkan jari tangannya sesuai petunjukku.
"Terus kalo tangan kanan gimana? Kebalikannya kan?" katanya sembari menensiku memperhatikan jarum yang berhenti pada angka 70/80 bergerak menurun pada alat tensimeter.
"Anemia lo kambuh tuh, lagi dapet ya lo?" katanya sembari mencatat laporan pada selembar kertas, kemudian menegakkan kembali kepalanya menunggu jawabanku. Aku pun menggelengkan kepala sebagai jawaban.
Gue emang lagi kambuh Fell, banyak pikiran..
Mengambil alih stetoskop dari lehernya dan bergantian melakukan praktek chek up dasar padanya seperti yang dia lakukan padaku.
"Fell? Detak jantung lo mana sih kok ga bunyi sih?" kataku sembari menggerakkan stetoskop ku.
"Ck. Ya lo jangan ngomong lah, berisik makanya gak kedengaran. Ditekan alatnya ke sekitar dada jangan lo gerakin doang" kicaunya yang ku tanggapi dengan manggut-manggut ala boneka pajangan yang ada di mobil.
"Mana jam tangan yang akurat? Nanti gue takut salah itung. Selama satu menit harus kita itungkan detaknya?" kataku pada Felicia yang meminta jam tangan yang dia gunakan tadi dan diangguki olehnya seraya memberikan jam tangan padaku.
"Jangan lupa bunyinya 'Dup-lup' detak jantung normal kalo lebih dari itu ada kelainan jantung." beo Fellicia yang ku angguki tanda mengerti.
"Fell kok detak jantung lo aneh sih bunyinya?" kataku dengan wajah datar. Seketika raut wajah Felli berubah dengan menautkan alisnya menatapku.
"Apa bunyinya?" katanya dengan raut wajah panik yang sengaja ia sembunyikan. Aku sedang mengerjainya kok bukan bermaksud serius. Sembari menahan senyum melihat wajah Felli yang aneh.
"Bunyi nama 'Doi' Fell so sweet.." kataku dengan tawa yang meledak melihat Felli merengut kesal.
Matkul hari ini pun telah usai ditandai dengan mengumpulkan hasil laporan praktek kami hari ini. Kami pun (Aldira, Jihan, Ivana, Fellicia dan Aku tentunya) berjalan menuju kantin. Setelah sampai kami duduk ditempat yang masih kosong dan mulai memesan makanan kami masing-masing.
Dan dimulailah curhatan kami..
"Oiya gue minta pendapat dong dari kalian semua.." Jihan mulai membuka percakapan.
"Tentang..?" tanya Aldira
"Tapi lo pada diam-diam aja ya? Soalnya ini masalah pribadi gue sama abang gue. Gue berantem hebat sama Abang gue, abang gue lebih percaya dan milih cewek itu dibanding gue, adiknya sendiri. Gue ga abis pikir, kok tega banget dia, abang gue sendiri kayak gitu. Hampir seminggu ini gue nginep dirumah tante gue, gue ga kuat disalahin mulu sama dia. Gue benci banget sama tuh cewek." kata Jihan yang mulai curhat mengeluarkan isi hatinya..
Kami semua terenyuh melihat raut kesedihan dan sakit hati yang terlihat jelas pada wajahnya. Tak ada satupun yang membuka suara, semua nampak berfikir mencoba mencari solusi atau hanya sekedar mencari cara menenangkan sahabat kami yang satu ini.
"Han, semua orang pasti punya masalahnya sendiri, pada porsinya masing-masing. Belajar dewasa dari setiap masalah yang ada. Kalo lo dikasih masalah kayak gini itu tandanya lo kuat" kataku mencoba menenangkan kesakitan yang coba ditahan olehnya.
"Calista bener Han, hidup itu butuh masalah supaya kita bisa naik level menjadi manusia yang lebih baik lagi" sambung Aldira sembari menyesap lemon teanya.
"Kalo pun abang lo berubah pasti suatu saat dia bakal sadar dan menyesal karena mau gak mau dia masih butuh elo Han. Inget darah lebih kental dari pada air Han" timpal Ivana sembari mencampur adukkan seblak setannya.
"Kalo yang nyetrum-nyetrum dilidah itu soda namanya" celotehku berusaha mencairkan suasana
"Apaan sih Lis, orang lagi serius juga" tembak Fellicia yang membuat kami semua tertawa.
Terkadang kita tidak bisa menyalahkan keadaan atau situasi yang terjadi dalam hidup kita, semua sudah ada waktunya. Bahagia, kecewa, sakit hati, pertengkaran yang terjadi entah pada siapapun semua sudah digariskan pada masing-masing dari kita..
"Gue juga mau cerita ke kalian, tentang Kak Dimas. Gue.. Gue.. " ungkap Fellicia yang menginterupsi tawa kami, kami semua pun kembali serius menunggu lanjutan cerita Felli.
"Gue apa?" Tanya Aldira tak sabar
"Gue.. Gue putus" jawab Fellicia sambil menundukkan kepalanya
"Kok bisa..? " tanya Ivana penasaran
"Selama 4 Bulan ini gue pacaran sama dia ternyata dia masih pacaran sama orang lain. Parahnya lagi lebih dari satu orang" jawabnya lesu. Seketika Jihan langsung memeluknya sembari mengelus punggung mencoba menenangkan Felli yang menangis sesegukan.
"Demi apa? Brengsek banget tuh cowok" kataku dengan nada menahan emosi.
"Terus lo tau darimana? Kurang ajar banget tuh cowok" sahut Aldira yang tak kalah kesalnya denganku.
Dan curhatan kamipun berlanjut sampai Fellicia merasa lebih baik perasaannya.
Sekali lagi bahkan sebuah pertemuan dan perpisahan seseorang pun telah diaturnya.. Entah akan berakhir Bahagia atau airmata nantinya.
Waktu berjalan begitu cepat ketika sebuah temu terjadi hingga perpisahan pun menjemput. Untuk apa kita bertahan dengan orang yang tak pantas untuk diperjuangkan? Untuk apa airmata kita berikan saat dia tak memperdulikan? Bagai memeluk sebuah bayangan. Jika dia bukan untuk mu, maka berhentilah. Menyakiti diri sendiri untuk seseorang seperti itu adalah hal yang sangat Bodoh. Itukah yang kau sebut dengan Cinta?
Happy Reading 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments