...Aku...
...Hanya penikmat senyumu,...
...Bukan pemilik...
...Apa lagi penyebab....
...Mengagumimu dari jauh saja...
...Itu sudah cukup bagiku....
...***...
Sepeninggalan Agas, aku kembali masuk kedalam gerbang. Pergerakanku terhenti begitu saja saat seseorang berhenti didepan rumahku
"Sore tante, ada apa ya?" tanyaku ramah pada seorang wanita paruh baya yang seumuran dengan ibuku dan ya, aku mengenalnya.
"Ada mama kamu nak?" tanyanya sangat ramah, sedetik aku berpikir kemudian melirik kebelakang wanita paruh baya itu, ku tatap seorang laki-laki yang kira-kira usianya selisih dua tahun diatasku.
Laki-laki itu duduk diatas motor kekar dengan senyum manisnya yang memang dari dulu aku sudah akrab dengan senyuman itu tapi entah kenapa kali ini berbeda. Apalagi, saat dirinya juga melihat kearahku.
"Oh, i.. iya tante ada. Silahkan masuk dulu tante" kataku dengan gugup, yang mudah sekali terbaca.
"Mas, masuk dulu ayuk gak sopan loh" kata wanita paruh baya itu pada anak laki-lakinya.
Berasa ketemu camer terus ini sesi lamaran resmi
Batinku salah tingkah. Kemudian aku mengantarkan mereka ke ruang tamu dan beruntungnya orang tuaku khususnya ibuku sudah berada dirumah. Mereka sedang menonton TV dan aku mengatakan pada ibu bahwa ada tamu dirumah
"Bu, ada mamanya Mas Mario tuh diruang tamu" kataku pada ibu sembari memajukan dagu kearah ruang tamu.
Melihat hal itu Ibuku bergegas menemui mereka dan aku berjalan menaiki tangga menuju kamarku. Jujur, aku ingin tahu sekali apa yang mereka bicarakan tapi aku mengurungkan niatku menguping pembicaraan mereka yang membuatku bisa saja meghayal, meskipun kemungkinan terjadinya 0,0000001%
Alhasil setelah memasuki kamar, langsung saja ku lemparkan tas ku dan berjalan dengan santainya ke kamar mandi untuk membersihkan diri, kemudian berganti pakaian kaos oblong dress sepaha dengan bawahan hotpants.
Merogoh tas mencari ponselku, aku menyalakan musik dan mulai merebahkan diri di kasur seraya menyumpal kupingku dengan earphone. Entah bagaimana lagu Terpesonanya gleen fredly membiusku, membuatku mengingat kejadian beberapa menit yang lalu berlangsung. Tatapan matanya, bahkan senyumnya Mas Ryo bisa membuat jantungku meletup seperti pop corn. Luar biasa.
Rasanya aneh, kenapa rasa ini muncul kembali? Kau tahu, aku dulu pernah mempunyai rasa pada mas Ryo tapi hanya sebatas kagum dan perasaan itu semu hanya sementara, berbeda dengan sekarang.
Mungkinkah..
****
"Non bangun non sudah siang" aku terbangun mendengar teriakan dan ketukan pintu dari mbok Surti, rasanya sulit mengumpulkan nyawa saat kita lelah sekali dan dipaksa untuk segera bangun dari tidur cantik kita.
"Iya mbok" teriakku. Aku yang masih mengumpulkan nyawa duduk ditepi ranjang dengan kaki terlipat diatas kasur tiba-tiba terpekik melihat jam dindingku. Terlambat. Greaaaat!!!
Njiiiiir telat gue
Teriakku kalang kabut sampai-sampai aku terjatuh dari kasurku yang membuat lututku biru dan sakit sekali.
"Astaga naga. Demi kerang ajaib, ngapain lu ngerayap dilantai Lis? Bukannya mandi" toa seorang perempuan yang entah sejak kapan sudah berada di area terlarangku.
"Ini juga mau mandi tau, jatoh nih gara-gara doi" aku menunjuk sisi ranjangku dan menyalahkannya atas musibah yang membuatku semakin terlambat.
"Buruan, lelet banget lo kayak siput" cibir Aldira. Yang ku balas dengan jari tengah sembari menjulurkan lidahku.
Setelah insiden nahas tadi pagi, kami pun sudah tiba dikampus, yah untungnya kami tidak terlambat tapi hampir, tetap saja telat Lis.
Sepanjang mata kuliah aku memang tidak fokus, di kala bosan melanda ku puguskan untuk membuka sosmed ku. Untungnya aku jauh dari penglihatan dosen. Aku lupa sejak kapan aku berteman dengan mas Ryo di instagram.
Dibuat penasaran akupun membuka akun instagram mas Ryo, kebanyakan foto-fotonya di kapal. Ya, dia adalah seorang pelaut, waktu itu kami satu SMA tapi aku tidak pernah tau kalau dia melanjutkan pendidikan ke sekolah pelayaran.
Kemudian, aku melirik sekitarku memastikan situasi ku dan berusaha tetap menyesuaikan diri pada mata kuliah ini yaitu Biokimia. Tanpa sengaja pandanganku bertemu dengan Luke Wijaya dan dia tersenyum sembari memajukan bibirnya memperagakan orang yang ingin mencium kekasihnya dari jarak jauh. Menjijikkan.
Ya Tuhan jauh kan hamba dari sayton disebrang sana
Keluhku dalam hati sembari bergidik ngeri.
Seusai mata kuliah, kami ada jam kosong di kelas yang kemudian kelas ini kami sulap menjadi bioskop kecil. Tidak hanya anak Kesehatan Masyarakat saja yang ada di kelas ini tapi anak Perawat pun bergabung dengan kami.
Selesai menonton film ada peristiwa langka di kelas, ada seorang cowok dari anak Perawat menyatakan perasaannya pada temanku. Tapi cowoknya itu sungguh pemalu bahkan untuk menyatakan perasaanya, aku yang greget sendiri melihatnya pun ikut membantu.
"Jadi gimana Sy diterima gak? Kasian si.. Siapa nama lo tadi?" Tanyaku pada laki-laki yang ada disebelah kiriku.
"Damar" jawabnya lemah lembut.
Buset cowok lemah lembut banget
"Jalanin aja dulu sebagai teman, aku belum bisa jawab sekarang karna kamu gak bisa benar-benar utarain perasaan kamu" jawab Sisy yang membuat ekspresi Damar berubah.
Cinta memang tidak bisa dipaksa bukan? Jatuh Cinta, mencintai dan dicintai itu hak semua orang. Kalau dia memang takdir yang di tulis Tuhan buat kita dia pasti akan jadi milik kita.
"Yah, sabar ya Dam. Itu tandanya lo harus berjuang dapetin dia" kataku menyemangati Damar sambil menepuk-nepuk bahunya.
"Makasih ya Lis" jawabnya sambil tersenyum.
Gokil juga nih cowok, udah ditolak masih bisa senyum lagi
"Lis, ayo balik ! Ngapain sih lo di kelas" kata Aldira yang menarik tanganku untuk segera keluar dari kelas.
"Yaaaampun tangan gue cuma dua loh Dir kalo copot gimana?" cibirku menahan perih ngilu gimana gitu.
"Iya maaf deh" katanya seraya nyengir kuda.
Untung temen tersayang kalau bukan udah gue lempar granat
Bukannya ke parkiran mobil kami belok dulu ke kantin dan disana juga sudah ada teman-teman kami yang lain
"Berduaan mulu cie kayak lubang idung" celetuk bang Ami.
"Emang situ, sendiri mulu macam jomblo" bela Jihan dan tawa kami pun pecah seketika. Cuma beberapa orang tapi rame banget kayak sekomplek.
"Eh gue balik dulu ya?" kataku kepada mereka.
"Yaelah buru-buru banget sih, disini aja dulu sebentar" kata Fellicia
"Iya pulang nya ntar aja napa" kata Ivana yang setuju dengan perkataan Fellicia.
Aku dan Aldira tampak berpikir sejenak sebelum kami mengiyakan. Akhirnya kami memutuskan untuk menunda jam pulang kami dan memenuhi permintaan mereka.
Setelah hampir satu setengah jam kami pun benar-benar memutuskan untuk pulang. Bukannya kami tidak ingin berlama-lama, tapi ya kalian tau lah rumah kami juga tidak bisa di bilang dekat dari kampus dan juga kami lelah karena otak kami di paksa bekerja dari pagi.
Setelah berpamitan dengan mereka kami pun menuju parkiran. Hari ini Dira ada janji dengan Rizaldi Mahendra yang biasa aku panggil bang Ijal karena umur kami yang terpaut tiga tahun, jadi kami membawa kendaraan masing-masing. Dira dengan march merah kesayangannya dan aku dengan brio silver kesayanganku. Kami pun berpisah dikampus.
Hari ini rencananya aku ingin ke toko buku tapi sebelum itu aku memutuskan untuk kembali kerumah dulu mengganti baju seragamku.
"Ck. Masa gue ke toko buku make seragam gini, nanti dibilang 'mbak' parahnya lagi 'Bu' yaaaaampun" gerutuku sembari menggelengkan kepala membayangkan hal itu.
Setelah tiba dirumah langsung saja aku menuju kamar, bergegas menuju kamar mandi dan bersiap ke toko buku.
Selesai bersiap aku pun melajukan mobilku menuju toko buku. Tapi sebelum itu aku harus bersabar dengan kemacetan ibu kota ini. Oh My.
Sama macet aja aku sabar banget bertahan, apalagi sama kamu Gas.
Ngomong-ngomong soal Agas, hari ini dia tidak bisa menemaniku ke toko buku karena dia ada jadwal kuliah sore, sungguh sesuatu hal yang membuat ku kesal, tapi ya sudahlah.
Akibat di landa kebosanan akhirnya aku memplay musik. Setengah jam yang sia-sia tidak ada tanda-tanda pergerakan, sungguh ingin mengumpat rasanya. Mungkin ada kecelakaan atau semacamnya.
Dan Pada Akhirnya aku sampai juga..
Setelah memarkirkan mobilku aku pun buru-buru memasuki toko buku dan bau khas dari buku-buku sudah menyambutku. Aromanya membuatku tersihir, tanpa ba bi bu langsung saja aku mencari buku yang ingin ku beli, ku telusuri satu persatu rak buku lebih tepatnya bagian rak buku komik Jepang sejenis Nakayoshi tapi ternyata aku tak mendapatkan apa-apa, karena telah kehabisan stock akhirnya aku berpindah ke deretan novel.
Melihat deretan novel ini ada sesuatu di hati yang, entah kenapa ingin sekali suatu hari nanti orang-orang datang mencari novelku yang terpajang bersama deretan novel lain dalam kategori best seller.
Ku telusuri satu persatu dan akhirnya aku menemukan satu novel karya Boy Candra. Tertarik dengan sinopsisnya, aku pun memutuskan untuk membelinya. Setelah membayar novel tersebut aku keluar menuju parkiran mobil dan mulai melajukan mobilku kembali kerumah. Beruntung jalanan mulai lenggang dan aku pun tidak terjebak macet seperti awal berangkat tadi. Menyebalkan.
Begitu sampai dirumah, aku langsung masuk ke kamar dan mulai membaca novel yang baru ku beli tadi. Sungguh betapa indahnya kata-kata yang tertoreh disana, benar-benar seorang penulis.
"Kapan ya gue bisa jadi seorang penulis?" gumamku pada udara seraya berharap suatu saat ucapanku menjadi sebuah doa yang tak sia-sia.
...Aku yang lelah dihantam inginmu yang tinggi....
...Mengalah terus itu, ternyata melelahkan hati....
...Bahagialah, biarkan aku yang menempuh jalan ini sendiri. Hidup ini berat, tanpamu mungkin akan lebih berat. Tak apa-apa. Barangkali itu lebih baik dari pada kau tak paham cara berjuangku....
...-Boy candra-...
Happy Reading..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments