...Melukai diri sendiri itu mudah, ...
...Kau mencintai dan berjuang sendirian ...
...Pada orang yang salah. ...
...***...
Calista Pov
Kadang mencintai itu seperti membaca buku, kita lupa menikmati setiap lembarnya hanya karena kita terlalu sibuk menebak-nebak akhir cerita. Menikmati? Ya, walau perih.
Ku hembuskan napas dalam-dalam untuk meredam sakit yang menjalar dalam hatiku. Sejenak aku teringat kata-kata Aldira
"Kalo emang dia takdir yang Tuhan tulis buat lo, lo ga akan pernah dibiarin berjuang sendiri"
Oh my. Aku memijit pelipis ku yang tidak pusing, menyesap hot green tea ku yang sudah tidak hangat lagi. Aku tidak bisa diam seperti ini, terlihat sekali bukan aku menghindari Agas? Oh Tuhan kenapa kisah cintaku rumit sekali seperti kalkulus atau sesuatu yang membutuhkan usaha untuk dipecahkan.
Kemudian aku menutup buku itu dan mengembalikannya ke rak semula. Ku lirik arloji sesaat, sudah hampir 3 jam ku habiskan ditempat ini, merenungi semua dan berusaha meredam emosi yang sulit dicegah.
Aku rasa aku butuh psikiater saat ini
Kulihat senja mulai tenggelam secara perlahan, aku merasa hari sangat lambat seraya enggan berlalu. Ingin rasanya aku menarik matahari segera keluar dari persembunyiannya mengusir pekat yang menelanku dan sunyi yang mengisi atmosfer ku.
Braaakk!!!
Tak sengaja aku menabrak seseorang karena lamunanku. Agas yang harus bertanggung jawab atas semuanya. Aku jatuh tersungkur dengan keningku mencium meja yang ada tepat didepan tempat ku yang beberapa jam ku gunakan tadi, merintih menahan sakit sembari mengusap keningku.
Bad day Ever..
"Sorry sorry Lis, kamu gapapa?" bariton suara yang familiar di telingaku dan refleks aku mendongakkan kepalaku tepat didepan wajahnya.
He's so cute. I think.
Aroma maskulin menusuk Indra penciumanku, ku rasakan tubuhku gemetar ditatap begitu dalam olehnya seperti anak panah yang dengan sengaja diluncurkan oleh capid tepat di degub pertama jantungku.
Aku rasa aku telah berkhianat. Ah tidak-tidak aku rasa takdir telah menghianatiku begitulah seharusnya. Kalau saja aku tidak ceroboh mungkin aku tidak akan menjadi cewek bodoh yang tidak berkedip ditatap begitu dalam oleh seorang cowok selain Agas.
"Ah.. I.. Iya gapapa mas harusnya aku yang minta maaf" jawabku yang mengalihkan tatapanku padanya dan berusaha menyembunyikan rona pada pipiku.
Are you kidding Lis? Come on your his mine. Agas. Not him.
"Oh iya mas duluan ya udah mau maghrib, sekali lagi maaf ya? " dengan senyum canggung dan berusaha menyembunyikan rona pada pipiku dengan cara menundukkan wajahku aku pun berpamitan padanya.
***
Mario Xaverius Erlangga Pov
Aku melirik arlojiku sambil berjalan memasuki cafe dimana acara reunian SMA ku akan diadakan. Tanpa disengaja ada seseorang yang menabrakku beruntung aku tidak jatuh tapi gadis yang ada didepanku yang sudah tersungkur dan kening yang mengenai ujung meja. Sontak aku langsung berjongkok untuk melihat keadaannya.
Entah kenapa aku sangat menghawatirkannya, dia seperti seseorang dengan pikiran yang entah melayang kemana. Tapi sosoknya sangat familiar..
Dan ya, dugaanku benar. Dia..
"Sorry sorry Lis, kamu gapapa?" Tanyaku dengan nada khawatir. Tunggu dulu kenapa aku khawatir? Ah aku tidak peduli.
Tanpa diduga dia mendongakkan kepalanya tepat didepan wajahku yang kentara sekali menghawatirkannya. Ya Tuhan tatapan menggodanya. Pantas saja dulu banyak sekali cowok di sekolah kami yang mendekatinya.
She must be mine..
Tunggu dulu, apa barusan aku memutuskan sesuatu? Untuk seseorang yang sudah memiliki kekasih? Kau pasti sudah gila Mario, itu sangat mustahil.
"Ah.. I.. Iya gapapa mas harusnya aku yang minta maaf" jawabnya yang kemudian mengalihkan pandangannya.
Ku lihat rona pada pipinya dan entah sejak kapan aku menyukainya. Lalu aku membantunya untuk berdiri dan saat aku ingin melihat keningnya dia pun mengalihkannya. Lagi.
"Oh iya mas duluan ya udah mau maghrib, sekali lagi maaf ya? " katanya yang kulihat tampak buru-buru dengan senyum dipaksakan seraya menundukkan kepala berusaha menyembunyikan rona pada wajahnya.
Sepeninggalannya aku tersenyum karena tingkahnya kemudian aku berjalan menuju tempat duduk yang telah disediakan dan bergabung dengan teman-teman SMA ku. Aku butuh refreshing menghabiskan waktu berlibur sebelum kembali berlayar.
****
Calista Pov
Di mobil..
Aaaaaaaaaa gila gila gila
Batinku bersorak penuh bahagia. Debaran itu masih terasa meskipun sudah tidak lagi didekatnya, oh My ada apa denganku? Aku mengeluh, resah, berdebar kemudian berkeringat. Salting. Itulah yang kurasakan saat ini tapi aku ragu dan mengabaikan secercah perasaan semu ini.
Sekali lagi menghela napas panjang karena kemacetan yang menahanku untuk pulang lebih cepat. Kemudian aku menghidupkan kembali ponselku dan banyak sekali panggilan tak terjawab dan pesan dari Agas.
Maaf Gas lo yang buat gue kayak gini..
Keluhku pada udara hampa. Dan aku pun menyalakan musik player.
...
...
Sehabis mandi aku pun merebahkan diri diranjangku. Lelah. Satu kata untuk hari ini. Seketika ponselku berdering..
"Hallo.. " jawabku lemas
"..."
"Hp aku low Gas jadi aku baru aktifin setengah jam yang lalu. Maaf ya bikin kamu khawatir" bohongku padanya.
Aku tidak ingin dia memarahiku atau berdebat saat ini aku sedang tidak ingin sungguh.
"..."
"Besok aku satu matkul yang, hmmm yaudah iya besok aku bolos deh" jawabku yang ingin segera mengakhiri panggilanku.
Kemudian Agas mengakhiri panggilannya secara sepihak. Tamatlah riwayatmu Calista. Semoga saja besok Agas tidak emosian, jujur aku ingin masalah kami cepat selesai.
Kemudian aku mengecek grup kampus yang beranggotakan lima orang. Siapa lagi kalau bukan Aku, Dira, Ivana, Jihan dan Fellicia. Ada saja yang kami bahas yang pasti obrolan tidak bermutu tapi bisa membuat siapa saja yang membaca tertawa terbahak-bahak.
Ivana : "Eh kirimin foto-foto kita yang dipantai itu dong"
Jihan : "Eh iya Dir, ada di hp lo kan foto kita?"
Aldira : "Iya tapi lagi diedit Calista"
Fellicia : "Ayo dong buruan kirimin Lis, mau gue upload nih biar kayak anak kekinian jaman sekarang wkwkwk"
...
...
...
...
Jihan : "Eh kita berenam yak yg dipantai lupa gue wkwkwk"
Calista : "Syudah ya? Ga ada utang foto gue wkwkwk"
Fellicia : "Kan sama ipar lo Han masa lupa hehehe ✌ "
Aldira : "Crop aja sih"
Jihan : "Anjir ipar. Ogah gue ga sudi huh"
Ivana : "Wkwkwk cieeee Jihan"
Dan berlanjut lah obrolan tidak jelas kami sampai aku ketiduran dengan ponsel yang masih kugenggam.
***
Silau Mentari menusuk mataku, perlahan ku buka kelopak mataku untuk menyesuaikan diri dengan cahaya nya. Kurasakan ponsel yang tergenggam erat ditanganku bergetar melantunkan A Thousand miles milik Vanessa Carlton.
"..."
"Iya aku baru bangun yang, yaudah kamu masuk aja aku mau mandi dulu" Ku tutup sambungan telpon secara sepihak dan bergegas menuju dapur untuk meminta tolong pada mbok surti untuk menyuruh Agas masuk dan menungguku.
Setelah dirasa mbok surti mengerti aku pun menaiki anak tangga sambil berlari kecil masuk ke kamar untuk mandi dan bersiap.
Setelah tiga puluh menit berlalu aku pun sudah siap dan menemui Agas dibawah.
Kiamat udah deket nih kalo Agas marah hari ini
Keluhku dalam hati. Oh Tuhan dengarkan permohonan hamba. Kulihat Agas duduk sambil memainkan ponselnya kemudian beralih menatapku. Hari ini Agas terlihat santai dengan kaos hitam polos dan celana trening panjang.
He's Kinda Hot yeah!!!
Aku meneguk saliva ku sambil melangkah mehampirinya dan dia menunjukkan tatapan membunuh seakan nyawaku bisa melayang kapanpun.
Saat aku hampir sampai ditempatnya Agas langsung berdiri dari sofa dan melipatkan tangannya didepan dada.
"Kamu hutang penjelasan pada ku, Calista sayang" katanya dengan senyum smirknya.
Ck. Ini gue berasa uji nyali, ternyata pacar itu lebih nyeremin dari hantu
Decakku dalam hati. Seakan tahu apa yang aku pikirkan Agas terkekeh pelan. Setidaknya aku bisa menghela nafas lega.
"Yaudah iya Mr Cokrodinoto. Kita mau kemana" tembakku yang membuat Agas tertawa geli membuatku mengerucutkan bibirku, kesal.
"Kerumah aku, aku mau kasih kamu hukuman Lis" katanya dengan nada yang kembali serius dan aura dingin terpancar dari tatapannya.
"Mau ngapain kerumah kamu yang? Emang rumah kamu lagi ga ada siapa-siapa? " jawabku sembari menautkan alisku heran.
Pasalnya Agas jarang sekali mengajakku main kerumah kecuali kalau memang ada hal penting saja yang mengharuskanku kesana.
"Udah cepetan jangan lemot" cibir Agas yang mulai keluar sifat menyebalkannya. Dengan langkah santainya meninggalkanku yang masih mematung.
Kalo bukan pacar udah gue tenggelamkan disungai amazon biar dimakan piranha.
Gerutuku sebal seraya menghentakkan kaki dan berjalan mengikutinya. Kemudian aku naik ke atas motornya dan kami pun berlalu meninggalkan pekarangan rumahku.
Sesampainya dirumah Agas..
"Kenapa kamu ga bilang sih kalo sendiri dirumah? " kataku setelah menutup pintu rumah Agas dan menatap ke segala penjuru rumah yang memang terlihat sepi.
"Kenapa memangnya? Kamu takut? " katanya sembari menaik turunkan alis menggodaku. Agas tau kalo aku peka terhadap mereka yang tak berwujud tapi sejujurnya aku takut jika terkadang mereka muncul begitu saja.
"Iya aku takut. Sama kamu" kataku yang berlalu menuju dapur rumah Agas. Dan Agas pun tertawa sembari mengikutiku.
"Aku laper Lis. Masakin aku ya? Itu hukumannya" katanya yang menginterupsi langkahku.
Aku pun berbalik sembari bersedekap..
"Mau makan apa kamu heh?" kataku yang masih kesal padanya.
"Hmmm enaknya apa ya? Tumis kangkung, cumi asam manis, ayam rica-rica atau nas-"
"Nasi goreng aja. Kamu tanggung jawab udah nyulik anak orang yang pagi-pagi udah di bikin laper dan kesal" kataku menginterupsi.
"As you wish my Lady" katanya sembari mencium keningku. Dasar cowok mesum.
"Eit. Kamu mau kemana Agas? " kataku sembari mengacungkan pisau tepat didepannya. Kulihat dia menelan salivanya karna terkejut. Aku pun terkekeh melihatnya. Kemudian dia bergerak cepat dengan memutar badanku dan menyodorkan pisau ke leherku. Stupid boy.
"Ini hukuman pertama kamu sayang, jangan main-main" bisiknya tepat dileherku yang membuatku seperti jelly.
Kemudian Agas membalik badanku dan mulai mencicpi bibirku dan ********** secara lembut, lebih lembut dari yang sebelumnya membuatku terlena dan tanpa sadar akupun sudah mengalungkan tanganku dilehernya dan dia melingkarkan tangannya di pinggangku begitu posesif
Saat kami hampir hanyut dalam permainan kami sebuah suara menginterupsi kegiatan kami..
"Aku udah laper nih yang dilanjut nanti aja deh" kata Agas sambil memegangi perutnya.
Kemudian aku terkekeh dan mulai membuat sarapan untuk kami berdua..
Siang harinya aku masih dirumah Agas tapi sekarang kami ingin pergi keluar, kami butuh meluangkan waktu karena lelah jika harus bertengkar terus menerus.
"Lis, kamu mandi aja disini ga ada tapi-tapian" titahnya padaku.
Mulutkupun membeo tanpa suara. Dan bergegas untuk mandi. Yang benar saja mandi dikamar mandi cowok dan letaknya memang didalam kamarnya. Oh My..
"Gas aku kan ga punya baju ganti disini" kataku yang selesai mandi dengan bodohnya keluar hanya menggunakan handuk yang melilit tubuhku.
Ku lihat kilatan mata penuh gairahnya dan ku yakin hari ini aku tidak selamat dari nya..
"Hmmm Lis bisa ga sih kamu tuh jangan kayak gitu. Buat junior aku bangun nih" geramnya dengan mata berkilat. Langsung menghampiriku dan mendorongku ketembok dia pun bersuara tak jelas dilekuk leher hingga telingaku membuatku lemas dan hanyut dalam permainan Agas.
Dan saat itulah Agas membuatku benar-benar gila dan membuatku kecanduan padanya. Ya Tuhan terkutuklah aku yang bodoh ini.
"Maafin aku ya Gas aku sering ilang ga ada kabar" kataku yang bersandar pada dada bidang Agas yang tanpa sehelai kain pun.
"Sebenarnya aku masih kesel sama kamu tapi aku ga bisa marah Lis, percuma aja kalo setiap kita berantem pake emosi, masalahnya ga akan cepat selesai. Saat kita emosi atau jenuh kita butuh pelarian" kata Agas yang menangkupkan kedua tangan dipipiku.
"Aku.. Aku minta maaf belum bisa jadi yang kamu harapkan Gas" jawabku diiringi mata yang berkaca-kaca penuh dengan penyesalan. Kesalahan pertama aku jatuh Cinta sama Agas, kesalahan kedua aku gadis bodoh yang menyerahkan segalanya untuk orang yang belum tentu menjadi akhir dari hidupku kelak. Dan kesalahan yang fatal kenapa aku terlahir hanya untuk disakiti seperti ini.
Setelah drama dirumah Agas berlalu kami pun memutuskan untuk menonton film dan makan bersama diluar. Kamipun sudah berada dipusat perbelanjaan atau sebuah mall tapi sebelum itu aku menemani Agas untuk membeli jaket.
Setelah selesai kami pun menonton film dan makan malam bersama di mall tersebut untuk menghemat waktu karena kebetulan memang sudah malam.
Aku ga tau Gas kenapa sampai saat ini aku susah ngejauh dari kamu, aku yang dulu berlari mengejar kamu yang ada didepan menjadi berbalik berjalan berlawan arah. Logikaku berkata berhenti tapi hati aku berkata berjalanlah disampingnya. Yaitu Kamu..
Happy Reading..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments