Lion segera berjalan ke arah ruangan Pribadinya. Dia akan menelpon Asisten pribadinya untuk mengawasi dan mematai-matai gerak gerik Liana yang ganjal dan tidak masuk akal itu.
"Ingat!! Apa saja yang dilakukan oleh istriku Liana laporkan kepadaku tanpa terkecuali," ucap Lion dengan tegas lalu segera mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.
Lion membuka tirai jendela ruangan pribadinya, hingga ujung sudut ekor matanya melihat ada sebuah mobil sedan dengan tipe keluaran baru.
Hal itu sangat nampak dari warna dan model Mobil itu yang menjelaskan bahwasanya seperti itu faktanya.
"Sepertinya mobil itu aku lihat kemarin sewaktu pulang dari kantor juga ada di tempat itu lagi," pikirnya yang mencurigai ada yang tidak beres dengan mobil itu.
Lion segera menekan nomor telepon anak buahnya yang bekerja di bagian cctv.
"Tolong ke ruanganku ada yang ingin aku katakan," tutur Lion lalu mematikan sambungan teleponnya.
"Kalau sesuai dengan dugaanku, aku harus segera mengambil tindakan agar Liana segera menyudahi kesalahan dan kekhilafannya," cicitnya yang berharap agar apa yang terlintas di dalam benaknya adalah tidak sesuai dengan faktanya.
Dia masih menatap ke arah mobil itu dengan bersedekap tangan di depan dadanya. Tapi, telponnya berdering sehingga dia beranjak dari posisinya berdiri.
"Iya ada apa?" Tanyanya yang sedikit jengah karena apa yang dilakukannya terganggu.
"Saya sudah ada di depan pintu Tuan," jawabnya.
"Oke, masuk saja," balasnya lalu berjalan kembali ke arah jendela.
Tapi mobil yang sedari tadi dia curigai itu, sudah tidak ada di tempatnya semula.
"Mobil itu sudah pergi, kira-kira siapa pemilik mobil itu," lirihnya yang keheranan karena dalam sekejap mata mobil itu sudah tidak ada.
"Selamat sore Tuan," sapa anak buahnya yang sudah berdiri di belakangnya.
Lion melirik sekilas ke arah Yudi Latif sebagai penanggung jawab yang selalu mengawasi rekaman cctv dan keamanan di rumahnya.
"Duduklah," perintah Lion kemudian ikut duduk di kursi kebesarannya.
"Tolong kamu cek cctv yang ada di sekitar jalan depan paling ujung dekatnya pagar," terangnya Lion dengan tatapan matanya yang tajam ke arah Yudi.
"Baik Tuan, apa ada lagi Tuan?" Tanyanya yang sempat Tuannya masih membutuhkan bantuannya.
"Cek mulai satu tahun terakhir ini hingga satu menit yang lalu tanpa terkecuali, tolong bawa ke hadapanku paling lambat jam 10 malam," ujar Lion.
"Perintah akan segera dilaksanakan sesuai dengan yang Tuan inginkan," balasnya lalu segera berdiri meninggalkan Lion yang duduk terpaku memikirkan segala kemungkinan yang bisa terjadi.
"Semoga saja dugaanku salah," gumamnya lalu berjalan ke arah luar ruangan pribadinya itu.
Gladys tertidur dalam keadaan yang sedih dan menyangka jika apa yang barusan dilakukan oleh Liana dan suaminya membuatnya galau dan banyak pikiran.
Lion berjalan ke arah pintu kamarnya Gladys. Lion melihat istri barunya dalam keadaan terlentang dengan bantal ada di atas wajahnya.
Lion tersenyum melihat gaya tidurnya Gladys menurut-nya lucu. Lion berjalan ke ranjangnya. Hingga dia kesulitan menelan ludahnya dengan susah payah hanya melihat hot pants yang sangat menggoda iman dan naluri Lion.
Lion segera merangkak naik ke atas ranjang dan ikut berbaring lalu mengambil bantal yang masih setia diatas wajahnya Gladys.
Lion terperangah melihat, ada sisa-sisa tetesan air mata di ujung kelopak matanya Gladys. Jemari tangannya segera menghapus air mata itu dengan penuh kelembutan.
"Aku tidak ingin melihatmu lagi meneteskan air matamu, entah apa yang membuatmu sedih hingga meneteskan air mata yang sangat berarti ini," cicitnya Lion lalu mengecup kening istrinya itu.
"Baru beberapa hari kita saling kenal, tapi kamu sudah perlahan menggeser posisinya Liana yang selama ini, hampir 7 tahun bertahta di dalam relung hatiku yang paling terdalam, entah magnet apa yang membuat aku tergila-gila padamu baby," ujarnya yang baru kali ini merasakan hal aneh yang sulit dia terjemahkan dan artikan.
Lion kemudian ikut berbaring di sampingnya Gladys, sebenarnya hasratnya tiba-tiba membuncah hingga ke ubun-ubunnya, tetapi dia tidak ingin melakukan hal itu jika, Gladys dalam keadaan tertidur.
Lion juga tidak ingin melakukan hal itu jika dalam keadaan yang memaksa pasangannya. Apa lagi dia meminta haknya dan menuntut kewajibannya jika tidak meminta ijin terlebih dahulu kepada istri kecilnya.
"20 tahun usia yang sangat muda, sedangkan aku 32 tahun," terangnya sembari mengelus lembut surau Gladys
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Dian Daeng Baji
usianya itu enggak jadi masalah yang paling penting cinta
2023-01-18
0
fifid dwi ariani
trus semangat
2023-01-12
0