Bab. 10. Perasaan Yang Bimbang

Sakit karena pertahanannya yang selama ini selalu dia jaga dengan baik, malam ini akan diserahkannya mahkota terindah dan terpenting dalam hidupnya, kepada suami sirinya.

Sedihnya, Gladys harus melakukan hal itu tanpa dasar cinta, begitupun dengan suaminya. Dia melakukan karena sekedar nafsu semata.

Lion yang masih bisa menyadari yang terjadi, walaupun sudah ada pengaruh obat yang diberikan oleh Liana diam-diam. Tetapi, dia masih bisa melihat dengan jelas raut wajahnya Gladys yang sendu dan seperti orang yang tidak bahagia sama sekali.

"Aku harus bagaimana ya Allah…walaupun kami hanya menikah secara siri tapi Mas Lion berhak atas tubuhku, apa aku harus menyerahkan tubuhku, kegadisanku malam ini untuknya?" Gladys tidak tahu harus berbuat apa lagi kalau sudah seperti ini.

Lion tidak berhenti melakukan apa yang diinginkan olehnya diatas tubuh cantik nan molek istrinya yang baru beberapa jam lalu dinikahinya itu.

"Aku tidak mungkin melawan dan menolak keinginannya, dan aku harus terima dari konsekuensi pilihanku sendiri yang setuju menjadi istri keduanya," cicitnya.

Lion yang sudah tidak sadarkan diri dengan apa yang telah dilakukannya karena tidak ada perlawanan sama sekali dari Gladys dia terus melanjutkan aksinya.

Pria yang sudah sangat lama tidak pernah melakukan hubungan intim lagi setelah istrinya dioperasi ketika selesai melahirkan akibat penyakit yang dideritanya.

Elusan, sentuhan yang sangat lembut dia lakukan di atas tubuhnya Gladys yang hanya terdiam sembari sesekali meneteskan air mata penyesalannya.

Lion mulai melucuti seluruh kain pelindung tubuhnya Gladys hingga satu pun kain yang menutupi tubuh polosnya itu.

"Tubuhmu ternyata sangat cantik sayang, aku sangat menyukainya," tuturnya dengan tangannya yang terus menyusuri lekuk demi lekukan tubuh istrinya yang semakin membuatnya terbuai dalam alunan syahdu melodi diatas tubuh bak gitar Spanyol itu.

Dengan penuh kelembutan dia mengecup puncak kepala istrinya itu, lalu turun ke arah kening hingga terhenti tepat di atas gundukan daging yang cukup kenyal dan montok dengan ukuran yang sangat pas dengan kepalan tangannya.

Gladys mengalihkan pandangannya ke arah lain, karena merasa sangat malu dengan apa yang dilakukan oleh Lion sambil menutup rapat mulutnya menggunakan kedua tangannya.

"Aku sangat suka dengan tubuhmu sayang, semakin lama semakin membuatku tergila-gila dan tidak ingin berhenti sedikitpun," ucapnya dengan bola matanya yang memancarkan kilatan penuh gairah cinta yang membara.

Lion segera mengecap satu persatu puncaknya gunung Himalaya miliknya Gladys dengan penuh kelembutan.

Gladys menahan rasa geli yang datang terus menerus dari dalam dirinya serta ada gelenjar aneh yang muncul ke permukaan hatinya.

"Hmmm," ucapnya.

Lion segera membuka seluruh pakaiannya hingga tampaklah tubuh sixpacknya yang sangat menggoda iman semua kaum hawa yang tidak pernah terekspos dan selalu terawat dan terjaga dengan baik.

Bentuk tubuhnya Lion tanpa sengaja dilihat oleh Gladys yang membuatnya harus ikut terpesona dengan kepunyaan suaminya sendiri.

"Sempurna!" itu penilaian Gladys terhadap tubuh suaminya.

Dia segera menutup matanya saking malunya melihat bentuk tubuh seorang pria dewasa yang tanpa ada sekat atau benda yang menghalangi penglihatannya tersebut.

"Kenapa bentuk tubuhnya sangat seksi dan berotot, padahal umurnya sudah terbilang tua dan dewasa," cicitnya yang diam-diam mengagumi bentuk tubuhnya Lion.

Gladys melupakan rasa geli akibat sentuhan dari tangan pria kekar itu. Tangannya yang tidak berhenti memberikan kenyamanan dan sensasi yang luar biasa dan tidak tertahankan oleh Gladys.

Lion melakukan hal itu bertujuan agar Gladys bisa rileks dan nyaman dengan semua kegiatan dan perlakuan yang dilakukan oleh Lion di atas tubuhnya.

Hingga letupan kecil hingga ledakan besar dari dalam dirinya Lion membuatnya untuk mengakhiri kegiatannya mengekspansi tubuhnya Gladys yang sangat menggodanya.

Untungnya obat aproadiks yang diberikan oleh Liana hanya dengan takaran yang sangat sedikit sehingga masih mampu memberikan sentuhan yang sangat penuh kelembutan diatas tubuh istrinya yang sudah mulai menegang menunggu kegiatan finishing dari Lion.

"Kamu harus tahan sayang, aku akan memulainya, dan kemungkinannya akan sangat sakit tapi, jika sakit kamu berteriak saja Tapi, jangan mencakar tubuhnya Mas," tuturnya Lion yang tersenyum sangat manis di depan Gladys.

"Aku akan memenuhi kewajibanku tapi, maaf jika dihati ini belum ada cinta untukmu Mas," ungkapnya dengan tetesan air matanya yang mulai mengalir perlahan.

Lion yang kebetulan melihat air matanya Gladys segera menghapusnya lalu berkata, "maaf Mas akan meminta hakku malam ini."

Dengan perlahan, Lion mulai menancapkan tongkatnya ke dalam lubang gua yang ditumbuhi dengan Padang ilalang yang sangat halus dan tipis. Hentakan dan dorongan perlahan dilakukan oleh Lion untuk menembus pertahanan dari istrinya.

Dengan susah payah dan penuh perjuangan, dengan beberapa kali dorongan sangat kuat hingga akhirnya mampu menembus gawang Gladys yang dijaga dengan ketat.

Tapi, karena perjuangan yang dilakukan oleh Lion tidak berhenti dan terus menerus akhirnya bisa melakukan berbagai penetrasi yang cukup membuat Gladys berteriak kesakitan bercampur aduk dengan teriakan kenikmatan dari mulutnya Lion.

"Aaaahhhh Mami!!" Teriak Gladys lalu menarik tengkuk lehernya Lion.

Terpopuler

Comments

fifid dwi ariani

fifid dwi ariani

trus sabar

2023-01-12

0

Fahira Febrina

Fahira Febrina

keraguan selalu datang

2022-08-23

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!