18. Liana Mendapat Ijin

Lion sama sekali tidak menyadari, bahwa Gladys tidak menyukai apa yang mereka lakukan di hadapannya.

Ia menutup pintu kamarnya dengan sedikit kasar hingga menimbulkan suara yang cukup bising, untungnya tidak sampai ke telinga mereka berdua yang masih berada di dalam dapur ruang makan.

"Aku tidak mungkin ikut bersama dengan Liana dan meninggalkan istri kecilku, aku tidak bisa jauh dari dirinya," gumamnya dia terus melirik ke arah kepergian Gladys hingga arah pandangnya tidak terlihat punggung Gladys lagi.

Senangnya dalam hati yah Abang kalau beristri dua. Siapa pun pria yang berfikiran dengan penuh menggunakan logikanya pasti begitu.

"Kenapa hanya melihat mereka seperti itu saja, hati ini sangat sedih bahkan seperti diremas-remas hingga sakit tapi tak berdarah," lirihnya lalu melempar tubuhnya ke atas ranjang yang masih tersisa beberapa tangkai dan kuntum bunga mawar merah.

Air matanya perlahan menetes membasahi pipinya. Dia terisak dalam tangisnya. Gladys merasa aneh dengan sikap dan perilakunya sendiri.

Padahal sebelum mengiyakan permintaan dari Liana untuk jadi istri kedua,dia sudah memutuskan untuk tidak bakalan akan menggunakan hati dan perasaannya terutama yang namanya cinta.

Dia sudah menekankan pada dirinya untuk tidak melibatkan perasaan apa pun dalam pernikahannya tersebut. Tetapi pada kenyataannya, semuanya berbeda. Ia sangat marah, jengkel, kesel, emosi, tidak suka, benci jika Lion menjamah dan bermesraan dengan Liana yang jelas istri sah dari suaminya.

"Ini tidak boleh terjadi!! Aaahhhh!!" Teriaknya Gladys dibalik bantalnya.

Gladys menutupi wajahnya dengan menggunakan bantal sehingga bisa meredam suara teriakannya.

Sedang di dalam ruangan makan, Liana masih berusaha untuk membujuk dan merayu Lion untuk mengijinkan dia berpergian ke luar negeri.

"Bagaimana suamiku tercinta, apa aku diijinkan untuk pergi keliling dunia gak?" Tanyanya Liana yang memainkan bibirnya Lion yang seksi itu.

"Aku pasti mengijinkan kamu untuk pergi dan terserah kamu saja,mau pulang kapan pun yang kamu inginkan hingga satu tahun pun kau baru ingin balik tidak masalah kok," tuturnya yang membalas perlakuan dari Liana.

Lion memajukan wajahnya ke arah Liana, tapi lagi-lagi Liana mengindari ciuman dari Suaminya sendiri.

"Maaf sayang, aku harus segera mempersiapkan segala sesuatunya untuk keberangkatan aku sore nanti, kamu gak apa-apa kan aku tinggal bersama Gladys di sini?" Kilahnya yang menutupi jika dia enggan bersentuhan secara intim dengan suaminya sendiri.

"Gak apa-apa kok, kamu pergi saja," ujarnya Lion dengan sedikit kecewa karena lagi-lagi keinginannya tidak kesampaian.

"Makasih banyak sayangku, suamiku paling tercinta tidak ada duanya," rayunya agar terhindar dari ciuman yang bisa membuat Arjuna kekasihnya marah-marah lagi.

Dalam hatinya Liana bersorak gembira andai bisa kemungkinannya di saat itu juga dia akan berteriak saking bahagianya dapat Ijin untuk melakukan liburan dan perjalanan di berbagai negara.

"Oke," balasnya singkat.

"Akhirnya aku bebas juga dan akan menikmati bulan madu bersama mas Arjuna," Liana membatin.

Liana segera melangkahkan kakinya menuju undakan tangga. Senyuman tersungging selalu diwajahnya yang cantik.

Liana kegiranga, karena akhirnya apa yang sudah lama dia cita-cita dan impikan bersama dengan Arjuna hari ini akan kesampaian juga.

"Aku yakin ada yang tidak beres dengan Liana, sedangkan Gladys yang jelas-jelas menikah denganku tanpa cinta sama sekali tidak risih atau pun menolak keinginanku jika ingin menyentuhnya," lirih Lion lalu bangkit dari duduknya.

Lion segera berjalan ke arah ruangan Pribadinya. Dia akan menelpon Asisten pribadinya untuk mengawasi dan mematai-matai gerak gerik Liana yang ganjal dan tidak masuk akal itu.

"Ingat!! Apa saja yang dilakukan oleh istriku Liana laporkan kepadaku tanpa terkecuali," ucap Lion dengan tegas lalu segera mematikan sambungan teleponnya secara sepihak.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***