Alenza dan juga Annasya masih diperpustakaan untuk membahas soal mereka didunia novel itu, tanpa mereka ketahui bahwa di samping mereka bicara ada seseorang yang sedari tadi memperhatikan, Bhadra dia lah orangnya.
Bhadra berbohong kalau dirinya tidak melihat buku itu bercahaya, lantas dia pun menghampampiri Annasya waktu itu karena penasaran, ditambah lagi saat kejadian di tebing itu bersama Annasya serta luka itu menghilang hal itu disadari Bhadra kalau ada yang aneh.
"Awalnya gue gak percaya bisa masuk dalam dunia novel, tapi semenjak kejadian yang selalu mengejutkan dan hidup seperti ada yang menggerakan juga bisa trasportasi begitu saja tentu saja penemuan buku ini juga gue jadi yakin kalau gue masuk dunia novel. Za kalau mau keluar dari dunia ini gimana? " tanya Annasya.
"Dunia novel? " lirih Bhadra dalam tempat persembunyiannya.
"Kata gue, loe cukup ikuti alurnya saja! " jawab Alenza.
"Oh begitu! "
STAKKKKKKKK (Masuk dalam alur cerita)
Annasya kini berada dihalte, sambil memegang tas selempangnya. Lalu tiba-tiba saja mobil Stepanie berhenti tepat dihadapan Annasya.
"Dejavu! " suara hati Annasya.
"Hai butuh tumpangan?" tanya Stepanie.
"Tidak! " jawab ketus Annasya memalingkan mukanya.
"Sebenarnya gue sengaja menemui loe disini, ada yang harus kita omongin! " ucap Stepanie tapi Annasya hanya acuh.
"Ini mengenai Elmanno, bisakah kita bicara? " Kembali Stepanie membujuk Annasya, sedangkan Annasya mendengar nama Elmanno langsung kembali menoleh pada Stepanie.
"Kenapa Mas El? " tanya Annasya.
"Makanya ikut gue dulu! " ucap Stepanie dan Anansya pun menurut.
Kini mereka sampai disebuah lestoran terdekat, dan mulai duduk dan memesan makanan.
"Tanpa basa basi! Gue nyuruh loe tinggalkan Elmanno dia milik gue, dan akan tetap seperti itu! " Stepanie menatap tajam Annasya.
"Tidak bisa! " Sahut Annasya dan berdiri hendak pergi.
"Gue maklum loe cinta sama Elmanno secara dia laki-laki sempurna, tapi asal loe tau cintanya dia hanya sama gue jadi ya sebenarnya gue kasihan sama loe! Jadi istri hanya jadi pajangan mendingan loe menyingkir dari Elmanno dan loe bisa nikmati masa muda loe itu! " ucap Stepanie dan Annasya kembali duduk.
"Maaf Kak, sebuah pernikahan layak untuk dipertahankan tidak semua orang berhak memilih pasangah hidupnya. Terkadang yang di inginkan itu bukanlah takdirnya, atau bisa saja emang kalian tidak berjodoh! " ucap Anansya dan membuat Stepanie mengepalkan tangannya.
"Gue tau loe menderita! Yah gue terserah loe saja, lagian Elmanno akan selalu memilih gue dibanding loe. Mamih dan Kak Naraya pun ikut memilih gue loe pasti tersingkir lama-lama, gue bicara begini biar prosesnya cepat saja!" Ucap Stepanie.
"Coba pikir apa yang membuat loe bertahan di rumah itu? Elmanno? Tidak bisa say! Menyingkirlah sebelum gue menendang loe! " Stepanie tersenyum meremehkan sedangakan Annasya hanya menunduk.
"Lawan dia bicara yang logis! Sialan juga nih pelakor pakai ikut campur rumah tangga orang." ucap batin Annasya dan berusaha untuk berbicara dan bergerak semaunya tapi tidak bisa.
"Saya harus pergi! " Annasya berlari meninggal kan Stepanie dilestoran itu tapi dirinya bertabrakan dengan seseorang, Annasya pun menoleh.
"Mas El! " lirih Annasya ternyata yang dia tabrak adalah Elmanno yang baru masuk.
Annasya sepontan menoleh pada Stepanie dan kembali menatap Elmanno seraya berkata, "Dasar kalian selingkuh di depan mata! " pekik Annasya, menyadari dirinya telah bicara sesuai keinginan di dalam alur cerita membuat Annasya membuangkam bibirnya tidak percaya. Annasya pun segera berlari dan meninggalkan lestoran itu saking terkejutnya.
Tapi setelah menjauh dari lestoran itu dirinya kembali kaku dan malah terdiam dipinggir jalan, seraya berkata
"Kalau memang gue gak berhak lagi jadi istrinya bisakah hilangkan rasa yang mulai tumbuh ini?" ucapan yang bukan kehendaknya itu keluar begitu saja dari bibirnya, hingga tidak sadar kakinya itu sudah kembali jalan dan terdiam di halte tadi.
"Nasya! "
Terdengar ada yang menegur Annasya pun menoleh dan mendapati Bhadra.
"Kau?" Annasya segera menghapus air matanya, sedangkan Bhadra duduk di samping Annasya.
"Beberapa hari ini loe suka menagis? Bisakah gue bertanya kenapa? " Bhadra menatap Annasya.
"Ini masalah pribadi jadi tidak sepantasnya loe tau! " ucap Annasya.
"Oke, ada tempat yang ingin loe tuju? " Bhadra tersenyum pada Annasya.
"Gue ingin ketemu Mamah," ucap Annasya.
"Baiklah gue antar loe! " Ucap Bhadra menarik tangan Annasya menuntunnya untuk duduk di jok belakang setelah memakai helm.
Sedangakan tidak jauh dari mereka terlihat Elmanno tengah memperhatikan mereka di dalam mobil.
"Apa kita harus ikuti? " tanya sang supir.
"Gak usah kaya yang nggak ada kerjaan aja, kembali ke kantor!" Elmanno menyuruh sang supir untuk mengemudikan mobilnya kekantor saja.
Ditempat lain dan masih dalam alur cerita Alenza dan Rio tengah bertengkar membuat kelas itu menjadi saksi suara teriakan dan makian Alenza.
"Jangan ikuti gue! " pekik Alenza.
"Kenapa, kaki-kaki gue mau kemana saja ya no problem! " ucap Rio, membuat Alenza kesal dan menajamkan pandangannya pada Rio.
"Tapi loe membuat gue risih!? Alenza hendak akan pergi.
"Pulangnya bareng gue!" Rio menarik tangan Alenza, sedangkan kini kelas itu kosong karena sudah pada keluar dan pulang.
"Ogah! " Alenza menepis tangan Rio.
"Alenza bisakah loe melihat ketulusan gue, gue cinta dan sayang sama loe gue rela bersikap seperti mengemis cinta pada loe bisakah hargai walau hanya setitik saja? " Rio menarik mafasnya panjang.
"Tidak, dan cinta yang loe sebutkan tadi lama-lama juga akan memudar." Alenza tersenyum meremehkan dan berjalan meninggalkan Rio di kelas sendirian.
Tapi setelah beberapa langkah kakinya berhenti dan kembali menoleh pada Rio sambil berkata,
"Dan apa tadi loe bilang? Setia? Seantero sekolah ini loe tercap playboy kelas kakap tau! Gue gak mau berurusan dengan laki-laki buaya seperti loe, cinta loe semu! " Alenza kembali membelakangi Rio dan keluar kelas.
"Maafkan gue Rio! " lirih hati Alenza.
Rio menatap kepergian Alenza dengan rahang yang mengeras dia kesal dengan ucapan Alenza barusan, tapi hanya sekedar membentaknya pun tadi membuatnya tidak tega terus Rio pun hanya menghembuskan nafasnya panjang, karena memang begitu adanya Rio adalah sosok playboy bermodal uang dan tampang dia bisa gampang menggait wanita-wanita yang di inginkannya hinga dia bertemu dengan Alenza, dia merasa tertantang karena Alenza tidak tertarik padanya.
"Alenza, baru kali ini gue di hina wanita! Awas loe! " gumam Rio mengepalkan tangannya.
Rio berjalan keluar kelas dia menghampiri palkiran dan mengambil motornya yang kebetulan hanya motor Rio saja yang tersisa di sana dan yang lainnya sudah pulang.
brummm
Suara motor membuat Rio menoleh, dan ternyata itu adalah Bhadra.
"Kenapa loe balik? " tanya Rio.
"Gue mau ngajak loe kerumah Alenza, nanti besok giliran kelompok kita presentasi loe lupa? " sahut Bhadra.
"Gue males! " ucap Rio.
"Tumben males berurusan sama Alenza, awalnya gue sama Annasya juga lupa tapi Alenza nelpon dan mengingatkan kami malahan yang ngasih tau loe masih ada di sekolah Alenza!" beritahu Bhadra.
"Dia yang ngundang gue? " tanya Rio.
"Ya! " jawab singkat Bhadra.
"Bohong loe! " Rio masih gak percaya, memang tadi dia sudah bertengkar sama Alenza jadi mana mungkin kalau dia yang ngundang Rio kan!
"Jangan menghambat waktu, besok kita harus sudah bisa presentasi jangan sampai gagal dan memalukan! " Ucap Bhadra.
"Iya iya! " sahut Rio dengan malas menjalankan motor menuju rumah Alenza.
JANGAN LUPA LIKE KOMEN FAVORIT JUGA VOTENYA YA....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments
resni
ini alurnya gimn sih gk suka gw jijik bgt🤮
2022-12-04
2