Alenza menggigit ujung kukunya dengan pandangan khawatir, di ruang kelas itu Alenza menatap teman-teman sekelilingnya mereka terlihat semu dalam pandangan Alenza semuanya rekayasa. Dua hari ini dia bersikap baik pada Rio itulah yang menjadi khawatir seharusnya dia bersikap sesuai dengan karakter cerita yang dibuat penulis bahwa Alenza merasa jijik jika berada di depan Rio, walau yang sebenarnya tidak.
"Gue sudah berada dalam dunia novel tepat empat judul termasuk novel ini, dan gue di pertemukan lagi dengan Rio dinovel ini dan sebelumnya di novel pertama. Harusnya di jadikan cerminan dasar bodoh! " Alenza memukul kepalanya merutuki dirinya.
"Gue harus bersikap sesuai alur cerita gak boleh melenceng atau bisa-bisa gue gak bakalan lagi keluar dari dunia novel ini! " Alenza merogoh permen loli di saku bajunya membuka bungkusnya lalu..
Hap
Walau permen loli udah di tangan tapi yang makan bukanlah dirinya.
"Manis! " sahut Rio, Alenza seketika memalingkan pandangannya dan jantungnya berdetak tak karuan.
Alenza memilih untuk pergi dari sana dia takut akan bersikap tidak sesui karakter tokoh yang dicantumkan penulis, dia benar-benar ingin keluar dari dunia itu.
Alenza hendak menjauh tapi ikat rambut yang dia kenakan ditarik paksa oleh Rio membuat rambut Alenza tergerai dengan bebas.
"Cantik! " puji Rio.
"Balikin! " Alenza menyodorkan tangannya.
"Loli? Coba ambil dari mulut gue! " goda Rio membuat Alenza menelan ludahnya susah.
"Ikat rambut! " Alenza dengan ketus.
"Ini milik gue! " Ucap Rio menjadikan ikat rambut milik Alenza itu gelang ditangan kirinya.
Alenza tidak bisa berbuat apa-apa tidak ada keberanian untuk sekedar membentak Rio, mengingat dia memang mencintainya.
"Terserah! " Alenza berbalik tapi lagi-lagi jalannya harus terhenti karena Rio menarik baju kerahnya dari belakang sehingga sedikit membuat Alenza tercekik lalu terbatuk.
"Lepas! " ucap Alenza, Rio menarik kerah itu hingga punggung Alenza tepat berada didada bidangnya.
Hembusan nafas Rio menghembus pelan di telinga Alenza, membuatnya bergidik. Rio merapikan rambut Alenza yang mengahalngi telinganya kebelakang sehingga dia bisa leluasa melihat leher jenjang Alenza yang putih itu.
"Selepas perpisahan nanti kita menikah ya! " bisik Rio membuat Alenza melotot lalu berbalik menatap Rio.
"Loe gila! " Lirih Alenza seraya berbalik dan berlari dari sana.
"Gue gila karena selalu memikirkan loe! Ya Tuhan satukanlah diriku dengan dirinya! " Rio berkumandang membuat beberpa teman sekelasnya menatap Rio aneh.
"Di tolak mulu kagak kapok-kapok loe! " ucap laki-laki dibelakanganya.
"Hay bro cinta itu anugrah kasih sayang itu indah, cinta harus diperjuangkan biar mendapat keindahan hidup!" Rio bermonolog.
"Alah itu menurut loe menurut Alenza sendiri cinta loe menjijikan! Hahahahha! " tawa laki-laki itu menggema.
"Sialan loe, sini berani sama gue! " Rio hendak meninju laki-laki itu.
"Sorry bro bercanda, gue hanya kasian sama loe kaya yang gak ada cewek lain aja! " ucap laki-laki itu dan Rio pun menurunkan tangannya.
"Entahlah gue merasa nyaman di dekat dia terasa hati ini dan jiwa adem gitu!" kembali lagi Rio berucap membuat laki-laki itu menggelengkan kepalanya.
Di balik cendela Alenza menutup bibirnya dan menyembunyikan air matanya, "Gue juga cinta sama loe! " lirihnya.
Di mall terlihat Annasya dan Bhadra tengah berjalan untuk keluar dari sana.
"Kenapa loe beliin gue baju? " tanya Annasya.
"Bukan loe aja yang beli gue juga, masa kita kencan pake baju sekolah ketahuan bolos dong!" sahut Bhadra membuat Annasya menoleh pada Bhadra.
"Kencan loe kata, hm pede banget kita mau makan ayam bakar sepuas gue! Atau gue aja yang makan loe yang bayar! " Annasya menurun naikan alisnya pada Bhadra sambil tersenyum hal itu membuat Bhadra mengembuskan nafasnya menahan gejolak di hatinya.
"Terserah loe, yang penting hari ini kita jalan bersama kan! " Bhadra melirik tangan Annasya dia ingin menggenggamnya tapi tidak berani.
Mereka kini berada disebuah kedai pinggir jalan yang menyediakan ayam bakar, di depan Annasya dan Bhadra sudah ada dua porsi ayam bakar.
"Mantap ini, hm harum! " ucap Annasya mencium aroma ayam bakar di hadapannya, jangan tanyakan Bhadra dia tersenyum cekikikan menanggapi tingkah Annasya yang menurutnya menggemaskan itu.
"Kenapa loe, mau ketawa ya tinggal! " sindir Annasya.
"Nggak aku sangat senang bisa melihatmu kaya gini, gemes tau!" pekik Bhadra tertahan.
"Terserah lah!" Annasya mengambil ayam bakar yang penuh minyak dan kecap itu aroma dibakar membuat nafsu makan meningkat, Annasya mengembuskan nafasnya lalu hendak mengigit ayam bakar yang menggiurkan itu.
STAKKKKK
"Aw! " Pekik Anansya kesakitan karena yang dia gigit bukan ayam bakar melainkan jarinya, tapi dia hanya bisa mengerang dalam hati saja sedangkan posisi tangan masih digigit olehnya.
"Dimana ini, ayam bakar gue mana? " Annasya terkejut, dirinya begitu saja ada dikamar bersama Elmanno.
"Mas apa sudah mendingan? " tanya Annasya sedangkan Elmanno sibuk dengan leptopnya dan menghiraukan Annasya.
"Jangan gangu, gue lagi kerja! " sentak Elmanno.
"Hah gue pengen ayam bakar aja gak bisa leluasa untuk memakannya, malah terdampar sama om-om ini! Kesel banget! " grutu hati Annasya.
"Mas diminum dulu obatnya, " ucap Annasya lembut pada Elmanno.
"Tadi udah sama Stepanie! " sahut Elmanno.
"Itu kan tadi siang Mas, sekarang harus dimakan juga obatnya! " Annasya menyodorkan nampan yang berisi obat dan air minum.
"Bawel! Mana! " sentak Elmanno.
STAKKKKK
"Dasar laki-laki biadab rasakan ini! " lirih Annasya, mengepalkan tangannya lalu begitu saja meninju pipi Elmanno keras.
"Araghhhhh, Nasya apa yang loe lakukan! " pekik Elmanno mengusap pipinya serta menoleh pada Annasya.
"Loe ini ya tidak berperasaan tau istri loe ada di hadapan loe, tapi malah milih orang lain. Dimana akal sehat loe! Suami durhaka! Kalau loe muak sama gue ya udah ceraiin aja! Lagian gue lebih nyaman sama Bhadra dia selalu menghargai gue walau gue selalu menolaknya, karena alesan loe suami gue! " teriak Annasya sambil menunjuk muka Elmanno.
"Inget Gue Sarani loe macam-macam sama perasaan tubuh ini gue yang akan membalasnya! " sambung Annasya.
"Siapa Bhadra? " Elmanno menatap tajam pada Annasya.
"Dia adalah sosok laki-laki tampan dan perhatian dan selalu membuat gue seneng bahkan dia juga neraktir gue ayam bakar, tapi sayang gara-gara suara itu gue terdampar sama loe disini dan gak jadi makan tuh males banget! " Annasya menyimpan nampan itu sembarang di nakas sampai air yang berada di gelas itu menyiprat keluar.
"Sarani! " teriak Elamnno membuat Annasya menoleh.
"Loe ingat nama gue? Ah gue ingat tadi gue yang memberitahunya! " Annasya tersenyum sinis. "Apa loe panggil gue, mau minum obat tingal minum kalau mau sama Stepanie tinggal telepon tuh si model gue bakalan keluar, sumpek gue! "
Annasya berjalan kekamar mandi, bahkan baju yang tadi di belikan Bhadra di mall gak dia kenakan malah kembali memakai seragam sekolah.
"Bukannya loe istri gue, harusnya loe yang rawat gue kenapa membiarkan orang lain yang rawat suami loe! " pekik Elmanno.
"Loe anggap gue istri loe, bahkan loe gak ngehargai perasaan gue! Bukan gue gak ingin rawat loe, loe nyakan yang ingin dirawat sama model itu bukan salah gue!" ucap Annasya tanpa menoleh pada Elmanno dan malah membuka pintu kamar mandi lalu masuk kedalamnya sedangkan Elmanno terdiam sambil memikirkan sesuatu, seperti ada yang aneh.
JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, FAVOTIR JUGA VOTENYA DAN IKUTI TERUS CERITANYA.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 89 Episodes
Comments