Bab 17 Perdebatan

Alenza menggigit ujung kukunya dengan pandangan khawatir, di ruang kelas itu Alenza menatap teman-teman sekelilingnya mereka terlihat semu dalam pandangan Alenza semuanya rekayasa. Dua hari ini dia bersikap baik pada Rio itulah yang menjadi khawatir seharusnya dia bersikap sesuai dengan karakter cerita yang dibuat penulis bahwa Alenza merasa jijik jika berada di depan Rio, walau yang sebenarnya tidak.

"Gue sudah berada dalam dunia novel tepat empat judul termasuk novel ini, dan gue di pertemukan lagi dengan Rio dinovel ini dan sebelumnya di novel pertama. Harusnya di jadikan cerminan dasar bodoh! " Alenza memukul kepalanya merutuki dirinya.

"Gue harus bersikap sesuai alur cerita gak boleh melenceng atau bisa-bisa gue gak bakalan lagi keluar dari dunia novel ini! " Alenza merogoh permen loli di saku bajunya membuka bungkusnya lalu..

Hap

Walau permen loli udah di tangan tapi yang makan bukanlah dirinya.

"Manis! " sahut Rio, Alenza seketika memalingkan pandangannya dan jantungnya berdetak tak karuan.

Alenza memilih untuk pergi dari sana dia takut akan bersikap tidak sesui karakter tokoh yang dicantumkan penulis, dia benar-benar ingin keluar dari dunia itu.

Alenza hendak menjauh tapi ikat rambut yang dia kenakan ditarik paksa oleh Rio membuat rambut Alenza tergerai dengan bebas.

"Cantik! " puji Rio.

"Balikin! " Alenza menyodorkan tangannya.

"Loli? Coba ambil dari mulut gue! " goda Rio membuat Alenza menelan ludahnya susah.

"Ikat rambut! " Alenza dengan ketus.

"Ini milik gue! " Ucap Rio menjadikan ikat rambut milik Alenza itu gelang ditangan kirinya.

Alenza tidak bisa berbuat apa-apa tidak ada keberanian untuk sekedar membentak Rio, mengingat dia memang mencintainya.

"Terserah! " Alenza berbalik tapi lagi-lagi jalannya harus terhenti karena Rio menarik baju kerahnya dari belakang sehingga sedikit membuat Alenza tercekik lalu terbatuk.

"Lepas! " ucap Alenza, Rio menarik kerah itu hingga punggung Alenza tepat berada didada bidangnya.

Hembusan nafas Rio menghembus pelan di telinga Alenza, membuatnya bergidik. Rio merapikan rambut Alenza yang mengahalngi telinganya kebelakang sehingga dia bisa leluasa melihat leher jenjang Alenza yang putih itu.

"Selepas perpisahan nanti kita menikah ya! " bisik Rio membuat Alenza melotot lalu berbalik menatap Rio.

"Loe gila! " Lirih Alenza seraya berbalik dan berlari dari sana.

"Gue gila karena selalu memikirkan loe! Ya Tuhan satukanlah diriku dengan dirinya! " Rio berkumandang membuat beberpa teman sekelasnya menatap Rio aneh.

"Di tolak mulu kagak kapok-kapok loe! " ucap laki-laki dibelakanganya.

"Hay bro cinta itu anugrah kasih sayang itu indah, cinta harus diperjuangkan biar mendapat keindahan hidup!" Rio bermonolog.

"Alah itu menurut loe menurut Alenza sendiri cinta loe menjijikan! Hahahahha! " tawa laki-laki itu menggema.

"Sialan loe, sini berani sama gue! " Rio hendak meninju laki-laki itu.

"Sorry bro bercanda, gue hanya kasian sama loe kaya yang gak ada cewek lain aja! " ucap laki-laki itu dan Rio pun menurunkan tangannya.

"Entahlah gue merasa nyaman di dekat dia terasa hati ini dan jiwa adem gitu!" kembali lagi Rio berucap membuat laki-laki itu menggelengkan kepalanya.

Di balik cendela Alenza menutup bibirnya dan menyembunyikan air matanya, "Gue juga cinta sama loe! " lirihnya.

Di mall terlihat Annasya dan Bhadra tengah berjalan untuk keluar dari sana.

"Kenapa loe beliin gue baju? " tanya Annasya.

"Bukan loe aja yang beli gue juga, masa kita kencan pake baju sekolah ketahuan bolos dong!" sahut Bhadra membuat Annasya menoleh pada Bhadra.

"Kencan loe kata, hm pede banget kita mau makan ayam bakar sepuas gue! Atau gue aja yang makan loe yang bayar! " Annasya menurun naikan alisnya pada Bhadra sambil tersenyum hal itu membuat Bhadra mengembuskan nafasnya menahan gejolak di hatinya.

"Terserah loe, yang penting hari ini kita jalan bersama kan! " Bhadra melirik tangan Annasya dia ingin menggenggamnya tapi tidak berani.

Mereka kini berada disebuah kedai pinggir jalan yang menyediakan ayam bakar, di depan Annasya dan Bhadra sudah ada dua porsi ayam bakar.

"Mantap ini, hm harum! " ucap Annasya mencium aroma ayam bakar di hadapannya, jangan tanyakan Bhadra dia tersenyum cekikikan menanggapi tingkah Annasya yang menurutnya menggemaskan itu.

"Kenapa loe, mau ketawa ya tinggal! " sindir Annasya.

"Nggak aku sangat senang bisa melihatmu kaya gini, gemes tau!" pekik Bhadra tertahan.

"Terserah lah!" Annasya mengambil ayam bakar yang penuh minyak dan kecap itu aroma dibakar membuat nafsu makan meningkat, Annasya mengembuskan nafasnya lalu hendak mengigit ayam bakar yang menggiurkan itu.

STAKKKKK

"Aw! " Pekik Anansya kesakitan karena yang dia gigit bukan ayam bakar melainkan jarinya, tapi dia hanya bisa mengerang dalam hati saja sedangkan posisi tangan masih digigit olehnya.

"Dimana ini, ayam bakar gue mana? " Annasya terkejut, dirinya begitu saja ada dikamar bersama Elmanno.

"Mas apa sudah mendingan? " tanya Annasya sedangkan Elmanno sibuk dengan leptopnya dan menghiraukan Annasya.

"Jangan gangu, gue lagi kerja! " sentak Elmanno.

"Hah gue pengen ayam bakar aja gak bisa leluasa untuk memakannya, malah terdampar sama om-om ini! Kesel banget! " grutu hati Annasya.

"Mas diminum dulu obatnya, " ucap Annasya lembut pada Elmanno.

"Tadi udah sama Stepanie! " sahut Elmanno.

"Itu kan tadi siang Mas, sekarang harus dimakan juga obatnya! " Annasya menyodorkan nampan yang berisi obat dan air minum.

"Bawel! Mana! " sentak Elmanno.

STAKKKKK

"Dasar laki-laki biadab rasakan ini! " lirih Annasya, mengepalkan tangannya lalu begitu saja meninju pipi Elmanno keras.

"Araghhhhh, Nasya apa yang loe lakukan! " pekik Elmanno mengusap pipinya serta menoleh pada Annasya.

"Loe ini ya tidak berperasaan tau istri loe ada di hadapan loe, tapi malah milih orang lain. Dimana akal sehat loe! Suami durhaka! Kalau loe muak sama gue ya udah ceraiin aja! Lagian gue lebih nyaman sama Bhadra dia selalu menghargai gue walau gue selalu menolaknya, karena alesan loe suami gue! " teriak Annasya sambil menunjuk muka Elmanno.

"Inget Gue Sarani loe macam-macam sama perasaan tubuh ini gue yang akan membalasnya! " sambung Annasya.

"Siapa Bhadra? " Elmanno menatap tajam pada Annasya.

"Dia adalah sosok laki-laki tampan dan perhatian dan selalu membuat gue seneng bahkan dia juga neraktir gue ayam bakar, tapi sayang gara-gara suara itu gue terdampar sama loe disini dan gak jadi makan tuh males banget! " Annasya menyimpan nampan itu sembarang di nakas sampai air yang berada di gelas itu menyiprat keluar.

"Sarani! " teriak Elamnno membuat Annasya menoleh.

"Loe ingat nama gue? Ah gue ingat tadi gue yang memberitahunya! " Annasya tersenyum sinis. "Apa loe panggil gue, mau minum obat tingal minum kalau mau sama Stepanie tinggal telepon tuh si model gue bakalan keluar, sumpek gue! "

Annasya berjalan kekamar mandi, bahkan baju yang tadi di belikan Bhadra di mall gak dia kenakan malah kembali memakai seragam sekolah.

"Bukannya loe istri gue, harusnya loe yang rawat gue kenapa membiarkan orang lain yang rawat suami loe! " pekik Elmanno.

"Loe anggap gue istri loe, bahkan loe gak ngehargai perasaan gue! Bukan gue gak ingin rawat loe, loe nyakan yang ingin dirawat sama model itu bukan salah gue!" ucap Annasya tanpa menoleh pada Elmanno dan malah membuka pintu kamar mandi lalu masuk kedalamnya sedangkan Elmanno terdiam sambil memikirkan sesuatu, seperti ada yang aneh.

JANGAN LUPA LIKE, KOMEN, FAVOTIR JUGA VOTENYA DAN IKUTI TERUS CERITANYA.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6 Kembalinya Stepanie
7 bab 7 Pemakaman
8 Bab 8 Tragedi Kamar Mandi
9 Bab 9 Pengakuan Alenza
10 Bab 10 Dunia Novel
11 Bab 11 Pengakuan Bhadra
12 Bab 12 tamparan suami selingkuh
13 Bab 13 Mati Lampu
14 bab 14 Luka yang hilang
15 Bab 15 Menangnya pelakor
16 Bab 16 Kebersamaan Annasya dan Bhadra
17 Bab 17 Perdebatan
18 Bab 18 Salah Orang
19 Bab 19 Buku Masa Depan.
20 Bab 20 Bertemu Plakor
21 Bab 21 Kekecewaan Bhadra
22 Bab 22 Keanehan Elmanno
23 Bab 23 Amarah Alenza
24 Bab 24 Rio Menyadarinya
25 Bab 25 Sadarnya Elmanno
26 Bab 26 Penasaran Bhadra
27 Bab 27 Rencana Annasya
28 PENGUMUMAN
29 Bab 28 Penukaran minuman
30 Bab 29 Akibat obat itu
31 Bab 30 peringatan alenza
32 BAB 31 Pengakuan Elmanno
33 Bab 32 Rio sang penguasa
34 Bab 33 Peringatan untuk Elmanno
35 BAB 34 Pengendali alur
36 Mengorbankan Annasya
37 Kata hati Bhadra
38 Bab 37 Amarah Rio
39 Bab 38 Penculikan
40 Bab 39 perlakuan kasar
41 BAB 40 Pengorbanan Rio
42 Bab 41 Menyadarkan Elmanno
43 Bab 42 Adanya Alenza Granita
44 Penyelamatan Annasya
45 Alenza hilang ingatan
46 Pecakapan di kamar
47 Hilang ingatan Alenza
48 Kecewa Annasya pada Bhadra
49 Antara Annasya dan Stepanie
50 Maaf
51 Kaleng dan bakso
52 Pengakuan Bhadra
53 I love u Sarani
54 Kesepakan El dan Rio
55 Kesal Elmanno
56 Hukuman dari Alenza Granita
57 Elmanno yang jahat kembali
58 Sakit hatinya Rio
59 Penyebab Alenza hilang ingatan
60 Khawatiran Alenza
61 Labrak
62 Seperti saputangan
63 penghinaan
64 cerita tamat
65 Kembalinya Annasya menjadi Sarani.
66 Dokter Ruslan apa Elmanno?
67 Kepulangan dari RS
68 Sebuah novel yang menyatukan
69 Kisah Alenza dan Rio
70 Acara Pernikahan.
71 Pengantin Pria diculik
72 Rencana jahat Sindi
73 Menikah dadakan
74 PENGUMUMAN
75 Sah suami istri dadakan
76 Hatiku berkata kau miliku
77 Malam dan pagi pertama
78 Kisah yang menjadi nyata
79 lamaran dadakan
80 Diterima
81 Sahabat luknut
82 Konsep pernikahan
83 Pernikahan Sarani
84 Hadiah
85 Mainan Mahal
86 London
87 Tentang rasa
88 Lahirnya baby twins
89 I love u
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6 Kembalinya Stepanie
7
bab 7 Pemakaman
8
Bab 8 Tragedi Kamar Mandi
9
Bab 9 Pengakuan Alenza
10
Bab 10 Dunia Novel
11
Bab 11 Pengakuan Bhadra
12
Bab 12 tamparan suami selingkuh
13
Bab 13 Mati Lampu
14
bab 14 Luka yang hilang
15
Bab 15 Menangnya pelakor
16
Bab 16 Kebersamaan Annasya dan Bhadra
17
Bab 17 Perdebatan
18
Bab 18 Salah Orang
19
Bab 19 Buku Masa Depan.
20
Bab 20 Bertemu Plakor
21
Bab 21 Kekecewaan Bhadra
22
Bab 22 Keanehan Elmanno
23
Bab 23 Amarah Alenza
24
Bab 24 Rio Menyadarinya
25
Bab 25 Sadarnya Elmanno
26
Bab 26 Penasaran Bhadra
27
Bab 27 Rencana Annasya
28
PENGUMUMAN
29
Bab 28 Penukaran minuman
30
Bab 29 Akibat obat itu
31
Bab 30 peringatan alenza
32
BAB 31 Pengakuan Elmanno
33
Bab 32 Rio sang penguasa
34
Bab 33 Peringatan untuk Elmanno
35
BAB 34 Pengendali alur
36
Mengorbankan Annasya
37
Kata hati Bhadra
38
Bab 37 Amarah Rio
39
Bab 38 Penculikan
40
Bab 39 perlakuan kasar
41
BAB 40 Pengorbanan Rio
42
Bab 41 Menyadarkan Elmanno
43
Bab 42 Adanya Alenza Granita
44
Penyelamatan Annasya
45
Alenza hilang ingatan
46
Pecakapan di kamar
47
Hilang ingatan Alenza
48
Kecewa Annasya pada Bhadra
49
Antara Annasya dan Stepanie
50
Maaf
51
Kaleng dan bakso
52
Pengakuan Bhadra
53
I love u Sarani
54
Kesepakan El dan Rio
55
Kesal Elmanno
56
Hukuman dari Alenza Granita
57
Elmanno yang jahat kembali
58
Sakit hatinya Rio
59
Penyebab Alenza hilang ingatan
60
Khawatiran Alenza
61
Labrak
62
Seperti saputangan
63
penghinaan
64
cerita tamat
65
Kembalinya Annasya menjadi Sarani.
66
Dokter Ruslan apa Elmanno?
67
Kepulangan dari RS
68
Sebuah novel yang menyatukan
69
Kisah Alenza dan Rio
70
Acara Pernikahan.
71
Pengantin Pria diculik
72
Rencana jahat Sindi
73
Menikah dadakan
74
PENGUMUMAN
75
Sah suami istri dadakan
76
Hatiku berkata kau miliku
77
Malam dan pagi pertama
78
Kisah yang menjadi nyata
79
lamaran dadakan
80
Diterima
81
Sahabat luknut
82
Konsep pernikahan
83
Pernikahan Sarani
84
Hadiah
85
Mainan Mahal
86
London
87
Tentang rasa
88
Lahirnya baby twins
89
I love u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!