Bab 5

Selamat membaca ......

Stakkkk

Terdengar suara itu lagi, kini jiwa Sarani bisa menggerakkan tubuh Annasya kembali sesuai kehendaknya. Masih di depan kelas bersama siswa laki-laki yang di panggil Bhadra itu untuk mengerjakan soal Fisika.

"Gue juga bisa, sini sepidolnya! " Annasya merebut sepidol dari tangan Bhadra lalu mulai mencorat coret papan tulis itu dengan rumus dan berbagai angka di sana, membuat semua orang yang berada di kelas menatap Annasya tanpa berkedip.

"Noh beres inimah kecil! " ucap Annasya, menaruh sepidol itu di meja guru lalu kembali duduk di kursinya.Begitu juga semua sisiwa dikelas itu di buat melongo olehnya.

"Heh Nasya ini beneran loe? Kok jadi mendadak pintar gini padahal loe tadi seperti khawatir tidak bisa mengerjakannya," ucap Alenza teman sebangku Annasya itu.

"Emang soal itu begitu tidak sulit kok! " sahut Annasya pada teman sebangkunya tentu saja dia adalah Alenza yang tadi nelpon.

"Ada yang aneh, hm aku mau nanya deh loe?" Alenza menatap Annasya dengan tajam.

"Napa? " Anansya menoleh pada Alenza.

Stakkk

"Huhhhhh, Nasya memang gak pintar alias bodoh!"

"Tapi dia cantik! "

"Jangan ribut," Suara Pak guru sambil mengetukan spidol ke meja.

"Annasya makin giat lagi belajarnya atau kamu bisa belajar bersama Bhadra," sambung Pak guru fisika itu, sedangkan Annasya hanya melongo dia masih belum mengerti bagaimana dirinya.

"Tadi kan aku yang ngerjain solanya malahan udah duduk pula ini jadi gini gimana urusannya," Annasya mengerutkan keningnya karena dirinya ternyata masih berdiri di depan bersama Bhadra.

"Aneh memang, jelas-jelas tadi gue udah lah gue pusing kaya papan catur aja hidup serasa ada yang menggerakan sendiri. " grutu Annasya.

Anansya dan Bhadra kembali ke tempat duduk masing-masing, Annasya kembali termenung memikirkan hidupnya yang serasa ada yang mengaturnya sendiri bahkan gerakan dan bicara pun seperti sebuah dialaog orang lain, Sarani sendiri yang berada di dalam tubuh Annasya merasa tidak bebas setelah suara nyaring itu terdengar.

Stakk

"Hey-hey Bhadra!" setelah terdengar suara itu ditelinganaya Annasya sekarang bisa leluasa bicara, dan kini dia penasaran dengan adegan tadi maka dia pun bertanya pada Bhadra.

"Apa? " Bhadra yang kebetulan duduk didepan Annasya pun menoleh.

Ting tong

Tiba-tiba suara bel istirahat berbunyi membuat Annasya ada kelegaan sendiri pasalnya dia akan bertanya pada Bhadra nanti di kantin biar leluasa untuk bertanya padanya.

"Nasya tadi loe mau ngapain manggil gue? " tanya Bhadra membuat Annasya tersenyum dan itu di artikan lain oleh Bhadra dan teman sebangku Bhadra sedangan Alenza dia buru-buru ke peprustakaan.

"Lampu hijau noh! " ucap teman Bhadra membuat Bhadra sendiri tersenyum sedangkan Annasya hanya sibuk merapikan buku di mejanya.

"Diam loe! " bisik tegas Bhadra tepat di telinga temannya itu.

"Bhadra ada yang ingin aku omongin nih, kekantin yok! " ucap Annasya sambil berdiri menunggu Bhadra.

"Khmm! Penantian panjang akhirnya tak sia-sia!" sindir teman Bhadra sebut saja namanya Bimo.

"Diam loe jangan bikin gue gugup! "

"Bhadra! " Annasya memanggil Bhadra karena dia terlalu lama membuatnya menunggu.

"Yok! " Bhadra berdiri dan menarik tangan Annasya menuju kantin, semua siswa yang masih berada dikelas beranggapan kalau mereka sudah pacaran karena Bhadra yang selalu cari perhatian pada Annasya.

Mereka kini berada di kantin sekolah duduk saling berhadapan, dua mangkuk bakso telah terhidang di atas meja serta minuman jus alpuket dan tomat pun ikut menemani mereka.

"Bhadra, hm loe nyadar gak kalau tadi yang ngerjain soal itu gue?" ucap Annasya dan membuat Bhadra tersedak dan sepontan membuat Annasya menberikan jus miliknya.

"Makasih! " Bhadra telihat sangat bahagia karena Annasya mau berbagi minumannya.

"Apa tadi loe dengar aku ngomong? " Annasya menatap serius Bhadra.

"Nasya apa kamu tadi lupa ingatan, gue lah yang ngerjain malahan loe juga melihatnya sendiri bukan?" sahut Bhadra menbuat Annasya melotot sempurna.

"Beneran loe gak lihat, bahkan setelah gue ngerjain soal itu gue langsung saja duduk dibangku loh! " Annasya menyakinkan Bhadara.

"Nasya kamu lagi sakit ya? Mau aku belikan obat? Jelas-jelas tadi loe barengan sama gue saat mau duduk di bangku! " Bhadra menaruh sendok garpunya dan membalas tatapan bingung Annasya.

"Apa gue udah gila, apa gue selalu menghalu dan seakan itu benar terjadi aduh gue jadi pusing sendiri!" Gumam Annasya dan memijat kepalanya yang di rasa berdenyut membuat Bhadra khawatir hingga dia berpindah menjadi duduk di samping Annasya.

"loe baik-baik saja kan? " Bhadra menggengam sebelah tangan Annasya tapi Annasya melepaskan gengaman itu.

"Aku tidak apa-apa, sebaiknya aku kekelas aja deh dan uangnya-"

"Jangan pikirlan itu biar nanti aku yang bayar! Tunggulah aku akan membayar dulu nanti kita bersama-sama ke kelas! " Bhadra segera berlari sebelum Annasya mencegahnya.

"Hah apa aku harus ke periksa kedokter psikiater? Gue takut gila! " Annasya bermonolog sendiri hingga Alenza begitu saja menghampiri Annasya.

"Nasya loe disini sendiri napa gak ajak gue kalau mau kekantin?" tanya Alenza lalu duduk di samping Annasya dan matanya tak sengaja melihat dua mangkuk dan dua gelas di sana.

"Loe berdua?" kembali Alenza bertanya membuat Annasya menoleh pada Alenza sambil terus memijit keningnya.

"Nasya yuk! " tiba-tiba Bhadra datang membuat Alenza tersenyum.

"Oh kalian udah jadian yah? Kalau begitu jangan lupa pajak jadiannya! " Annasya menaik turunkan alisnya.

"Belum! " Bhadra berbisik pada Alenza sedangkan Anansya hanya acuh dia sibuk dengan pikirannya sekarang.

"Nasya! " Bhadra menpuk pundak Annasya lalu terlihat annasya terperanjat.

"Udah, makasih ya tapi aku sebaiknya ke UKS aja deh biar Alenza aja yang anterin gue kasihan loe direpotin gue!" ucap Annasya dan berdiri lalu menarik tangan Alenza.

"Baiklah, Alenza jaga Nasya ya! " ucap Bhadra membuat Alenza mengacungkan sebelah jempolnya.

Alenza dan Annasya pun berjalan meninggalakan Bhadra sendiri dengan senyumnya.

"Sebentar lagi Annasya loe gue dapetin! " Gumam Bhadra percaya diri.

"Hm, Alenza apa gue punya penyakit? " tanya Annasya membuat Alenza menoleh.

"Setau gue loe emang sehat aja, menurut loe yang punya badan gimana? " Alenza mengerutkan dahinya masih menatap Annasya yang kini sedang berjalan beriringan bersamanya menuju ruang kelas.

"Eh, Alenza loe liat gue kan tadi yang ngerjain soal fisika itu malahan loe juga sempat terkejut kan saat gue bisa mengerjakan soal itu, ia kan?" Annasya menatap Alenza penuh antusias tapi bukan ekspresi bingung yang terlihat dari wajah Alenza melainkan ekspresi terkejut.

"Hm, kamu masih Annasya yang aku kenal kan? " tanya Alenza menyelidik membuat Annasya sendiri menelan ludahnya.

"Alenza apa maksudmu aku tidak waras? " tanya Annasya.

"Ah maksudku aku tadi lupa karena tidak memperhatikan sekeliling orang aku ketiduran juga! " Alenza memalingkan wajahnya dengan tawa paksanya.

Terpopuler

Comments

Nf@. Conan 😎

Nf@. Conan 😎

bneran g blum faham sma nih crita

2024-04-19

0

Huby Huby

Huby Huby

apasih kagak jelas

2022-10-17

1

Lita Puspitasari

Lita Puspitasari

ga paham 2 jiwa masih nempel
ceritanya bagus, ga paham tiba-tiba muncul nasya asli ga terlalu suka lembek

2022-09-18

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6 Kembalinya Stepanie
7 bab 7 Pemakaman
8 Bab 8 Tragedi Kamar Mandi
9 Bab 9 Pengakuan Alenza
10 Bab 10 Dunia Novel
11 Bab 11 Pengakuan Bhadra
12 Bab 12 tamparan suami selingkuh
13 Bab 13 Mati Lampu
14 bab 14 Luka yang hilang
15 Bab 15 Menangnya pelakor
16 Bab 16 Kebersamaan Annasya dan Bhadra
17 Bab 17 Perdebatan
18 Bab 18 Salah Orang
19 Bab 19 Buku Masa Depan.
20 Bab 20 Bertemu Plakor
21 Bab 21 Kekecewaan Bhadra
22 Bab 22 Keanehan Elmanno
23 Bab 23 Amarah Alenza
24 Bab 24 Rio Menyadarinya
25 Bab 25 Sadarnya Elmanno
26 Bab 26 Penasaran Bhadra
27 Bab 27 Rencana Annasya
28 PENGUMUMAN
29 Bab 28 Penukaran minuman
30 Bab 29 Akibat obat itu
31 Bab 30 peringatan alenza
32 BAB 31 Pengakuan Elmanno
33 Bab 32 Rio sang penguasa
34 Bab 33 Peringatan untuk Elmanno
35 BAB 34 Pengendali alur
36 Mengorbankan Annasya
37 Kata hati Bhadra
38 Bab 37 Amarah Rio
39 Bab 38 Penculikan
40 Bab 39 perlakuan kasar
41 BAB 40 Pengorbanan Rio
42 Bab 41 Menyadarkan Elmanno
43 Bab 42 Adanya Alenza Granita
44 Penyelamatan Annasya
45 Alenza hilang ingatan
46 Pecakapan di kamar
47 Hilang ingatan Alenza
48 Kecewa Annasya pada Bhadra
49 Antara Annasya dan Stepanie
50 Maaf
51 Kaleng dan bakso
52 Pengakuan Bhadra
53 I love u Sarani
54 Kesepakan El dan Rio
55 Kesal Elmanno
56 Hukuman dari Alenza Granita
57 Elmanno yang jahat kembali
58 Sakit hatinya Rio
59 Penyebab Alenza hilang ingatan
60 Khawatiran Alenza
61 Labrak
62 Seperti saputangan
63 penghinaan
64 cerita tamat
65 Kembalinya Annasya menjadi Sarani.
66 Dokter Ruslan apa Elmanno?
67 Kepulangan dari RS
68 Sebuah novel yang menyatukan
69 Kisah Alenza dan Rio
70 Acara Pernikahan.
71 Pengantin Pria diculik
72 Rencana jahat Sindi
73 Menikah dadakan
74 PENGUMUMAN
75 Sah suami istri dadakan
76 Hatiku berkata kau miliku
77 Malam dan pagi pertama
78 Kisah yang menjadi nyata
79 lamaran dadakan
80 Diterima
81 Sahabat luknut
82 Konsep pernikahan
83 Pernikahan Sarani
84 Hadiah
85 Mainan Mahal
86 London
87 Tentang rasa
88 Lahirnya baby twins
89 I love u
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6 Kembalinya Stepanie
7
bab 7 Pemakaman
8
Bab 8 Tragedi Kamar Mandi
9
Bab 9 Pengakuan Alenza
10
Bab 10 Dunia Novel
11
Bab 11 Pengakuan Bhadra
12
Bab 12 tamparan suami selingkuh
13
Bab 13 Mati Lampu
14
bab 14 Luka yang hilang
15
Bab 15 Menangnya pelakor
16
Bab 16 Kebersamaan Annasya dan Bhadra
17
Bab 17 Perdebatan
18
Bab 18 Salah Orang
19
Bab 19 Buku Masa Depan.
20
Bab 20 Bertemu Plakor
21
Bab 21 Kekecewaan Bhadra
22
Bab 22 Keanehan Elmanno
23
Bab 23 Amarah Alenza
24
Bab 24 Rio Menyadarinya
25
Bab 25 Sadarnya Elmanno
26
Bab 26 Penasaran Bhadra
27
Bab 27 Rencana Annasya
28
PENGUMUMAN
29
Bab 28 Penukaran minuman
30
Bab 29 Akibat obat itu
31
Bab 30 peringatan alenza
32
BAB 31 Pengakuan Elmanno
33
Bab 32 Rio sang penguasa
34
Bab 33 Peringatan untuk Elmanno
35
BAB 34 Pengendali alur
36
Mengorbankan Annasya
37
Kata hati Bhadra
38
Bab 37 Amarah Rio
39
Bab 38 Penculikan
40
Bab 39 perlakuan kasar
41
BAB 40 Pengorbanan Rio
42
Bab 41 Menyadarkan Elmanno
43
Bab 42 Adanya Alenza Granita
44
Penyelamatan Annasya
45
Alenza hilang ingatan
46
Pecakapan di kamar
47
Hilang ingatan Alenza
48
Kecewa Annasya pada Bhadra
49
Antara Annasya dan Stepanie
50
Maaf
51
Kaleng dan bakso
52
Pengakuan Bhadra
53
I love u Sarani
54
Kesepakan El dan Rio
55
Kesal Elmanno
56
Hukuman dari Alenza Granita
57
Elmanno yang jahat kembali
58
Sakit hatinya Rio
59
Penyebab Alenza hilang ingatan
60
Khawatiran Alenza
61
Labrak
62
Seperti saputangan
63
penghinaan
64
cerita tamat
65
Kembalinya Annasya menjadi Sarani.
66
Dokter Ruslan apa Elmanno?
67
Kepulangan dari RS
68
Sebuah novel yang menyatukan
69
Kisah Alenza dan Rio
70
Acara Pernikahan.
71
Pengantin Pria diculik
72
Rencana jahat Sindi
73
Menikah dadakan
74
PENGUMUMAN
75
Sah suami istri dadakan
76
Hatiku berkata kau miliku
77
Malam dan pagi pertama
78
Kisah yang menjadi nyata
79
lamaran dadakan
80
Diterima
81
Sahabat luknut
82
Konsep pernikahan
83
Pernikahan Sarani
84
Hadiah
85
Mainan Mahal
86
London
87
Tentang rasa
88
Lahirnya baby twins
89
I love u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!