bab 14 Luka yang hilang

"Aw, " Elmanno mengerang merasakan sakit di bahunya.

"Nasya parah loe ini pecakah kaca masih ada di bahu gue, bener tega loe! " pekik Elmanno.

"Loe yang tega, ya tega ya mesum ya kurang ajar yang curi kesempatan dalam kesempitan! Plus-plus banyak buruknya loe! " Annnasya merogoh ponselnya di saku lalu menyalakan senter disana.

"NASYA! " teriak Elmanno terkejut melihat wajah Nasya yang tersorot cahaya ponsel itu.

"Brisik! " sahut Nasya, lalu menyoroti bahu Elmanno.

"Duh berdarah parah, sakit ya? " Annasya terkejut melihat bahu Elmanno yang mengeluarkan darah dan masih ada potongan kaca lampu itu.

"Kok bisa gitu ya, kulit kan lentur! " gumam Annnasya membuat Elmanno geram.

"Loe bersihin lampu kaca yang berserakan di lantai! " titah Elmanno.

"Males! " sahut Anansya.

"Tanggung jawab! " Elmanno melotot pada Annasya tentu saja Annasya tidak bisa melihat karena gelap.

"Loe juga meremas aset gue kan! " ucap Annasya.

"Gue udah nikah sama loe, meremas begitu saja harus tanggung jawab yang ada loe dapat pahala kali loe harus terima kasih sama gue. Lagian kalau gue remas seluruh tubuh loe juga gak bakalan haram, so jual mahal sekarang! " Elmanno berjalan untuk mencari ponsel tapi sial kakinya menginjak serpihan kaca dari lampu itu.

"Nasya bersihkan! " teriak Elmanno.

"Iya iya! " Akihirnya Annasya pun menurut untuk membersihkannya.

Tidak lama lampu kembali menyala Annasya dan Elmanno kini berasa di sofa dengan Annasya yang tengah mengobati luka Elmanno.

"Pelan-pelan! " ucap Elmanno.

"Ini juga! " sahut Annasya dan beberapa pikirannya menggangu otaknya

"Hm, El apa kamu mulai sadar kalau gue berbeda maksudnya gue adalah satu orang yang memiliki sifay yang berbeda jauh. " ucap annasya.

"Kenapa emang! " sahut Elmannol

"Tidak hanya bertanya saja! " Annasya sambil membersihkan luka pada bahu Elnanno. Sedangkan Elmanno sendiri terlihat tersenyum menyeringai dalam tunduknya.

STAKKKKK

Annasya mengerjap, tiba-tiba saja dia berada di dapur sambil membawa makanan di tangannya, dengan setelan seragam sekolah.

"Non apa supnya panas, biar bibi bawa nampan! " dari arah belakang sang bibi terlihat mencari sesuatu dan memberikannya pada Annasya.

"Non memang istri idaman setiap pagi selalu membuatkan makanan untuk suami, padahal bibi juga ada," ucap bibi itu seraya tersenyum pada Annasya.

"Itu sudah kewajibanku melayani Mas El! " Annasya meletakan mangkuk berisi sup itu di nampan dan membawanya ke meja makan, di sana Sahara, dan Naraya sudah duduk dengan manis seraya tersenyum pada Annasya.

"Nenek lampir dan anaknya senyum begitu, pasti ada racun di tangannya," batin Annasya, hingga dia mengingat bayangan semalam.

"Apa mereka akan memfitnah ku, sekarang! Sudah kuduga! " kembali hatinya berucap.

Annasya meletakan sup itu dimeja, lalu duduk di kursi tapi Sarani mencegah Annasya untuk duduk dengan berkata, " Nasya kamu gak sopan makan mendahului Elmanno, sana panggil dia! "

Annasya pun beranjak dari kursinya dan melangkah menjauhi meja makan menuju kamar, sedangkan Sarani dan Naraya tertawa tertahan melihat Annnasya pergi.

"Ini kaki bener-benar! Gue mencoba untuk berhenti tapi gak bisa! " teriak batin Annasya.

Annasya tiba dikamar lalu membuka pintu itu dan menampakan Elmanno yang hanya memakai boksernya saja.

"Ya Tuhan, ini memalukan! " gumam hati Annasya dan tidak sengaja menatap bahu Elmanno yang mulus tanpa luka.

"Bahkan lukanya pun jadi hilang, selain hilang ingatannya juga!" sambung hati Annasya, luka di bahu dan kaki Elmanno terlihat menghilang seperti tidak ada yang terjadi semalam.

"Mas ayo kita makan! " ucap Annasya lembut dan tersenyum manis.

"Menjijikan! " komentar hati Annasya.

"Gue lagi dibaju, loe gak liat! " ucap ketus Elmanno sedangkan Annasya hanya diam saja.

"Aku akan menunggu! " Annasya berjalan ke sofa dan duduk di sana.

"Ayolah kembali ke meja makan, pasti di racunin itu sup! " khawatir hati Annasya.

Tak lama kemudian Elmanno begitu saja keluar kamar tanpa bicara pada Annasya yang sedari tadi menunggu. Melihat Elmanno yang keluar Annasya pun ikut keluar kamar juga dan mereka menuju ruang makan.

Di sana keluarga sudah berkumpul sedangkan hati Annasya gelisah karena sup buatannya yang terhidang buat Elmanno itu. hingga Elmanno hendak akan menyindukan sup itu.

"Jangan di makan! " teriak Annasya membuat semua orang yang berada di sana terkejut begitu juga dirinya, bahkan Elmanno pun menyimpan kembali sendoknya tanpa memakan sup itu.

"Kenapa? " tanya Elga, Sahara dan Naraya terlihat cemas dan memilih untuk meneruskan makan.

"Ah, i i itu aku lupa menambahkan garam ya itu! Ha ha! " Annasya tertawa garing lalu membawa mangkuk Elmanno ke dapur.

Di dapur Annasya menggelengkan kepalanya, " Bahkan dalam alur cerita aku bisa bicara tadi, benarkah aku bisa bicara! Bisa berjalan ke dapur juga. hebat!"

Pranggg

Terdengat suara benda terjatuh dan semua orang yang berada dimeja makan terkejut, begitu juga Annasya yang baru sampai di sana. Elmanno memegang dadanya kuat, dia terlihat pucat.

"El kamu kenapa? " tanya Sahara panik begitu juga Naraya, sedangkan Elga terlihat menelepon seseorang.

"El... " Lirih hati Annasya.

"Ini semua gara-gara anak itu yang tidak becus merawat El, kamu memang hanya pembawa sial buat Elmanno!" tiba-tiba saja Sahara berteriak dan menunjuk ke arah Annasya.

"Mah jaga ucapan mu! Sebentar lagi Dokter Hendin akan kemari! " Sahut Elga dan Anansya hanya menunduk.

"Ini maksudnya apa? Gue bisa merubah alur cerita tapi tetap Elmanno kesakitan! Dan lagi sekarang gue kembali tidak bisa bicara dan bergerak sesukanya! Gue harus ketemu dan bicara sama Alenza! " ucap hati Annasya.

"Gak usah panggil dokter ini udah agak mendingan! " ucap Elmanno, bahkan dirinya saja bingung yang mendadak sakit di dadanya hilang begitu saja.

"Kamu harus di periksa mamih takut kamu kenapa-napa! " Sahara terlihat sangat cemas.

"Biar papih membawa mu ke kamar, hari ini kamu harus istirahat biar Papih yang di kantor! " Elga berjalan ke arah Elamno dan mulai memapahnya.

"Pih aku baik-baik saja sekarang hanya saja tadi agak sedikit sakit karena mungkin belum serapan! " Elmanno menepis tangan Elga pelan lalu kembali duduk di kursinya.

"El ayolah jangan membuat kami khawatir setidaknya di periksa dulu kenapa biar kami tidak begitu cemas! " Naraya membujuk Elmanno.

"Terserah lah, tapi Pih hari ini akan ada rapat penting bagaimana? " Elmanno menoleh pada Elga.

"Biar Papih urus, itu juga masih perusahan Papih kan! " Elga tersenyum.

"Baiklah! " Elmanno pun akhirnya menurut.

Annasya tidak sabar ingin menanyakan hal yang terjadi padanya kepada Alenza hingga dia memutuskan untuk pergi sekolah saja.

"Hm tapi gue harus sekolah! " Annasya menutup mulutnya sambil melotot, lagi-lagi dirinya bisa bicara sesuka hatinya dan di dengar oleh orang-orang disekelilingnya.

"Arrggh! " Elmanno kembali kesakitan setelah Annasya bicara seperti itu.

"Kamu itu benar-benar istri durhaka, suami sakit malah mau pergi! El biar kakak panggil Stepanie saja! " Naraya merogoh ponselnya lalu menelepon Stepanie, sedangkan Annasya masih cengo melihat susana saat ini.

HAI READER,,, GIMANA CERITANYA? AYO KASIH SARAN ATAU MASUKAN ATAU ADA YANG MERASA BELUM PAHAM DENGAN ALUR CERITANYA BISA KOMENTAR YA!

INI ADALAH NOVEL PERTAMA BERTEMA ISAKAI YANG AKU BUAT, JADI PENGALAMAN PERTAMA JUGA DAN MASIH BELAJAR TENTUNYA.

SELAIN MEMAKLUMI JUGA MOHON KRITIKAN DAN SARANYYA AGAR BISA LEBIH BAIK LAGI DAN MENJADI PEMBELAJARAN BAGI AUTOR SENDIRI.

Terpopuler

Comments

Ova

Ova

gw spesial komen buat loe thooor..

ga usah nanya2 reader.. ntar loe pusing ndiri...

gw maunya loe kelarin ni novel buruan thooor..gw penasaran...

2022-09-15

2

Tiya Flapiana

Tiya Flapiana

Yuk semangat kakak

2022-08-17

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6 Kembalinya Stepanie
7 bab 7 Pemakaman
8 Bab 8 Tragedi Kamar Mandi
9 Bab 9 Pengakuan Alenza
10 Bab 10 Dunia Novel
11 Bab 11 Pengakuan Bhadra
12 Bab 12 tamparan suami selingkuh
13 Bab 13 Mati Lampu
14 bab 14 Luka yang hilang
15 Bab 15 Menangnya pelakor
16 Bab 16 Kebersamaan Annasya dan Bhadra
17 Bab 17 Perdebatan
18 Bab 18 Salah Orang
19 Bab 19 Buku Masa Depan.
20 Bab 20 Bertemu Plakor
21 Bab 21 Kekecewaan Bhadra
22 Bab 22 Keanehan Elmanno
23 Bab 23 Amarah Alenza
24 Bab 24 Rio Menyadarinya
25 Bab 25 Sadarnya Elmanno
26 Bab 26 Penasaran Bhadra
27 Bab 27 Rencana Annasya
28 PENGUMUMAN
29 Bab 28 Penukaran minuman
30 Bab 29 Akibat obat itu
31 Bab 30 peringatan alenza
32 BAB 31 Pengakuan Elmanno
33 Bab 32 Rio sang penguasa
34 Bab 33 Peringatan untuk Elmanno
35 BAB 34 Pengendali alur
36 Mengorbankan Annasya
37 Kata hati Bhadra
38 Bab 37 Amarah Rio
39 Bab 38 Penculikan
40 Bab 39 perlakuan kasar
41 BAB 40 Pengorbanan Rio
42 Bab 41 Menyadarkan Elmanno
43 Bab 42 Adanya Alenza Granita
44 Penyelamatan Annasya
45 Alenza hilang ingatan
46 Pecakapan di kamar
47 Hilang ingatan Alenza
48 Kecewa Annasya pada Bhadra
49 Antara Annasya dan Stepanie
50 Maaf
51 Kaleng dan bakso
52 Pengakuan Bhadra
53 I love u Sarani
54 Kesepakan El dan Rio
55 Kesal Elmanno
56 Hukuman dari Alenza Granita
57 Elmanno yang jahat kembali
58 Sakit hatinya Rio
59 Penyebab Alenza hilang ingatan
60 Khawatiran Alenza
61 Labrak
62 Seperti saputangan
63 penghinaan
64 cerita tamat
65 Kembalinya Annasya menjadi Sarani.
66 Dokter Ruslan apa Elmanno?
67 Kepulangan dari RS
68 Sebuah novel yang menyatukan
69 Kisah Alenza dan Rio
70 Acara Pernikahan.
71 Pengantin Pria diculik
72 Rencana jahat Sindi
73 Menikah dadakan
74 PENGUMUMAN
75 Sah suami istri dadakan
76 Hatiku berkata kau miliku
77 Malam dan pagi pertama
78 Kisah yang menjadi nyata
79 lamaran dadakan
80 Diterima
81 Sahabat luknut
82 Konsep pernikahan
83 Pernikahan Sarani
84 Hadiah
85 Mainan Mahal
86 London
87 Tentang rasa
88 Lahirnya baby twins
89 I love u
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6 Kembalinya Stepanie
7
bab 7 Pemakaman
8
Bab 8 Tragedi Kamar Mandi
9
Bab 9 Pengakuan Alenza
10
Bab 10 Dunia Novel
11
Bab 11 Pengakuan Bhadra
12
Bab 12 tamparan suami selingkuh
13
Bab 13 Mati Lampu
14
bab 14 Luka yang hilang
15
Bab 15 Menangnya pelakor
16
Bab 16 Kebersamaan Annasya dan Bhadra
17
Bab 17 Perdebatan
18
Bab 18 Salah Orang
19
Bab 19 Buku Masa Depan.
20
Bab 20 Bertemu Plakor
21
Bab 21 Kekecewaan Bhadra
22
Bab 22 Keanehan Elmanno
23
Bab 23 Amarah Alenza
24
Bab 24 Rio Menyadarinya
25
Bab 25 Sadarnya Elmanno
26
Bab 26 Penasaran Bhadra
27
Bab 27 Rencana Annasya
28
PENGUMUMAN
29
Bab 28 Penukaran minuman
30
Bab 29 Akibat obat itu
31
Bab 30 peringatan alenza
32
BAB 31 Pengakuan Elmanno
33
Bab 32 Rio sang penguasa
34
Bab 33 Peringatan untuk Elmanno
35
BAB 34 Pengendali alur
36
Mengorbankan Annasya
37
Kata hati Bhadra
38
Bab 37 Amarah Rio
39
Bab 38 Penculikan
40
Bab 39 perlakuan kasar
41
BAB 40 Pengorbanan Rio
42
Bab 41 Menyadarkan Elmanno
43
Bab 42 Adanya Alenza Granita
44
Penyelamatan Annasya
45
Alenza hilang ingatan
46
Pecakapan di kamar
47
Hilang ingatan Alenza
48
Kecewa Annasya pada Bhadra
49
Antara Annasya dan Stepanie
50
Maaf
51
Kaleng dan bakso
52
Pengakuan Bhadra
53
I love u Sarani
54
Kesepakan El dan Rio
55
Kesal Elmanno
56
Hukuman dari Alenza Granita
57
Elmanno yang jahat kembali
58
Sakit hatinya Rio
59
Penyebab Alenza hilang ingatan
60
Khawatiran Alenza
61
Labrak
62
Seperti saputangan
63
penghinaan
64
cerita tamat
65
Kembalinya Annasya menjadi Sarani.
66
Dokter Ruslan apa Elmanno?
67
Kepulangan dari RS
68
Sebuah novel yang menyatukan
69
Kisah Alenza dan Rio
70
Acara Pernikahan.
71
Pengantin Pria diculik
72
Rencana jahat Sindi
73
Menikah dadakan
74
PENGUMUMAN
75
Sah suami istri dadakan
76
Hatiku berkata kau miliku
77
Malam dan pagi pertama
78
Kisah yang menjadi nyata
79
lamaran dadakan
80
Diterima
81
Sahabat luknut
82
Konsep pernikahan
83
Pernikahan Sarani
84
Hadiah
85
Mainan Mahal
86
London
87
Tentang rasa
88
Lahirnya baby twins
89
I love u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!