Bab 15 Menangnya pelakor

Elmanno terlihat berbaring dikasur sedangkan Annasya hanya menatap aneh Elmanno.

"Gue mau minum! " Ucap Elmanno tanpa menoleh pada Annasya.

"Biar aku ambilkan! " Annasya beranjak dari duduknya dan berjalan keluar kamar.

Sedangkan Sahara dan Naraya tengah sibuk menelepon Stepanie.

"Step kamu kesini kan, El sakit! " ucap Naraya beritahu Sahara lewat telepon genggamnya.

"Untuk saat ini tidak bisa tante karena ada pemotretan, mungkin tiga jam kedepan Step usahakan untuk kesana! " sahut Stepanie di sebrang telepon sana.

Naraya melihat Annasya keluar dan akan melewatinya, senyum jahat pun Naraya sunggingkan sambil berkata pada Stepanie, "Kalau bisa secepatnya ya, karena istri kecilnya tidak begitu pandai merawat terlalu dini memang! Lagian El hanya mencintai kamu seorang jadi cepatlah kemari biar El senang kalau kamu yang rawat. "

Annasya yang mendengar itu seketika air matanya menetes membasahi pipinya sambil terus berjalan ke arah dapur.

"Hah lagi-lagi harus nangis, lagian bagus kalau si Step itu kemari pasti gue di usir dan ada kesempatan buat gue ketemu Alenza! " ucap batin Annasya.

Annasya terlihat nangis sesegukan padahal bukan kehendaknya untuk menangis, bukankah itu sangat menjengkelkan! Dia mengambil air putih lalu menuangkannya pada gelas dan menaruhnya di nampan.

"Sekuat kuatnya aku, kalau setiap detik setiap menit seperti ini aku gak kuat! " lirih Annasya dan hal itu terdengar oleh sang bibi, sebut saja namanya Bi Sum, yang senantiasa selalu mengkhawatirkan Annasya karena selalu di perlakukan dengan buruk.

"Non! " Bi sum menatap nanar pada Annasya.

"Bi Sum, " Annasya segera menghapus air matanya tapi di tahan oleh bi Sum.

"Biarkan air matamu mengalir, Non bisa melupakannya di depan bibi! " Ucap Bi Sum.

"Bibi! " Annasya begitu saja memeluk bi Sum.

"Non ingatlah setiap cobaan pasti ada jalannya dan bagaimana kita menyikapi masalah itu, jangan terlalu larut dalam pikiran karena Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi batas kemampuannya. " nasihat bi Sum.

"Iya Bi, " Annasya melepaskan pelukannya dan menghapus bersih air mata yang membasahi pipinya.

"Non mau ambil air buat siapa? " tanya Bi Sum menatap segelas air yang berada di nampan.

"Buat Mas El! " jawab Annasya. "Makasih Bi aku akan memberikan minum ini dulu! " sambung Annasya mengambil nampan berisi gelas itu di meja, lalu bergegas untuk pergi.

"Sukanya nih badan sama om-om itu! Heh gue males liat mukanya aja!" batin Annasya.

Annasya membuka pintu kamar dan terlihat Elmano tengah duduk diatas kasur sambil menelepon seseorang, Annasya pun berjalan mendekat dan menyimpan gelas itu diatas nakas.

"Gue baik-baik aja kok jangan khawatir, loe santai aja pemotretan di sana! " terdengar Elmanno membalas percakapan di telpon itu, sudah ketebak kalau dia sedang berbicara dengan Stepanie.

"Mas ini minumnya! " Ucap Annasya, dan Elmanno pun menoleh.

"Jangan kesini kalau sibuk aku baik-baik saja!" Ucap Elmanno, menghiraukan ucapan Annasya.

"Laki-laki kurang ajar! Berani dia telponan sama pacarnya di hadapan istri sah nya, benar-benar tidak mempunyai perasaan! Aku cekik nanti baru tau rasa! " amarah batin Annasya.

"Aku keluar dulu Mas! " Ucap Annasya lalu berbalik dan kembali meneteskan air mata.

"Lawan napa jangan nangis mulu cape tau! " Pekik batin Annasya.

Elmanno melihat kalau Annasya menangis dan dia pun hanya mengigit bibir bawahnya, Annasya malah keluar dari kamar dan suara ponsel pun terdengar. Annasya melihat kalau ada nomor baru yang memanggilnya dia pun menerima panggilan tersebut.

"Hallo? " Suara Annasya seraya menehan tangisnya.

"Nasya ini Bhadra, kenapa loe tidak masuk sekolah padahal ada ujian hari ini! " terdengar suara Bhadra di sana menggema telinganya.

"Oh maaf gue tidak sempat memberitahu kalau ada kepeentingan keluarga yang tidak bisa aku tinggalakan! " sahut Annasya meremas ujung rok seragamnya.

"Begitu yah, syukur kalau ada kepentingan keluarga asal jangan sampai loe gak sekolah karena sakit. Tapi suara loe terdengar parau, apa kamu menangis? " tanya Bhadra, bahkan Annasya merasakan kalau dia tidak seperti itu tapi emang kenyataannya dia tidak bisa menahan untuk tidak menangis.

"Nggak udah dulu ya! " Annasya begitu saja menutup sambungan teleponnya, dan tidak sengaja dia melihat sosok Stepanie tengah masuk ke rumah dengan tergesa, membuat dirinya kembali harus menangis.

"Kenapa harus aku yang tersakiti!" gumam Annasya.

"Ubah diri loe jangan mau ditindas! " komentar batin Annasya.

Kaki Annasya menuntun dia untuk kembali masuk dan menghampiri Elmanno tentu saja di sana sudah ada Stepanie.

"Bahkan dia begitu saja masuk, pelakor memang!" ucap batin Annasya.

"Khm! " Annasya berdehem Elmanno dan Stepanie pun menoleh.

"Oh hai istrinya El, maaf ya aku begitu saja kemari soalnya ya aku lebih penting disini kasian El aku tidak tega liat dia seperti ini! " Stepanie yang hendak menyuapi Elmanno pun terhenti.

"Kamu keluarlah! " ucap Elmanno.

"Mas aku ini istrimu, sekecil apa pun aku dimata agama dan negara mas itu suami sah ku! Kenapa tega sekali!" Annasya berlari keluar dan menahan tangisnya hingga sampai dihalaman rumah Annasya bertemu dengan Sahara dan Naraya.

"Hei anak kecil bagaimana sakit kan, udah tinggalkan Elmanno dia tidak pantas bersanding denganmu! " Ucap Naraya dan Annasya semakin kencang berlari entah kemana.

"Lah hajar mereka dong jangan pergi, geram gue! " Batin Annasya merasa kesal.

Annasya berlari hingga sampai trotoar dia memelankan larinya dan masuk kesebuah taman dia pun duduk di sana dan menangis sesegukan sambil memegang dadanya.

Tanpa Annasya sadari sepasang mata tengah menatapnya khawatir, dan berjalan menuju tempat dirinya duduk.

"Nasya! " seseorang itu menepuk bahunya pelan, Annasya pun terkejut dan menoleh.

"Bhadra! " lirih Annasya lalu menghapus segera air matanya tapi ditahan oleh Bhadra.

"Biarakan itu mengalir gue hanya perlu duduk dan loe bisa bersandar dibahu gue! " Bhadra duduk di samping Annasya lalu menuntun kepala Annasya untuk bersandar di bahunya.

"Gue punya satu tempat dimana loe bisa berteriak semampu loe untuk melampiaskan amarah dan kesal, apa mau kesana? " sambung Bhadra.

"Loe kan lagi sekolah, kenapa kemari? " Annasya malah bertanya.

"Gue berniat untuk membeli alat praktek ujian karena lupa, dan di jalan gue ketemu loe disini! " jawab Bhadra tersenyum.

"Loe kembali kesekolah sana gue gak enak sama loe! " Annasya bangun dari bahu Bhadra.

"Lalu enaknya loe, gue gak ada disamping loe, hah ogah gue mau nemenin loe aja!" Bhadra tersenyum.

"Tapi-"

"Jangan membantah yuk kita bolos bersama!" Bhadra menarik tangan Annasya dan menuntunya menuju motor gede miliknya.

Bhadra memakaikan helm pada Annasya, dan menuntun dirinya untuk duduk di jok motor belakang seraya berkata, "Yuk cepat naik! "

Annasya pun akhirnya mengangguk lalu menaiki motor itu, tapi setelah naik motor itu tidak kunjung maju hingga Annasya pun bingung.

"Sini kedua tangan loe! " ucap Bhadra menaikan kedua tangannya disamping kedua bahunya, Annasya pun menurut dia mengulurkan kedua tangannya Bhadra pun menggengam tangan Annasya dan menuntunnya untuk pegangan dipinggangnya.

"Aih aih sweet banget nih cowok, di dunia gue ada gak ya cowok macam nih! Atau gue nya aja yang kudet masalah cowok. Malah deg degan gue ama nih bocah ya tampan perhatian oh persis seperti dinovel! " Batin Annasya yang jomblo kesenengan.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6 Kembalinya Stepanie
7 bab 7 Pemakaman
8 Bab 8 Tragedi Kamar Mandi
9 Bab 9 Pengakuan Alenza
10 Bab 10 Dunia Novel
11 Bab 11 Pengakuan Bhadra
12 Bab 12 tamparan suami selingkuh
13 Bab 13 Mati Lampu
14 bab 14 Luka yang hilang
15 Bab 15 Menangnya pelakor
16 Bab 16 Kebersamaan Annasya dan Bhadra
17 Bab 17 Perdebatan
18 Bab 18 Salah Orang
19 Bab 19 Buku Masa Depan.
20 Bab 20 Bertemu Plakor
21 Bab 21 Kekecewaan Bhadra
22 Bab 22 Keanehan Elmanno
23 Bab 23 Amarah Alenza
24 Bab 24 Rio Menyadarinya
25 Bab 25 Sadarnya Elmanno
26 Bab 26 Penasaran Bhadra
27 Bab 27 Rencana Annasya
28 PENGUMUMAN
29 Bab 28 Penukaran minuman
30 Bab 29 Akibat obat itu
31 Bab 30 peringatan alenza
32 BAB 31 Pengakuan Elmanno
33 Bab 32 Rio sang penguasa
34 Bab 33 Peringatan untuk Elmanno
35 BAB 34 Pengendali alur
36 Mengorbankan Annasya
37 Kata hati Bhadra
38 Bab 37 Amarah Rio
39 Bab 38 Penculikan
40 Bab 39 perlakuan kasar
41 BAB 40 Pengorbanan Rio
42 Bab 41 Menyadarkan Elmanno
43 Bab 42 Adanya Alenza Granita
44 Penyelamatan Annasya
45 Alenza hilang ingatan
46 Pecakapan di kamar
47 Hilang ingatan Alenza
48 Kecewa Annasya pada Bhadra
49 Antara Annasya dan Stepanie
50 Maaf
51 Kaleng dan bakso
52 Pengakuan Bhadra
53 I love u Sarani
54 Kesepakan El dan Rio
55 Kesal Elmanno
56 Hukuman dari Alenza Granita
57 Elmanno yang jahat kembali
58 Sakit hatinya Rio
59 Penyebab Alenza hilang ingatan
60 Khawatiran Alenza
61 Labrak
62 Seperti saputangan
63 penghinaan
64 cerita tamat
65 Kembalinya Annasya menjadi Sarani.
66 Dokter Ruslan apa Elmanno?
67 Kepulangan dari RS
68 Sebuah novel yang menyatukan
69 Kisah Alenza dan Rio
70 Acara Pernikahan.
71 Pengantin Pria diculik
72 Rencana jahat Sindi
73 Menikah dadakan
74 PENGUMUMAN
75 Sah suami istri dadakan
76 Hatiku berkata kau miliku
77 Malam dan pagi pertama
78 Kisah yang menjadi nyata
79 lamaran dadakan
80 Diterima
81 Sahabat luknut
82 Konsep pernikahan
83 Pernikahan Sarani
84 Hadiah
85 Mainan Mahal
86 London
87 Tentang rasa
88 Lahirnya baby twins
89 I love u
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6 Kembalinya Stepanie
7
bab 7 Pemakaman
8
Bab 8 Tragedi Kamar Mandi
9
Bab 9 Pengakuan Alenza
10
Bab 10 Dunia Novel
11
Bab 11 Pengakuan Bhadra
12
Bab 12 tamparan suami selingkuh
13
Bab 13 Mati Lampu
14
bab 14 Luka yang hilang
15
Bab 15 Menangnya pelakor
16
Bab 16 Kebersamaan Annasya dan Bhadra
17
Bab 17 Perdebatan
18
Bab 18 Salah Orang
19
Bab 19 Buku Masa Depan.
20
Bab 20 Bertemu Plakor
21
Bab 21 Kekecewaan Bhadra
22
Bab 22 Keanehan Elmanno
23
Bab 23 Amarah Alenza
24
Bab 24 Rio Menyadarinya
25
Bab 25 Sadarnya Elmanno
26
Bab 26 Penasaran Bhadra
27
Bab 27 Rencana Annasya
28
PENGUMUMAN
29
Bab 28 Penukaran minuman
30
Bab 29 Akibat obat itu
31
Bab 30 peringatan alenza
32
BAB 31 Pengakuan Elmanno
33
Bab 32 Rio sang penguasa
34
Bab 33 Peringatan untuk Elmanno
35
BAB 34 Pengendali alur
36
Mengorbankan Annasya
37
Kata hati Bhadra
38
Bab 37 Amarah Rio
39
Bab 38 Penculikan
40
Bab 39 perlakuan kasar
41
BAB 40 Pengorbanan Rio
42
Bab 41 Menyadarkan Elmanno
43
Bab 42 Adanya Alenza Granita
44
Penyelamatan Annasya
45
Alenza hilang ingatan
46
Pecakapan di kamar
47
Hilang ingatan Alenza
48
Kecewa Annasya pada Bhadra
49
Antara Annasya dan Stepanie
50
Maaf
51
Kaleng dan bakso
52
Pengakuan Bhadra
53
I love u Sarani
54
Kesepakan El dan Rio
55
Kesal Elmanno
56
Hukuman dari Alenza Granita
57
Elmanno yang jahat kembali
58
Sakit hatinya Rio
59
Penyebab Alenza hilang ingatan
60
Khawatiran Alenza
61
Labrak
62
Seperti saputangan
63
penghinaan
64
cerita tamat
65
Kembalinya Annasya menjadi Sarani.
66
Dokter Ruslan apa Elmanno?
67
Kepulangan dari RS
68
Sebuah novel yang menyatukan
69
Kisah Alenza dan Rio
70
Acara Pernikahan.
71
Pengantin Pria diculik
72
Rencana jahat Sindi
73
Menikah dadakan
74
PENGUMUMAN
75
Sah suami istri dadakan
76
Hatiku berkata kau miliku
77
Malam dan pagi pertama
78
Kisah yang menjadi nyata
79
lamaran dadakan
80
Diterima
81
Sahabat luknut
82
Konsep pernikahan
83
Pernikahan Sarani
84
Hadiah
85
Mainan Mahal
86
London
87
Tentang rasa
88
Lahirnya baby twins
89
I love u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!