bab 7 Pemakaman

Elmanno masuk kekamarnya lalu menutup pintu itu kasar dia tidak bisa membantah perkataan sang papih.

"Sial! " pekik Elmanno, lalu dia melihat tas sekolah Annasya juga berada di sofa.

"Ternyata dia udah datang! Gue sengaja pulang siang hanya ingin bertemu Stepanie doang, tapi gara-gara anak kecil itu gue jadi gak bisa! " Grutu Elmanno mengacak rambutnya prustasi.

Annasya terlihat berjalan menuju kamar padahal dirinya tidak mau kesana karena Elmanno pasti berada di dalam, suara pintu terbuka menampakan Elmanno yang tengah berdiri membelakanginya dengan otot lengannya yang terlihat kekar. Elmanno yang melihat ada yang masuk segera menoleh dan tersenyum sinis pada Annasya.

"Mas apa kita jadi ke rumah mamah? " tanya Annasya dan membuat Elmano mengepalkan tangannya.

'Hey Annasya males banget panggil dia dengan sebutan mas? Lagian dia bakalan mau kok gue udah tau, hanya saja dia sedang marah karena tidak bisa bermesraan dengan Stepanie pasti dia bakalah salahin kita nih' gumam Sarani dalam raga Annasya itu.

"Sono sendiri repotin aja!" sentak Elmanno dan tenpa disangka membuat Annasya menitikan air matanya.

"Tapi Mas udah janji sama mamah kan untuk berjiarah ke makan papah! " Annasya terus saja mengeluatkan air matanya.

"Iya! " Elmanno terlihat terpaksa dia kembali mengambil jas yang tadi sempat dia lempar ke sofa lalu berjalan ke luar.

"Loe kenapa diam saja! Cuma mau nyusahin gue doang! " kembali Elmanno berucap dengan nada keras.

"Maaf mas aku akan ganti baju dulu ini masih pake seragam"

"Gak usah, langsung berangkat saja! " Elmanno kembali melanjutkan langkahnya untuk keluar rumah, Annasya segera menyusul.

Didalam mobil tidak ada percakapan hanya suasana mencengkam saja karena Elmanno terlihat sangat emosi.

"Apa loe puas membuat gue menderita! " Elmanno tiba-tiba berbicata membuat Annasya terdiam.

"Ini badan ama mulut masih kaku saja, aku sudah gak sabar ingin membalas ucapannya" grutu Annasya dalam hati.

Tidak ada jawaban dari mulut Annasya dan hanya menunduk dan membuat Elmanno hanya memendam amarahnya.

Mereka telah sampai dirumah besar milik keluarga Annasya, sang mamah telah berada di ambang pintu untuk menyambut putri bersama menantunya.

"Sayang kamu udah datang? " Mamah Annasya merenggangkan kedua tangannya agar bisa memeluk anak bungsunya itu.

"Iya mah, mah apa Kakak juga ikut? " tanya Annasya.

"Dia menunggu kalian, yuk masuk kita makan dulu baru berangkat! "

Mereka pun terlihat makan bersama di meja makan, Kakak laki-laki Annasya dan istrinya, sang mamah, Annasya dan Elmanno. Tapi Elmano terlihat murung dan enggan untuk makan.

"Nak kenapa tidak di makan, gak enak ya makannnya apa mamah beli saja di luar? " tanya Elmanno membuat semua perhatian tertuju padanya?" sang mamah menatap teduh menantunya.

"Tidak usah, saya tadi di kantor sudah makan! " sahut Elmanno.

"Oh begitu rupanya! "

"Aku penasaran kenapa suara itu belum muncul lagi, gue udah lelah harus bergerak dan berucap tidak sesuai dengan yang diinginkan gue. Badan ini terasa milik berdua! " Annasya kembali merindukan suara itu, dia mulai mengerti jika ada suara yang berdengung itu maka hidupnya lain lagi.

Tapi yang masih dia pikirkan kenapa mereka jadi hilang ingatan saat dirinya bersikap layaknya Annasya yang pemberani itu.

Mereka telah selesai makan lalu berangkat berjiarah, bunga telah penuh di atas pemakaman sang papah. Panjatan doa pun dilantunkan untuk jiwa sang papah dialam sana.

Annasya tiba-tiba dirinya menjadi pusing, dia pun memegang kepalanya.

"Kau memang anak kurang ajar, biar aku kasih kau pelajaran! " Terika sang ibu mertua begitu saja terdengar jelas di telinga Annasya dan gambaran kalau sang mertua menenggelamkan kepalanya diwastafel.

"Aaahhh! " Annasya menjerit kepalanya berasa berdenyut, tapi setelah bayangan dan suara itu menghilang kepalanya pun kembali tidak merasakan sakit lagi.

Annasya melihat sekelliling, dan dia masih berada di pemakaman sedangkan orang yang berada di sampingnya pun terlihat menunduk dan melantunkan doa, seperi tidak ada hal aneh yang Anansya alami.

"Apa itu tadi, seperi bayangan tapi seperti sungguhan. Gue juga merasa tadi menjerit karena terlalu sakit tapi kenapa mereka hanya diam saja" Kini Annnasya semakin bingung dan ketakutan dirinya entah berada di dunia apa.

"Apa kalian akan menginap? " tanya sang mamah setelah selesai berdoa dan kembali akan pulang.

"Sebaiknya kami pulang saja! " sahut Elmanno.

"Baiklah, dan mamah udah membeli ini untuk di bawa ke rumah ya salam sama papih dan mamih mu! " sang mamah menyodorkan sebuah bingkisan pada Elmanno.

"Mamah titip Annnasya ya jagain dia! " sambung sang mamah membuat Elanno menelan ludahnya susah.

"iya mah! " ucap Elamnno seraya menerima bingkisan itu.

Meraka telah masuk mobil masing-masing dan kini Annasya dan Elamanno berada di mobil. Annasya melirik Elmanno dengan canggung dan itu terlihat oleh Elmanno sendiri.

"Maaf kan aku Mas, telah membuatmu kerepotan! " ucap Annasya.

"Sudahlah! " sentak Elmanno.

STAKKK

Annasya menghembuskan nafas dalam-dalam, dia meregangkan orotnya di dalam mobil yang masih berjalan itu, membuat Elmanno meliriknya sekilas.

"Akhirnya badan gue bisa digerakin lagi! " gumam Annasya.

"Emang loe tadi udah ngapain, perasaan diam saja! " sahut Elmanno.

"Gue udah berekting jadi manusia yang menyedihkan tadi! " pekik Annasya lalu melipatkan tangannya di dada.

" Apa maksud loe? " Elmanno menjadi bingung sendiri.

"Lho gak nyadar ya, tadi gue bilang Mas ama lo dan sekarang gue ngomong sesuka hati gini ada perbedaan kan? " tanya Annasya dan Elamanno hanya mengerutkan dahinya bingung.

"Loe ngomong ngawur! " sentak Elmanno.

"Gue lapar, kita mampir dulu kelestoran terdekat! " Kemudian ucap Elamnno dan Annasya pun hanya mengiyakan saja.

Mobil yang ditumpangi Elmanno dan Annasya terparkir di sebuah lestoran megah, mereka pun keluar dan mulai memasuki lestoran itu.

"Loe mau makan lagi?" tanya Elamnno.

"Gak gue mau minum aja! " sahut Annasya.

Elmanno pun mengangkat tangannya memanggil pelayan di lestoran itu, setelah pelayan itu tiba Elmanno mengutarakan pesanan mereka.

Annasya menatap Elmanno tajam dari tadi di otaknya banyak sekali pertanyaan.

"Hm El gue mau nanya deh! Tadi pagi loe ingat gak kalau kita hampir mandi bersama? " tanya Annasya membuat Elmanno tertawa mendengar pertanyaan istri kecilnya itu.

"Itu mungkin loe ngarep sampai kebawa ke alam mimpi loe! " sahut Elmanno dan Annasya pun semakin ingin lebih bertanya.

"Tadi di pemakaman lo sadar gue sakit kepala? "

"Mana gue tau, loe terlihat menunduk dan menngis sesegukan! " jawan Elmanno.

"Tapi loe ingat kan kalau hm, itu hm semalam? " Annasya ragu untuk bertanya soal dirinya yang ingin disenyuh itu.

"Oh loe benar-benar ingin! " sentak Elmanno dan spontan tangan Annasya membungkan mulut Elmanno.

"Jangan keras-keras! " bisik Annasya dan melepaskan tangan dari mulut Elmanno.

"Kenapa? Kalau loe benar-benar ingin itu, kita lakukan saja. Asal jangan salahkan aku jika kau hamil masih sekolah! " ucapan Elmanno Membuat Annasya bergidik.

"Dia ingat semua saat kejadian di mana gue gak bisa menggerakan tubuh gue, tapi dia gak ingat seakan lupa saat gue menjadi diri gue sendiri. Ini aneh, apa ini juga terjadi sama nenek lampir dan orang lain juga? " pikir Annasya, sampai dia tidak sadar kalau pelayan itu telah menata makanan dan minuman di mejanya.

"Woy loe ngelamun mesum ya! " ucap Elmanno.

"Hah loe yang mesum! " balas Annasya.

Terpopuler

Comments

ciber ara

ciber ara

itu ... suara siapa kah?

2022-12-16

1

Tiya Flapiana

Tiya Flapiana

Sampai bab ini. Q masih bingung

2022-08-15

5

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6 Kembalinya Stepanie
7 bab 7 Pemakaman
8 Bab 8 Tragedi Kamar Mandi
9 Bab 9 Pengakuan Alenza
10 Bab 10 Dunia Novel
11 Bab 11 Pengakuan Bhadra
12 Bab 12 tamparan suami selingkuh
13 Bab 13 Mati Lampu
14 bab 14 Luka yang hilang
15 Bab 15 Menangnya pelakor
16 Bab 16 Kebersamaan Annasya dan Bhadra
17 Bab 17 Perdebatan
18 Bab 18 Salah Orang
19 Bab 19 Buku Masa Depan.
20 Bab 20 Bertemu Plakor
21 Bab 21 Kekecewaan Bhadra
22 Bab 22 Keanehan Elmanno
23 Bab 23 Amarah Alenza
24 Bab 24 Rio Menyadarinya
25 Bab 25 Sadarnya Elmanno
26 Bab 26 Penasaran Bhadra
27 Bab 27 Rencana Annasya
28 PENGUMUMAN
29 Bab 28 Penukaran minuman
30 Bab 29 Akibat obat itu
31 Bab 30 peringatan alenza
32 BAB 31 Pengakuan Elmanno
33 Bab 32 Rio sang penguasa
34 Bab 33 Peringatan untuk Elmanno
35 BAB 34 Pengendali alur
36 Mengorbankan Annasya
37 Kata hati Bhadra
38 Bab 37 Amarah Rio
39 Bab 38 Penculikan
40 Bab 39 perlakuan kasar
41 BAB 40 Pengorbanan Rio
42 Bab 41 Menyadarkan Elmanno
43 Bab 42 Adanya Alenza Granita
44 Penyelamatan Annasya
45 Alenza hilang ingatan
46 Pecakapan di kamar
47 Hilang ingatan Alenza
48 Kecewa Annasya pada Bhadra
49 Antara Annasya dan Stepanie
50 Maaf
51 Kaleng dan bakso
52 Pengakuan Bhadra
53 I love u Sarani
54 Kesepakan El dan Rio
55 Kesal Elmanno
56 Hukuman dari Alenza Granita
57 Elmanno yang jahat kembali
58 Sakit hatinya Rio
59 Penyebab Alenza hilang ingatan
60 Khawatiran Alenza
61 Labrak
62 Seperti saputangan
63 penghinaan
64 cerita tamat
65 Kembalinya Annasya menjadi Sarani.
66 Dokter Ruslan apa Elmanno?
67 Kepulangan dari RS
68 Sebuah novel yang menyatukan
69 Kisah Alenza dan Rio
70 Acara Pernikahan.
71 Pengantin Pria diculik
72 Rencana jahat Sindi
73 Menikah dadakan
74 PENGUMUMAN
75 Sah suami istri dadakan
76 Hatiku berkata kau miliku
77 Malam dan pagi pertama
78 Kisah yang menjadi nyata
79 lamaran dadakan
80 Diterima
81 Sahabat luknut
82 Konsep pernikahan
83 Pernikahan Sarani
84 Hadiah
85 Mainan Mahal
86 London
87 Tentang rasa
88 Lahirnya baby twins
89 I love u
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6 Kembalinya Stepanie
7
bab 7 Pemakaman
8
Bab 8 Tragedi Kamar Mandi
9
Bab 9 Pengakuan Alenza
10
Bab 10 Dunia Novel
11
Bab 11 Pengakuan Bhadra
12
Bab 12 tamparan suami selingkuh
13
Bab 13 Mati Lampu
14
bab 14 Luka yang hilang
15
Bab 15 Menangnya pelakor
16
Bab 16 Kebersamaan Annasya dan Bhadra
17
Bab 17 Perdebatan
18
Bab 18 Salah Orang
19
Bab 19 Buku Masa Depan.
20
Bab 20 Bertemu Plakor
21
Bab 21 Kekecewaan Bhadra
22
Bab 22 Keanehan Elmanno
23
Bab 23 Amarah Alenza
24
Bab 24 Rio Menyadarinya
25
Bab 25 Sadarnya Elmanno
26
Bab 26 Penasaran Bhadra
27
Bab 27 Rencana Annasya
28
PENGUMUMAN
29
Bab 28 Penukaran minuman
30
Bab 29 Akibat obat itu
31
Bab 30 peringatan alenza
32
BAB 31 Pengakuan Elmanno
33
Bab 32 Rio sang penguasa
34
Bab 33 Peringatan untuk Elmanno
35
BAB 34 Pengendali alur
36
Mengorbankan Annasya
37
Kata hati Bhadra
38
Bab 37 Amarah Rio
39
Bab 38 Penculikan
40
Bab 39 perlakuan kasar
41
BAB 40 Pengorbanan Rio
42
Bab 41 Menyadarkan Elmanno
43
Bab 42 Adanya Alenza Granita
44
Penyelamatan Annasya
45
Alenza hilang ingatan
46
Pecakapan di kamar
47
Hilang ingatan Alenza
48
Kecewa Annasya pada Bhadra
49
Antara Annasya dan Stepanie
50
Maaf
51
Kaleng dan bakso
52
Pengakuan Bhadra
53
I love u Sarani
54
Kesepakan El dan Rio
55
Kesal Elmanno
56
Hukuman dari Alenza Granita
57
Elmanno yang jahat kembali
58
Sakit hatinya Rio
59
Penyebab Alenza hilang ingatan
60
Khawatiran Alenza
61
Labrak
62
Seperti saputangan
63
penghinaan
64
cerita tamat
65
Kembalinya Annasya menjadi Sarani.
66
Dokter Ruslan apa Elmanno?
67
Kepulangan dari RS
68
Sebuah novel yang menyatukan
69
Kisah Alenza dan Rio
70
Acara Pernikahan.
71
Pengantin Pria diculik
72
Rencana jahat Sindi
73
Menikah dadakan
74
PENGUMUMAN
75
Sah suami istri dadakan
76
Hatiku berkata kau miliku
77
Malam dan pagi pertama
78
Kisah yang menjadi nyata
79
lamaran dadakan
80
Diterima
81
Sahabat luknut
82
Konsep pernikahan
83
Pernikahan Sarani
84
Hadiah
85
Mainan Mahal
86
London
87
Tentang rasa
88
Lahirnya baby twins
89
I love u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!