Bab 13 Mati Lampu

HAPPY READING JANGAN LUPA KASIH JEJAK YA...

Hujan masih mengguyur kota, Alenza dan Rio tetap masih berada di depan mini market, Alenza terus menggosokan kedua tangannya menciptakan kehangatan di sana sedangkan Rio, dia menatap lurus kedepan sambil merekatkan jaketnya.

"Rumah loe jauh dari sini? " kembali Rio bertanya, masih diluar alur cerita.

"Dekat kok, 20 meteran. " jawab Alenza.

Rio terlihat membuka jaketnya lalu menoleh pada Alenza seraya berkata, "Gue anterin loe sampe rumah jaket gue tahan air,"

"Nggak apa-apa gue bakalan nungguin hujan reda saja, kalau loe mau pulang duluan saja! " ucap Alenza seraya tersenyum pada Rio.

Rio merentangkan jaketnya di atas kepala, lalu menarik tangan Alenza untuk bergabung bersamanya,"Hujan seperti ini akan lama untuk reda, jadi gue antar loe! "

Tidak ada jawaban dari Alenza dia hanya menunduk menyembunyikan senyum dan air mata itu.

"Yuk jalan! " Ajak Rio sedangkan Alenza hanya mengangguk.

Mereka menerobos hujan bersama dengan jaket Rio yang menjadi payung untuk melindungi air hujan dikepala mereka, Alenza menatap Rio teduh berharap Rio juga akan menoleh padanya.

"Setidaknya biarkan momen seperti ini berjalan agak lama, Rio! " ucap Alenza.

"Hm tentu, gue suka sama loe! " jawab Rio dan Alenza hanya tersenyum getir.

"Loe akan lupa kelak dengan kejadian ini, tapi tidak dengan gue! Loe akan menganggap gue wanita yang selalu menolak dan menyakiti perasaan loe padahal bukan seperti itu yang sebenarnya!" lirih Alenza dan Rio hanya menatap hamparan jalan yang dikrumuni rintikan hujan itu.

Sedangkan dirumah megah milik keluarga Elga, tepatnya di kamar Elmanno terus memandangi Annasya yang tengah sibuk dengan ponselnya dia teringat kejadian saat di pukul habis-habisan olehnya. Annasya sadar ada yang memperhatikan dia pun menoleh pada Elmanno.

"Kenpa ngeliatin gue kaya gitu, mulai suka? " tanya Annasya.

"Loe bicara sama gue gak sopan banget! Loe itu masih SMA di jaga napa omongan loe! " sahut Elmanno dan di tanggapi Annasya dengan senyuman mengejek.

"Kenapa gue harus ramah sama orang yang tidak punya perasaan, loe itu notabenya suami gue tapi malah main enak-enakkan sama cewek lain! Kan gerah kalau harus sopan sama loe, lagian umur kita tidak jauh beda, gue lagi ngejar S2 kok! " Annasya kembali dengan ponselnya.

"Loe mimpi ya selalu bilang kalau loe anak kuliahan, loe itu masih SMA gila memang! " Elmanno menatap intens pada Annasya.

Saat Annasya akan menyahuti ucapan Elmanno rasa pusing itu melanda kepalanya dan sesaat bayangan itu sekelibat tergambar di pikirannya.

"Loe kenapa? " tanya Elmanno, karena melihat Annasya yang kesakitan, tidak ada sahutan dari Annasya Elmanno pun menghampiri.

"Heh loe kenapa? " Elmanno menggoyangkan bahu Annasya. Annasya pun tersadar dan melepaskan cengkraman dikepalanya lalu menatap Elmanno.

"Apa loe punya penyakit? " tanya Annasya tiba-tiba.

"Enggak, kenapa? " Elmanno menyilangkan kedua tangannya di dada.

"Gue ngeliat bayangan kalau dia dikantornya bakalan kesakitan dan memegang dadanya, terus yang disalahin gue!" gumam Annasya pelan, lalu matanya begitu saja melotot dia teringat akan jalan cerita itu.

"Lah bayangan itu seperi cuplikan cerita selanjutnya? " Gumam Annasya dalam hati.

"Cepat tidur nanti kesiangan? " ucap Annasya.

"Loe mulai perhatian sama gue, takut gue di rebut Stepanie padahal udah di rebut kali kasihan deh! " sindir Elmanno dan membuat Annasya geram.

"Gue cuma bilang aja, lagian nggak banget perhatian sama orang kaya om-om gini!" Annasya memalingkan pandangannya kedepan.

"Heh Nasya loe beda banget! " ucap Elmanno.

JEDERRRRRR

Bersamaan dengan ucapan Elmanno petir diluar terdengar sangat keras dan mengejutkan mereka.

"Loe takut petir?" tanya Elmanno, sedangkan Annasya menatap Elmanno lekat.

"Loe merasakan perbedaan gue? " tanya Annasya.

"Gue rasa loe itu mempunyai dua kepribadian deh, kadang loe pendiam kadang juga loe garang minta ampun sampai heran gue! "

JDERR

JDERR

"Ah mati lampu! " Annasya berlari dan memeluk Elmanno spontan.

"Takut banget kayanya sampai meluknya posesif amat!" Sindir Elmanno.

Annasya yang sadar segera menjauhkan badannya dari Elmanno sambil berkata,"Tidak sengaja!" dengan ketus.

Elmanno berjalan mencari ponsel untuk penerangan, sedangkan Annasya hanya diam sambil merasakan gelap gulitanya ruang kamar itu.

"El kamu kemana? " tanya Annasya ketakutan sedangkan Elmanno tersenyum mendengar hal itu.

"El kamu masih di kamar kan?" kembali Annasya bertanya karena tidak ada sahutan.

"Hah bisa-bisanya sih dirumah kolong merat mati lampu! Yah El kamu benar-benar pergi! " grutu Annasya.

"Dasar suamin Biad- Aaaaaaaaaaaaa! " Annasya berteriak kala Elmanno menyalakn senter ponsel tepat di dagunya dan memperlihatkannya pada Annasya yang membuatnya ketakutan dikira hantu.

"Hahahahaha! " Elmanno tertawa sangat renyah melihat Annasya yang ketakutan.

"Kurang ajar! " Annasya menghampiri Elmanno lalu mencekiknya.

"Lep lep lepas! " ucap Elmanno tertahan.

Annasya tidak melepaskan tangannya, kaki mereka perlahan menghampiri kasur. Elmanno yang masih sadar kalau kakinya menyentuh ujung kasur itu pun membanting dirinya ke kasur begitu juga Annasya, sampai lampu kembali menyala dan Annasya melepeskan cengkraman tangan dileher Elmanno.

"Uhuk uhuk! " Elmanno terbatuk.

Annasya bangun dan duduk dibagian sensitif Elmanno, dirinya merasa lega karena lampu kini sudah menyala hingga suara ketukan pintu terdengar. Elmanno dan Annasya malah saling menatap lalu beralih mereka menatap ke bagagian sensitif mereka yang saling bersentuhan.

"Ya Ampun! " Annasya segera bangkit dari sana dan berjalan untuk membuka pintu.

"Tuan dan nona baik-baik saja kan? Rumah gelap karena ada petir menyambar tadi membuat listrik padam." Seorang pelayan memberi tahu.

"Oh begitu yah," Sahut Annasya.

"Mungkin listrik akan mati lagi untuk beberapa saat karena sekkarang masih dalam perbaikan, saya membawa ini untuk Nona dan Tuan! " pelayan itu menyodorkan sebuah lampu yang hidup menggunakan batrai.

"Cepat perbaiki! " titah Elmanno.

"Baiklah, saya pamit undur diri! " pelayan itu meninggalkan kamar Annasya juga Elmanno.

Annasya kembali menutup pintu itu lalu berjalan menghampiri Elmanno yang tengah terbaring di kasur sesaat kembali lampu itu padam. Elmanno bangkit dari kasur karna Annasya tidak kunjung menyalakan lampu itu.

"loe masih disini kan? " tanya Elmanno.

"Gue gak bakalan takut kalau loe nakut nakutin gue! " ujar Elmanno tapi tetap tidak ada sahutan, hingga Elmanno menghampiri Annasya dengan hati-hati dan perlahan serta kedua tangan yang meraba apa saja yang berada di depan hingga...

Ngekk

"Ini apaan terasa enak dipijat dan lembut, " ujar Elmanno dengan polosnya serta tangan yang tidak henti meremas sesuatu.

"Herman loe kurang ajar! " teriak Annasya dan spontan memukul bahu Elmanno dengan lampu itu hingga pecah, dan tentu saja membuat bahu Elmanno juga berdarah.

"Nasya leo berani sama gue! " pekik Elmanno.

"Loe yang berani sama gue, loe mau macam-macamin gue hah! Dasar om-om mesum! " Annasya gak kalah berteriak.

"Emang gue salah apa, dan emang tadi itu apa! " Elmanno berucap karena gelap dia jadi tidak tau kalau yang dia pegang aset dua kembar milik Annasya.

"Hah! " Amarah Anansya sudah tidak terbendung lagi dia mengepalkan tangnnya.

Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6 Kembalinya Stepanie
7 bab 7 Pemakaman
8 Bab 8 Tragedi Kamar Mandi
9 Bab 9 Pengakuan Alenza
10 Bab 10 Dunia Novel
11 Bab 11 Pengakuan Bhadra
12 Bab 12 tamparan suami selingkuh
13 Bab 13 Mati Lampu
14 bab 14 Luka yang hilang
15 Bab 15 Menangnya pelakor
16 Bab 16 Kebersamaan Annasya dan Bhadra
17 Bab 17 Perdebatan
18 Bab 18 Salah Orang
19 Bab 19 Buku Masa Depan.
20 Bab 20 Bertemu Plakor
21 Bab 21 Kekecewaan Bhadra
22 Bab 22 Keanehan Elmanno
23 Bab 23 Amarah Alenza
24 Bab 24 Rio Menyadarinya
25 Bab 25 Sadarnya Elmanno
26 Bab 26 Penasaran Bhadra
27 Bab 27 Rencana Annasya
28 PENGUMUMAN
29 Bab 28 Penukaran minuman
30 Bab 29 Akibat obat itu
31 Bab 30 peringatan alenza
32 BAB 31 Pengakuan Elmanno
33 Bab 32 Rio sang penguasa
34 Bab 33 Peringatan untuk Elmanno
35 BAB 34 Pengendali alur
36 Mengorbankan Annasya
37 Kata hati Bhadra
38 Bab 37 Amarah Rio
39 Bab 38 Penculikan
40 Bab 39 perlakuan kasar
41 BAB 40 Pengorbanan Rio
42 Bab 41 Menyadarkan Elmanno
43 Bab 42 Adanya Alenza Granita
44 Penyelamatan Annasya
45 Alenza hilang ingatan
46 Pecakapan di kamar
47 Hilang ingatan Alenza
48 Kecewa Annasya pada Bhadra
49 Antara Annasya dan Stepanie
50 Maaf
51 Kaleng dan bakso
52 Pengakuan Bhadra
53 I love u Sarani
54 Kesepakan El dan Rio
55 Kesal Elmanno
56 Hukuman dari Alenza Granita
57 Elmanno yang jahat kembali
58 Sakit hatinya Rio
59 Penyebab Alenza hilang ingatan
60 Khawatiran Alenza
61 Labrak
62 Seperti saputangan
63 penghinaan
64 cerita tamat
65 Kembalinya Annasya menjadi Sarani.
66 Dokter Ruslan apa Elmanno?
67 Kepulangan dari RS
68 Sebuah novel yang menyatukan
69 Kisah Alenza dan Rio
70 Acara Pernikahan.
71 Pengantin Pria diculik
72 Rencana jahat Sindi
73 Menikah dadakan
74 PENGUMUMAN
75 Sah suami istri dadakan
76 Hatiku berkata kau miliku
77 Malam dan pagi pertama
78 Kisah yang menjadi nyata
79 lamaran dadakan
80 Diterima
81 Sahabat luknut
82 Konsep pernikahan
83 Pernikahan Sarani
84 Hadiah
85 Mainan Mahal
86 London
87 Tentang rasa
88 Lahirnya baby twins
89 I love u
Episodes

Updated 89 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6 Kembalinya Stepanie
7
bab 7 Pemakaman
8
Bab 8 Tragedi Kamar Mandi
9
Bab 9 Pengakuan Alenza
10
Bab 10 Dunia Novel
11
Bab 11 Pengakuan Bhadra
12
Bab 12 tamparan suami selingkuh
13
Bab 13 Mati Lampu
14
bab 14 Luka yang hilang
15
Bab 15 Menangnya pelakor
16
Bab 16 Kebersamaan Annasya dan Bhadra
17
Bab 17 Perdebatan
18
Bab 18 Salah Orang
19
Bab 19 Buku Masa Depan.
20
Bab 20 Bertemu Plakor
21
Bab 21 Kekecewaan Bhadra
22
Bab 22 Keanehan Elmanno
23
Bab 23 Amarah Alenza
24
Bab 24 Rio Menyadarinya
25
Bab 25 Sadarnya Elmanno
26
Bab 26 Penasaran Bhadra
27
Bab 27 Rencana Annasya
28
PENGUMUMAN
29
Bab 28 Penukaran minuman
30
Bab 29 Akibat obat itu
31
Bab 30 peringatan alenza
32
BAB 31 Pengakuan Elmanno
33
Bab 32 Rio sang penguasa
34
Bab 33 Peringatan untuk Elmanno
35
BAB 34 Pengendali alur
36
Mengorbankan Annasya
37
Kata hati Bhadra
38
Bab 37 Amarah Rio
39
Bab 38 Penculikan
40
Bab 39 perlakuan kasar
41
BAB 40 Pengorbanan Rio
42
Bab 41 Menyadarkan Elmanno
43
Bab 42 Adanya Alenza Granita
44
Penyelamatan Annasya
45
Alenza hilang ingatan
46
Pecakapan di kamar
47
Hilang ingatan Alenza
48
Kecewa Annasya pada Bhadra
49
Antara Annasya dan Stepanie
50
Maaf
51
Kaleng dan bakso
52
Pengakuan Bhadra
53
I love u Sarani
54
Kesepakan El dan Rio
55
Kesal Elmanno
56
Hukuman dari Alenza Granita
57
Elmanno yang jahat kembali
58
Sakit hatinya Rio
59
Penyebab Alenza hilang ingatan
60
Khawatiran Alenza
61
Labrak
62
Seperti saputangan
63
penghinaan
64
cerita tamat
65
Kembalinya Annasya menjadi Sarani.
66
Dokter Ruslan apa Elmanno?
67
Kepulangan dari RS
68
Sebuah novel yang menyatukan
69
Kisah Alenza dan Rio
70
Acara Pernikahan.
71
Pengantin Pria diculik
72
Rencana jahat Sindi
73
Menikah dadakan
74
PENGUMUMAN
75
Sah suami istri dadakan
76
Hatiku berkata kau miliku
77
Malam dan pagi pertama
78
Kisah yang menjadi nyata
79
lamaran dadakan
80
Diterima
81
Sahabat luknut
82
Konsep pernikahan
83
Pernikahan Sarani
84
Hadiah
85
Mainan Mahal
86
London
87
Tentang rasa
88
Lahirnya baby twins
89
I love u

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!