Keadaan di Ibukota Aeven hampir berubah seratus delapan puluh derajat. Awalnya tidak dipenuhi bangunan-bangunan aneh dan semuanya baik-baik saja. Tetapi sekarang sudah kacau oleh para monster. Di beberapa tempat tanah retak dan banyak bangunan yang hancur. Menurut berita di televisi sejauh ini tidak ada korban yang sampai meninggal hanya luka-luka dan dibawa ke rumah sakit. Tetapi karena rata-rata yang luka adalah pemain. Maka tidak perlu dibawa ke rumah sakit cukup ditangani oleh pemain lain yang tugasnya menyembuhkan pemain lain. Semua pemain dihimbau untuk saling membantu. Tetapi malah banyak yang saling berkelahi memperebutkan posisi pemain terbaik.
Ada banyak sekali tim yang berburu monster sekarang. Tetapi tidak semua tim berburu monster ada juga yang tidak tertarik dan lebih memilih bekerja dibalik layar yaitu mengobati pemain lain. Nafisa lebih tidak tertarik. Padahal mengobati orang lain adalah pekerjaan yang mulia. Alasan dia tidak tertarik bukan karena mengobati pemain lain kemungkinan besar tidak ada liburnya dia akan sangat kelelahan. Tetapi karena tidak sanggup melihat orang lain terluka. Apalagi setiap hari dan berkali-kali. Dia sungguh tidak bisa.
Makanya saat itu ketika melihat Melisa terluka dan ketakutan, niat awalnya mau mengajari Melisa mengalahkan monster itu malah dia memutuskan untuk mengakhiri pertempuran karena sudah tidak sanggup lagi dengan keadaan mereka.
Para pemain berkeliaran. Mereka sibuk membicarakan kemunculan monster di berbagai tempat serta hadiah yang didapatkan. Mereka memegang senjata dan berlari kesana kemari layaknya seorang pemburu. Beberapa dari mereka mengamankan warga.
Tetapi sejauh Nafisa memandang, tidak ada pemain yang sering muncul di televisi. Ada tapi mereka bukan bintang utama. Bintang utamanya adalah Lily flower fals, Alastar, dan masih banyak lagi. Kemungkinan para pemain profesional ini berada di penjara bawah tanah. Apakah mereka menghabiskan sepanjang hari disana? Memikirkan hal ini membuat gadis itu ingin tertawa.
“Aku nggak paham kenapa mereka sampai mau ke bawah tanah,” pikir Nafisa. Karena saat ini dia mengenakan masker, jadi dia tertawa saja santai.
Nafisa mengenakan celana olahraga panjang, jaket berwarna biru tua, dan tudungnya dikenakan. Dia tentu saja mengenakan masker. Dia selalu mengenakan masker kalau ke ibukota.
Layar biru muncul di hadpaan Nafisa dan memberitahu bahwa akan ada tiga monster tingkat S yang akan muncul di ibukota ini. Disusul monster-monster tingkat rendah yang sangat banyak.
“Terus? Aku harus ikut bertarung gitu? Malas banget,” keluh Nafisa datar.
Nafisa bersyukur para anggota timnya tidak terlihat di sini sekarang. Ingatannya mulai berputar mengingat segala hal yang terjadi kemarin. Setelah pulang dari bermain bersama Melisa, anak itu mengajaknya makan bakso malam-malam di warung Bu Harti. Bakso disana enak tapi jelas setelah banyak hal yang terjadi Nafisa malah semakin ingin di rumah saja.
Lalu tentang Raven, Nafisa yakin 100 persen cowok itu duduk di jendela sedang memperhatikannya. Dia tersenyum hangat ketika mengingat momen ini.
Nafisa berharap tokonya Reyners tidak hancur dan lelaki itu masih ada di sana. Ketika belok dan melihat ada banyak sekali pemain yang berdiri dan mengobrol tepat di depan toko Reyners, Nafisa menghentikan langkahnya sejenak.
"Kenapa ramai banget? Tapi syukurlah nggak hancur," batin Nafisa.
Toko Reyners memang selalu ramai. Dia memiliki banyak sekali teman. Dan bahkan tempat itu sudah menjadi tongkrongan mereka. Tetapi setiap kali dirinya datang, dia tentu saja tidak berada di ruangan yang sama dengan teman-temannya itu. Ada tempat seperti cafe dan bermain game di dalam. Sementara yang paling depan adalah tempat dimana Reyners langsung menjual game-gamenya. Disinilah dirinya berada. Seperti menemaninya jualan.
Reyners adalah orang yang Nafisa bisa saja menyebutnya teman karena kedekatan mereka. Tetapi daripada teman, Nafisa malah menganggapnya seperti kakak sendiri. Sama seperti Bang Roy. Dia anggap begitu karena Bang Roy sudah menolong neneknya dan dia kelihatan orang baik.
Reyners mengaku tidak pernah bermain game apa pun. Tetapi Nafisa tidak percaya. Ketika ia bermain game dihadapan cowok itu, maka Reyners sering memuji aksinya dan sering memberinya arahan sampai-sampai dia mengira Reyners lebih pintar daripada dirinya. Bagaimana mungkin dia mengaku tidak pernah bermain game? Selain itu, Reyners juga memberinya banyak nasehat seperti sering-seringlah membaca buku, sesekali kamu harus olahraga supaya badanmu tidak kaku, dan masih banyak lagi.
"Hey kau!" panggil seseorang.
Bagaimana bisa tidak dipanggil. Nafisa berdiri di pinggir jalan sendirian kelihatan seperti anak yang tersesat.
"Apa kau seorang Hunter? Oh, bukan ya? Kalau begitu jangan disini. Sebentar lagi akan muncul monster tingkat S." Bapak itu menasehati.
Nafisa menghela nafas dan menjauh. Persetan dengan para pemain yang berdiri di depan toko Reyners. Keperluannya lebih penting. Dia harus menggali banyak informasi. Akhirnya dia menjadi pusat perhatian para pemain yang ia lewati ini. Tetapi tidak ada yang mengatakan apa-apa, cuma memperhatikan dan bertanya-tanya siapa dia. Setelah mengetahui bahwa dia bukan pemain, mereka tidak mempedulikannya.
Nafisa masuk ke dalam toko. Ternyata tokonya ada tulisan open di depan pintu.
Nafisa melihat punggung seseorang dari balik kaca pintu ini. "Reyners?" panggilnya di dalam hati.
Bunyi pintu membuat Reyners mengalihkan pandangannya. Awalnya dia tidak kenal siapa gadis yang mengenakan jaket biru tua itu. Tetapi pada akhirnya dia tersenyum dan bersemangat setelah menyadari kalau gadis itu Nafisa.
"Sudah lama banget ya? Kapan terakhir kali kita bertemu? Tahun lalu ya?" tanya Reyners sembari mendekati Nafisa.
"Bahkan belum satu bulan tapi kamu bilang tahun lalu," ucap Nafisa di dalam hati.
"Kemarin-kemarin kita bertemu," kata Nafisa datar.
"Benarkah? Kukira malah 10 tahun," balas Reyners disertai senyum hangatnya.
Reyners kadang-kadang melucu juga.
"Terserah. Aku kesini mau tanya sesuatu. Apa kamu melepas pengaman pada komputerku?" tanya Nafisa.
"Nggak. Emang kenapa? Jangan bilang...sekarang kamu masih jadi king?"
Nafisa tidak menjawab malah membanting badannya ke kursi.
Reyners mengambil tabletnya dan menunjukkannya pada Nafisa. Dia duduk di samping gadis itu. "Lihat ini, aku masih memasang sistem pengamannya tapi ternyata tetap bisa ditembus oleh Id Maniac Killer. Aku baru tahu ini Sa. Dia bahkan memasukkanmu ke dalam tim the 13 king."
Reyners kaget. Sungguh ia beru tahu hal ini. Dia menoleh ke Nafisa. Mereka saling pandang. Tapi detik selanjutnya Nafisa menatap ke depan dengan tajam.
"Kukira king yang saat ini menduduki sebagai pemain terbaik itu bukan kamu. Ternyata...Ternyata kamu main game ini juga ya?"
"Maniac killer itu pasti Alvin dan Rei," geram Nafisa di dalam hati.
"Kamu juga bermain kan?" tanya Nafisa. Kali ini dia menoleh ke Reyners.
Reyners langsung menggelengkan kepalanya.
"Nggak mungkin."
"Kalau aku bermain pasti sudah ada di daftar temanmu. Silahkan dicek!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2023-05-16
0
mochamad ribut
lanjut
2023-05-16
0