Nafisa mendekati Melisa dan mentransfer mana yang sangat banyak serta memberikan perisai sihir yang sangat kuat.
Rank Melisa tiba-tiba naik menjadi A.
"Gila Sa. Ini kamu benar-benar menaikkan rank ku?" tanya Melisa. Dia merasakan badannya jauh lebih entang dan potensi kemampuanya meningkat.
"Bisa-bisanya dia bahas itu disaat kondisi lagi begini," batin Nafisa.
"Mel, kalau kamu takut mending mojok dan memejamkan mata. Jangan lupa tutup telinga. Tapi dengarkan nyanyian ini. Nyanyian ini adalah sihir supaya tempat ini berubah sesuai kemauan monster itu," kata Nafisa santai.
"Nafisa kamu tahu banyak? Kamu bisa mengalahkannya kan? Kamu kan King," kata Melisa antusias.
"Dibilang aku bukan King."
"Terus apa? Kamu bahkan memberiku senjata level S," jawab Melisa.
Nafisa diam sejenak. Dia tidak tahu harus menjawab apa. Akhirnya dia menjawab dengan ekspresi serius, "Intinya aku bukan lagi king."
"Bukan lagi? Berarti kamu...kamu king yang di game dark sky itu kan?"
"Wisata masa lalu," jawab Nafisa cepat.
Melisa terdiam. Dia tidak habis pikir ternyata teman sejak kecilnya itu adalah pemain game terbaik nomor satu di kota ini yang dijuluki King.
Nafisa maju ke depan dengan santai. Melisa langsung menodongkan snipernya pada monster itu.
[WARNING!]
Nafisa menghentikan langkahnya saat melihat layar merah itu. Mendadak ruangan ini dipenuhi layar merah.
"Akan ada apa?" batin Nafisa.
"Nafisa!" teriak Melisa.
Dibelakang Nafisa ternyata ada jarum panjang yang hendak menembus gadis itu. Nafisa memiliki waktu satu detik untuk menghindar. Dia langsung berpikiran untuk berjongkok. Tetapi di sisi lain dia penasaran bagaimana jadinya jika terkena serangan di game ini, dia memberanikan diri untuk kena jarum ini. Dia diam saja, mencoba tenang.
Ugh. Jarum itu menembus perutnya. Nafas Nafisa mendadak berhenti untuk sesaat karena kaget dan syok.
Dia pikir tidak ada rasanya. Ternyata sangat sakit. Sakitnya nyata.
Biasanya di dalam game untuk mengobati rasa sakit adalah minum ramuan, mengobatinya dengan sihir penyembuh, atau semacamnya yang dapat mengembalikan kondisi badan seperti semula. Tetapi Nafisa jarang menggunakan metode semacam itu. Dia lebih sering menggunakan kemampuan regenerasi.
"Regenerasi 80%," ucap Nafisa.
Dalam sekejap lukanya menutup dan ia tidak merasakan sakit lagi.
Nafisa mengerahkan tangan kanannya ke samping agak ke atas. Tangannya mulai diselimuti asap hitam kemudian membentuk sebuah sabit raksasa berwarna hitam ada ukiran monster berwarna emas yang menyala-nyala.
[SENJATA BARU TELAH DIBENTUK]
[RANK: S]
[KEMAMPUAN SPESIAL: MEMOTONG SERANGAN]
Senjata ini lebih besar daripada badan Nafisa. Tetapi sangat enteng. Dia seperti memiliki kekuatan fisik yang hebat.
[POTENSI KEMAMPUAN ANDA MENINGKAT DRASTIS]
"Apa ini yang membuatku jadi tambah kuat?" batin Nafisa.
Monster itu tersenyum lebar dan berlari ke Nafisa. Kedua tangannya mendadak muncul pedang. Salah satunya ada rantainya. Dia langsung menyerang Nafisa membabi buta. Percikan serangan yang sangat cepat dan gesit itu membuat Melisa yang berada di kejauhan tidak bisa melihat dengan jelas. Dia bahkan bingung mau menembak. Sebab takut mengenai Nafisa karena Nafisa juga bergerak sangat cepat.
"Ini namanya olahraga kan? Melelahkan. Lebih baik aku tidur," batin Nafisa.
Nafisa membenci olahraga. Di bidang ini nilainya sering menjadi yang terendah. Setiap kali pemanasan, dia seringkali mendapat komentar buruk dari gurunya. Tetapi karena dia membencinya dari lubuk hati yang terdalam, dia tidak peduli mau dikomentari seburuk apa pun. Dia tidak pernah punya niatan buat olahraga serius. Membantu neneknya saja sudah mengeluarkan banyak keringat untuk apa olahraga. Dia seringkali berpikir seperti itu. Anehnya, dia malah jatuh cinta pada cowok yang maniak olahraga.
Tidak ada hari Raven tidak olahraga. Dia sampai dinasehati oleh orang tuanya untuk tidak olahraga terus-menerus.
Pengalaman satu kali sudah cukup bagi Nafisa. Monster di hadapannya ini wajahnya mirip hantu yang pernah ia lihat di internet dari dekat. Jika dari kejauhan tidak mengerikan sama sekali. Dia seperti bocah kecil yang nakal. Tetapi dari dekat, mungkin beberapa orang tidak mau melihat wajahnya. Yang menjadi perhatian, dia tersenyum meremehkan. Meski begitu yang ini jauh lebih baik ketimbang monster yang tiba-tiba muncul dibelakangnya ketika dia akan memanjat dinding sekolah.
Nafisa sama sekali tidak menunjukkan emosi. Dia menangkis semua serangan dengan sabitnya tapi tidak berencana melukai si monster.
Nafisa cemas kalau dia mengalahkan monster ini, skornya malah semakin naik. Dia sangat kesal. Intinya, monster ini harus dikalahkan sepenuhnya oleh Melisa.
"Nafisa!" teriak Melisa. Nafisa cuma melirik ke temannya itu. Melisa kelihatan bingung mau menembak kemana.
Suara pedang dan sabit terus berdentang. Serangan dahsyat bertubi-tubi ini seolah-olah tidak ada akhirnya. Nafisa tidak mau menyerah untuk bertahan tanpa menyerang sama sekali. Jika seperti ini terus, dia tidak bisa menyelidiki titik lemah monster ini.
Nafisa dulu sering menjadi assassin. Karakternya adalah seorang remaja lelaki yang ramping dan senjatanya hanya pisau. Sedangkan karakter penyihir nya sangatlah cantik.
"Kenapa semakin melawan monster ini hatiku semakin kesal?" jerit Nafisa di dalam hati. Dia menyipitkan kedua matanya dan akhirnya sabitnya menebas bagian depan badan monster. Itu di luar rencana Nafisa.
Monster itu akhirnya berhenti menyerang. Tidak ada darah sama sekali. Tetapi luka itu kelihatan. Serangan senjata Nafisa berdampak cukup besar sampai membuat si monster pada akhirnya jatuh berlutut.
Mata gadis itu mulai mengamati. Tidak ada yang menonjol.
"Jangan bilang..."
Nafisa merasa aneh ketika monster itu tersenyum licik dan matanya agak mengarah ke belakangnya. Dalam sekejap dia menaruh sabitnya di belakang punggungnya bersamaan mengeluarkan sihir kegelapan yang sangat kuat. Dia sudah melalui banyak pertarungan meski di dalam komputer sampai jari-jarinya kelelahan. Serangan tiba-tiba dari monster lain itu sudah biasa jadi sudah tidak kaget ketika muncul monster lain dibelakangnya.
Monster dibelakangnya adalah yang pertama kali muncul tadi yang pakai baju putih. Dia kira monster ini sudah menghilang dan monster di depannya adalah gantinya. Ternyata mereka ada dua.
Bersamaan dengan itu, Nafisa merasa ingin muntah. Dia sering seperti ini dulu ketika masih bermain game aethfire. Penyebabnya adalah kurang tidur. Beberapa hari kurang tidur akan menyebabkannya jatuh sakit.
Dia semakin kesal. Gara-gara munculnya monster, dia jadi tidak bisa tidur siang. Tentu saja dia tidak akan membiarkan bencana ini mengganggu tidur siangnya untuk seterusnya.
[STABILITY: 100%]
[PENYERAPAN MANA PADA MONSTER SEKITAR BERJALAN BAIK]
[KEMAMPUAN MUSUH MULAI MENURUN]
Nafisa menyingkir ketika dia akan diserang menggunakan sihir oleh monster putih. Dia melempar sabitnya ke belakang tanpa melihat sama sekali, dia yakin sudah mengenai monster hitam. Lalu dia berlari cepat ke belakang monster putih sembari mengeluarkan dua pisau di tangannya. Saat dia hendak menusukkan salah satu pisau tersebut ke punggungnya, monster putih berbalik dan langsung mengeluarkan sihirnya akan tetapi Nafisa sudah lebih dulu melompat ke atasnya dengan posisi membelakangi. Dia melompat ke depan tapi di atas monster putih. Apa yang dia lakukan tadi cuma mengecoh. Kedua pisau masih ada di tangannya.
[PENGHANCUR TELAH DIAKTIFKAN]
[REGENERASI MENINGKAT]
[90℅ DAMAGE PADA KEGELAPAN DAN CAHAYA TELAH DIPASANG PADA SENJATA]
Nafisa menembakkan salah satu pisau ke lingkaran sihir dibawah monster putih. Lingkaran sihir itu sangat menonjol jadi dia menganggap bahwa itu merupakan titik lemahnya. Lalu dia tidak mempedulikannya lagi dan mengambil sabitnya. Bersamaan dengan itu, monster hitam menyerangnya dengan melilit badannya dengan rantai yang perlahan-lahan mulai memudar. Benar saja, sabitnya menancap pada tubuh monster hitam ini.
Tetapi Nafisa yang menarik sabit raksasanya sehingga rantai itu bukannya melilit badannya tapi melilit senjatanya. Nafisa tidak mempedulikan mau ada rantai atau tidak. Begitu kakinya menyentuh lantai dia langsung berbalik ke belakang dan menebas monster putih. Setelah itu dia langsung menjadikan sabitnya sebagai tempat duduk. Perlahan-lahan dinding menjadi transparan. Tempat ini mulai hancur.
Monster hitam tidak perlu Nafisa urus lagi karena sudah mulai hancur juga seperti monster putih. Seluruh tempat ini dan monster pelahan-lahan lenyap menjadi butiran-butiran yang mengarah ke hadapan Nafisa kemudian membentuk sebuah kartu.
[SELAMAT ANDA MENDAPATKAN XANIA]
[RANK: S]
Terdengar suara tepuk tangan yang sangat meriah. Nafisa tidak menoleh seperti Melisa. Dia tidak berencana menoleh. Dia sibuk mengatur pernafasannya. Dia sudah merasakan ada banyak sekali para pemain dan menduga bahwa mereka telah melihatnya mengalahkan monster tadi.
"Aku ingin menghilang," batin Nafisa marah luar biasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2023-04-29
0
mochamad ribut
lanjut
2023-04-29
0