"Kau... kau King?" pria itu entah bagaimana sudah terpental dan menatap Nafisa syok.
Nafisa padahal tidak melakukan apa-apa. Tetapi dia sebenarnya membuat sihir baru untuk menghempaskan pria itu tanpa harus mengangkat tangannya. Namun, kini identitasnya sebagai King terbongkar di hadapan banyak pemain yang akan melawan monster disini. Persetan. Gadis itu sakit hati ketika neneknya dihina. Dia ikut merasakannya. Di sekolah juga jika ada yang menghina neneknya, dia balas dendam diam-diam semisal membuat anak itu mendapat nilai yang sangat jelek.
"Nak, apa yang kamu lakukan?"
Dalam sekejap hati Nafisa berdebar lebih cepat. Suara neneknya terdengar gemetaran. Dia telah salah mengambil langkah. Neneknya selalu melarangnya untuk balas dendam. Bagaimana bisa dia justru melakukan ini dihadapan neneknya?
"Aku nggak melakukan apa-apa nek," jawab Nafisa ramah.
"Nggak mungkin nenek mikir aku yang menghempaskan badan pria itu kan? Aku nggak kelihatan melakukan apa-apa loh," batin Nafisa.
"Tapi tadi di sekelilingmu ada-itu apa?" Dhania menunjuk ke atas kepala Nafisa tapi tidak di atasnya persis. Tulisan itu seperti melayang dan sangat besar. KING.
Nafisa kembali menyembunyikan identitas pemainnya. "Sial. Kenapa aku jadi ceroboh begini?" batinnya.
"Padahal aku cuma mau membela nenek. Aku jelas nggak terima
"Nafisa. Kamu... kamu King? Ini aku lagi nggak mimpi kan?" tanya Melisa.
Nafisa menoleh ke sekitar. Hah?
Para pemain memandanginya dengan tatapan tidak percaya. Termasuk yang berada di atap rumah. Beberapa dari mereka bahkan turun untuk melihat Nafisa lebih jelas.
"SEMUANYA KING ADA DISINI!" teriak salah satu pemain.
"Gila. Padahal aku cuma mau membela nenek," keluh Nafisa di dalam hati. Dia mulai panik.
"Bukan. Ada kesalahan besar disini Mel," ucap Nafisa kesal tapi nadanya datar.
"Hah? Kesalahan apa?" tanya Melisa.
Melisa tidak pernah menduga hal ini. Dia pikir, Nafisa pasti bukan pemain karena ditebak dari kehidupannya saja sudah jelas. Dia itu kuno dan selalu bersama neneknya. Tapi apa ini?
Nafisa memegangi tangan neneknya lagi dan membawanya ke rumah Paman Venan. "Ayo nek kita pergi dari sini."
Dhania sendiri tidak habis pikir. Bukan soal Nafisa menjadi pemain. Tetapi mengapa dia tidak pernah menceritakannya padanya?
Melisa kembali mengikuti Nafisa.
Di depan mereka dalam jarak sekitar 10 meter ada pasukan pemain yang semuanya mengenakan mantel hitam panjang.
"TUNGGU SEBENTAR KING!"
Seorang remaja laki-laki kira-kira berusia 17 tahun berjalan paling depan merentangkan kedua tangannya. Di telinga kirinya ada anting-anting simbol timnya. Nafisa tentu saja tahu siapa anak itu karena dia sering muncul di televisi. Namanya Ega. Leader dari tim Viel yang menurutnya gayanya norak. Tetapi anehnya, bagaimana bisa anak yang sok keren seperti itu hampir tidak pernah kalah? Dia merupakan salah satu pemain yang dibenci Nafisa. Apabila bertarung melawan pemain lain, Ega akan berlaku tidak memiliki belas kasihan dan suka bertindak meremehkan. Salah satu anggotanya, Calixto, juga tidak ada bedanya. Pantas saja. Pemimpinnya saja seperti itu.
Keramaian terdengar semakin berisik. Para pemain menjadi antusias. Mereka pikir Nafisa akan ikut melawan bos. Padahal sebenarnya tidak.
"Aku sudah lama menunggu saat-saat ini."
"Nggak beres," batin Nafisa.
"Nek, ayo tetap jalan jangan berhenti," kata Nafisa.
Terdengar suara click click bersamaan dan cukup banyak. Melisa kaget dan mendongak ke atas disusul Nafisa. Mereka mendapati semua pemain yang ada di atap rumah menodongkan senjata padanya.
Daftar tim terbaik di seluruh kota
Tim Alastar - Kota Aeven
Badut - tidak jelas asal-usulnya tapi ada yang bilang kalau tim ini berasal dari kota yang jauh dari sini bernama Ex.
Lily flower falls
Seraphine
Tanky
Xanaz
Viel
"Aku selalu ingin berduel dengan King. Ingin mengalahkannya dan menjadi nomor satu. Sebagai pemain profesional, dia nggak ada keren-kerennya sama sekali. Mencoba jadi raja bayangan? Yang benar saja. Hahahaha. Ternyata dia bersembunyi karena identitasnya sebagai gadis jelek. Lebih baik kau menghilang saja dari dunia ini!"
"Udah biasa Nafisa. Kata-kata begitu udah biasa," batin Nafisa. Dia tidak berniat menanggapi sama sekali. Justru Melisa yang paling semangat menanggapinya.
"Dasar nggak sadar diri! Rankingmu dibawah 10 besar kalau kau lupa!" teriak Melisa.
Nafisa sedikit terkejut. Melisa bar-bar sekali. "Kenapa kamu malah nanggapin dia Mel? Biarkan saja nanti dia juga malu sendiri nggak dipedulikan!" jerit Nafisa di dalam hati.
Dibandingkan dengan tim lain, Viel memiliki banyak anggota. Kira-kira 50 pemain dan hampir sebagian terlatih. Sedangkan tim Alastar sebagai tim terbaik nomor satu hanya memiliki enam anggota. Tetapi kabarnya, leadernya sudah lama tidak bermain. Dan dia dijuluki sebagai pembunuh paling kuat.
"Tembak dia!" teriak Ega.
Nafisa seketika langsung mengeluarkan sihir pelindung. Alasannya tentu saja supaya neneknya tidak tertembak. Tapi dia kaget ketika merasakan tangannya kosong. Hah? Neneknya hilang.
Nafisa menoleh ke depan. Neneknya sudah berada di gendongan seseorang di depan rumah Raven. Dia langsung berlari menuju kesana.
"Nenek!" teriak Nafisa.
Bersamaan dengan itu terdengar suara motor banyak sekali dibelakang para anggota tim Viel bersamaan ledakan gate.
Para anggora tim Viel menyingkir kala kedatangan rombongan naik motor itu. Kedua mata Ega menyipit dan mulutnya mendecih kala melihat siapa yang datang.
"Sudah lama ya bro," ucap Rei.
Ternyata yang datang adalah rombongan The 13 King.
Nafisa melirik ke mereka dan langsung merinding juga menjerit-jerit tidak karuan di dalam hati. "Sial. Kenapa mereka bisa sampai kesini? Bagaimana kalau Rei beneran membakar rumahku? Bagaimana ini? Bagaimana ini? Rasanya mau menangis. Kalau sudah begini, bagaimana bisa aku tenang?"
"Silahkan masuk ke dalam nek!"
Perhatian Nafisa beralih ke neneknya dan seorang remaja kira-kira berusia 20 tahun.
"Terima kasih nak," jawab Dhania.
"Maaf ya nek, kami anak muda sedang bermain-main."
"Iya nenek paham. Dulu juga nenek begitu."
"Benarkah? Wah nggak sabar buat mendengar cerita nenek."
Tiba-tiba remaja ini menatap Nafisa sembari tersenyum ramah. Nafisa pernah melihatnya di sekolah dan sudah tidak kaget tapi dia mendadak gugup karena remaja ini auranya sangat berbeda dengan Rei dan kawan-kawannya. Jika mereka kurang ajar, maka remaja ini sangat sopan.
"Namaku Roy. Panggil saja Kak Roy atau Bang Roy. Di tim kita, akulah yang paling tua. Oh ya Nafisa, lain kali kalau ada ramai-ramai begini, tahan dulu keinginanmu. Pastikan nenekmu aman. Jangan diulangi lagi ya!"
Nafisa sedikit syok. Ini pertama kalinya ada orang lain yang menasehatinya seperti neneknya dan Tante Rania. Entah kenapa...dia merasa malu.
"Nak, jawablah!" titah Dhania lembut.
"Iya," jawab Nafisa agak kaku.
Roy pamit pada Dhania untuk bertarung bersama teman-temannya. Sebelum pergi, dia menutup gerbang rumah Raven. Di luar ada yang teriak, "BOS AYO KITA BERMAIN BERSAMA!"
"Nggak bakal," batin Nafisa. Dia pikir yang teriak Dikis. Karena hanya laki-laki itu yang memanggilnya bos.
"Nafisa kamu sebenarnya king ya? Itu tadi pemain yang sama dari tim kamu? Kamu masuk ke tim The 13 King?" tanya Melisa antusias. "Serius aku nggak nyangka. Oh ya, ini aku nggak bisa ikut pertempuran itu karena ada Viel. Gara-gara masalah tadi mereka bisa hajar aku. Aku selalu solo Sa. Tadi kan aku udah belain kamu, nanti temani aku berburu monster ya? Ya Nafisa? Kalau nggak aku bakal menjadi ekormu."
Nafisa tidak mengatakan apa pun karena di depannya kini dalam jarak sekitar tujuh meter ada Raven yang sedang bermain sama Tsamara. Dia jadi tidak fokus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
mochamad ribut
up up ⚡🔨
2023-04-27
0
mochamad ribut
up up up ⚡🔨
2023-04-27
0