Di game dark sky, monster-monster kuat bisanya wujudnya menyerupai manusia. Nafisa tentu saja tahu karena dia adalah pemain terbaik di game itu. Teriakan gila Melisa berkali-kali membuatnya sangat risih sehingga dia membuka matanya dan melihat ke kirinya karena merasakan ada yang tidak biasa. Dia tidak terlalu kaget melihat pemandangan lubang hitam yang mengeluarkan manusia yang sebenarnya monster itu.
[Xania]
[RANK: S]
[ELEMEN: CAHAYA]
Nyawanya tidak diketahui. Informasinya hanya seperti itu. Nafisa juga tidak kaget. Daripada membuang-buang waktu buat melawannya lebih baik kabur.
"Nafisa bagaimana ini? Hey- Nafisa tunggu aku!" teriak Melisa ketika melihat Nafisa tiba-tiba berlari menjauh. Melisa ikut-ikutan.
Tapi tiba-tiba mereka jatuh karena membentur sesuatu. Ternyata dinding berwarna putih dengan ukiran aneh mulai mengelilingi mereka lalu di atasnya juga. Mereka akhirnya terkurung bersama monster bernama Xania itu.
Melisa mulai ketakutan setengah mati. Dia mendekat ke Nafisa. "Nafisa bagaimana ini?"
Berbeda dengan Nafisa yang justru ingin diserang sama Xania karena merasa lelah dengan semua kejadian hari ini. Dia pikir, kalau dirinya terkena serangan monster barangkali skornya akan turun drastis sehingga dia tidak lagi berada di posisi nomor satu dan mungkin kalau sudah berada di posisi akhir bakal dikeluarkan dari game. Kemudian setelah dia tidak berada di posisi itu, dia akan mengubah namanya menjadi Na.
Di game dark sky ada yang namanya ensiklopedia monster. Di sana mencakup semua informasi monster dalam game tersebut. Sejauh yang Nafisa ingat, tidak ada yang namanya Xania.
"Ini kan game aethfire bukan dark sky," batin Nafisa.
"Mengalahkan monster itu sangat mudah dibandingkan melawan pemain lain," batin Nafisa. "Tinggal cari tahu titik lemah mereka, jangkauan serangan, ledakan damagenya, kecepatan serangan, dan masih banyak lagi."
Nafisa dan Melisa melihat ke bawah di mana lantai yang polos berwarna putih mulai berukiran aneh. Keduanya mengira bahwa ini lingkaran sihir. Bisa dikatakan bahwa keduanya sedang berada di dalam badan si monster bernama Xania itu yang tidak lain seperti kastil penuh dengan sihir.
“AAAAGHHHHHH!” teriak Melisa. Dia terangkat dengan kedua kakinya dijerat akar putih yang berduri. Dia mulai menggantung-gantung di atas dengan kepala dibawah. Dia mulai menangis dan memanggil-manggil Nafisa untuk menolongnya.
Nafisa sejak tadi sudah mengaktifkan sihir menghempaskan musuh dalam jarak lima meter sehingga tidak bisa didekati. Dia melihat pada layar biru di hadapannya yang menunjukkan status mana, kemampuan, kecepatan serangan, dan masih banyak lagi menurun secara perlahan-lahan. Tempat ini menyerap kekuatan mereka.
Di permainan ini ada empat tingkatan rank. Rank A, Rank B, Rank C, Dan yang paling tinggi adalah Rank S. Melisa masih Rank B.
Nafisa mengerahkan sihir pada akar-akar itu, semuanya terpotong-potong. Bukan cuma yang melilit Melisa tapi semua yang keluar dari lingkaran sihir terpotong-potong tanpa sisa. Melisa jatuh dan langsung bangkit mendekati Nafisa yang mulai diselimuti cahaya hitam.
“Nafisa,” panggil Melisa. Gadis itu sudah meneteskan air matanya.
Nafisa malah mendorong Melisa menjauh hingga gadis itu lagi-lagi terpental jauh sementara itu Nafisa menempelkan punggunya ke dindiing. Xania mulai menyerang mereka dengan pedangnya yang bagai raksasa dan panjangnya sekitar lima meter. Lalu pedang-pedang lain yang ukurannya lebih kecil bermunculan sangat banyak dan diarahkan ke Melisa. Nafisa langsung membuat lingkaran sihir guna menangkis serangan itu dan menyerap kekuatannya. Dia berlari secepat mungkin ke depan Melisa dan mengerahkan sihirnya itu. Pedang-pedang bagaikan hujan itu justru terserap ke dalam sihir Nafisa dan oleh gadis itu diubah menjadi mana. Kini, mana Nafisa menjadi banyak lagi.
“Untung saja nggak ada aturan nggak boleh bikin senjata baru atau sihir disaat pertarungan, tapi mungkin untuk saat ini,” batin Nafisa. Dia sudah ngos-ngosan. Ini benar-benar bencana. Dia sungguh tidak mengerti. Senjata-senjata yang dipegang para pemain mungkin begitu berat. Maka jelas kemungkinan besar bertarung melawan monster akan sangat menyusahkan. Karena perbedaan kekuatan mereka yang begitu besar. Untuk mengeluarkan sihir pun jika tidak memiliki mana yang cukup entah apa jadinya, mungkin para pemain bakal muntah darah.
Masalahnya waktu pertama kali mengecek data kemampuannya, rata-rata statusnya adalah unlimited. Lantas, bagaimana ketika berada di dalam monster Xania ini mendadak mananya semakin lama semakin menipis. Barangkali memang seperti itu. Nafisa cuma bisa menghela nafas dan menganggap semua itu wajar, karena sejak awal, game ini dan semua bencana yang terjadi sungguh tidak jelas.
Nafisa tidak mau berharap apa-apa. Menurut gadis itu, bermain game ibaratnya seperti menjalani kehidupan. Neneknya pernah berkata, tidak masalah menjadi lemah, keadaan akan membuatmu menjadi kuat. Seperti saat ini, entah apa yang akan terjadi, mereka pasti bisa mengatasinya. .
“Bagaimana cara mengalahkannya?” tanya Melisa.
Seorang mage biasanya tidak memerlukan kekuatan fisik. Yang mereka butuhkan adalah mana dan berbagai macam sihir. Biasanya kekuatan fisik besar dimiliki oleh para penyerang yang mengayunkan pedang atau senjata lainnya. Ketika lomba lari di sekolah, Nafisa sering berada di urutan terakhir. Dia tidak memiliki fisik yang kuat. Barangkali satu-satunya bakat yang ia punya adalah mampu mendapatkan nilai 100. Dia sebenarnya tidak pantas disebut jenius hanya karena itu. Dia merasa tidak lain sebagai anak biasa yang tidak punya orang tua.
Bencana ini, seperti memaksa para pemainnya untuk melatih kekuatan fisik mereka. Jika Raven, pasti mudah mengalahkan monster ini, berbeda dengan dirinya yang lemah. Nafisa mulai frustasi. Bagaimana pun di dalam komputer dan realita itu berbeda.
Tetapi semua tulisan unlimited itu pasti ada artinya.
Nafisa membuat sniper kemudian memberikan sniper berwarna hitam itu kepada Melisa. “Ada banyak sekali peluru tapi gunakanlah dengan bijak. Pelurunya berbeda-beda warna kamu bisa melihat di sini, setiap warna memiliki serangan yang berbeda-beda. “
“Wah...” Kedua mata Melisa berbinar-binar melihat sniper itu. Sungguh berbeda dengan snipernya. Dia seperti melihat harapan baru.
Nafisa lagi-lagi mendorong Melisa menjauh. Serangan bertubi-tubi itu terus mengarah pada mereka. Melisa yang panik langsung menembak ke arah Xania sembarangan. Berefek. Semua serangannya ditembak habis oleh Melisa. Tiba-tiba monster itu menundukkan kepalanya. Nafisa menjadi punya firasat buruk.
"Mel, selalu cari tempat yang aman! Tempat yang benar-benar aman!" titah Nafisa pelan.
Melisa mengangguk. Dia berhenti menembak dan mulai menuruti apa yang Nafisa perintahkan. Keduanya memperhatikan Monster Xania itu. Perlahan-lahan monster itu menapkkan kakinya di lantai tidak lagi melayang. Dia diselimuti oleh sihir cahaya bercampur hitam. Sangat pekat sampai badannya mulai tidak kelihatan. Suasana menjadi bergemuruh.
Perlahan-lahan sihir yang menyelimuti itu memudar. Kini, Nafisa dan Melisa dapat melihat dengan jelas.
[XANIA]
[RANK: SS]
[ELEMEN: CAHAYA DAN KEGELAPAN]
[HP: 1000000000]
Suara nyanyian terdengar begitu mengerikan.
"Nafisa," panggil Melisa ketakutan.
Nafisa menyipitkan kedua matanya. "Menyebalkan banget," keluhnya.
Monster itu tidak lagi mengenakan gaun melainkan celana dan jubah panjang berwarna putih bercampur hitam. Rambutnya juga tidak lagi tergerai tapi diikat menjadi satu ke belakang agak ke samping. Semua perhiasan di badannya sudah hilang. Yang ini seperti sangat berbeda dengan yang tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2023-04-27
0
mochamad ribut
lanjut
2023-04-27
0