Nafisa tahu sedikit tentang Black Wolf. Tapi tidak pernah menyangka bakal diberi peringatan langsung oleh pemimpinnya. Dia pernah melihat di berita di televisi dimana saat itu banyak sekali orang dari usia lima belas tahun sampai 40 tahun naik motor beramai-ramai. Suara mesin motor mereka sangat berisik. Semuanya mengenakan seragam yang sama yaitu jaket berwarna merah bercampur hitam. Meskipun beberapa anggotanya ditangkap polisi karena sudah melalukan kejahatan, tapi geng ini masih saja berbuat ulah malah semakin besar. Pemimpin mereka tidak pernah diketahui. Tapi ada yang bilang berusia 50 tahun, seorang bos mafia, dan masih banyak lagi. Sekarang Rei mengatakan kalau dia adalah wakil pemimpin Black Wolf dari kota Zanx. Apakah dia sedang bercanda? Dia masih anak sekolah. Seragamnya tadi juga berasal dari sekolah yang cukup terkenal di kota itu.
[DIKIS: Kasar banget. Apa kau nggak punya muka sampai bisa sekasar itu pada seorang gadis?]
[ALVIN: Siapa yang bakal percaya kalau King seorang gadis? Otaknya pasti bermasalah.]
[DIKIS: Hey saudara kembarmu itu merujuk pada Nafisa yang tinggal cuma sama neneknya ]
[FELIX: Jangan takut king. Black Wolf sudah lama bubar. Mereka sebenarnya baik kok.]
Nafisa sudah duduk di lantai. Dia tidak kuasa untuk terus bertahan duduk di atas kursi. Dia tumbuh di desa yang damai dan tentram serta dikelilingi oleh orang-orang yang baik. Meskipun kata-kata mereka kadang-kadang menyakitkan tapi tidak sampai mengatakan berenana melakukan perbuatan jahat. Mungkin dia tidak tahu. Tapi pasti sulit dipercaya. Sedangkan Rei bilang akan membakar rumahnya. Itu sudah kelewatan sekali. Bahkan jika cowok itu bercanda, tapi ini pertama kalinya dia mendengarnya ada orang yang akan bertindak sejauh itu hanya karena dia tidak mau bermain game lagi.
"Apa kau mencoba memangsa hidup tenangku?" batin Nafisa tajam. "Jangan pernah mendekati nenekku atau kau bakal tau akibatnya!" batinnya lagi.
[ERASH: Rei baik? Diantara kita semua yang paling sulit ditebak kepribadiannya adalah Rei. Dan dia ibarat bos kita]
"Sudah kuduga, dia memang psikopat," batin Nafisa menilai Rei.
Saudara kembar Rei adalah Alvin? Jangan-jangan pemimpin gang itu adalah Alvin? Sementara wakilnya Rei?
"Aku ingat. Mereka bukannya yang disebut combo mematikan?" pikir Nafisa.
Dulu, ada banyak sekali yang mendapat julukan pemain terbaik. Mesti King menjadi nomor satu, tapi banyak juga pemain yang menganggap yang lain lebih keren daripada King. Salah satunya adalah dua legenda atau dua serigala hitam atau pasangan sempurna dari Zanx. Ternyata julukan itu untuk Rei dan Alvin.
[RAVEN: Apa?]
Nafisa sedikit terkejut melihat pesan dari Raven.
[REI: KEMANA KAU? NGEHAREM]
Nafisa kesal. Bisa-bisanya yang ditanya adalah pertanyaan itu. Tapi berkat pertanyaan itu, dia berharap mengetahui isi hati Raven.
Di sekolah, Raven memang menjadi salah satu murid paling tampan sampai memiliki banyak penggemar. Termasuk kakak kelas. Ditambah dibandingkan Leo yang nyaris tidak pernah berbicara dan selalu ingin sendirian, Raven kebalikannya. Cowok itu ramah kepada siapa pun dan sangat menghormati guru. Setiap kali bertemu gurunya, dia akan membungkuk sembari memberi salam. Dia pandai olahraga dan seringkali memenangkan turnamen. Semua anak seolah-olah mengidolakannya. Tidak ada hari dimana dia tidak dikelilingi para gadis. Tetapi katanya dia sama sekali tidak menunjukkan kalau dia senang akan hal itu. Justru dia menasehati para gadis untuk memberi batasan karena dirinya laki-laki. Tetapi benarkah di dalam hatinya dia tidak bahagia?
Nafisa sebenarnya tidak suka memiliki pujaan hati yang selalu dikelilingi perempuan. Jika dia bisa memilih untuk sesuatu yang penting, dia akan memilih tidak memiliki perasaan pada Raven. Perasaan ini sungguh membuatnya kacau.
[RAVEN: Apa itu harem?]
[ERASH: Serius kamu nggak tau harem?]
[RAVEN: Enggak. Emang apa? Semacam berburu monster-monster khusus buat mendapatkan item langkah kah?]
Kadang-kadang Nafisa merasa jika Raven sebenarnya tidak sepolos itu. Tetapi nilai mata pelajarannya juga rendah. Bahkan sangat rendah. Dia sampai ikut perbaikan nilai setiap hari. Sayang sekali padahal fisiknya sangat indah dan menawan.
[ASH: Lagi pura-pura bodoh apa bagaimana? Mentang-mentang disini ada tetanggamu? Takut dilaporin ke mama ya?]
[ALVIN: Ngomong-ngomong Raven, kau jago bertarung ya? Kapan-kapan by one kita!]
[RAVEN: Sebelum by one alangkah baiknya kau latihan otot terlebih dulu.]
[REI: Aku sudah pernah melihatnya bertarung. Kamu akhirnya menemukan lawan yang setara Vin. Harem setahuku dikelilingi banyak perempuan.]
[DIKIS: Bisa-bisanya Raven, pastikan kau membuat mereka bahagia. Kalau nggak, lebih baik kita tukar posisi. Tapi dibandingkan tukar posisi denganmu, aku lebih suka menjadi tangan kanan bos Nafisa]
[RAVEN: Jangan sembarangan! Aku nggak pernah dekat sama siapa pun!]
[NATHANIEL: Lalu bagaimana sama Nafisa? Bukankah di tim kita cuma dia satu-satunya perempuan? ]
Nafisa geram. Kenapa malah membahas soal ini? Ini bagaimana caranya untuk keluar dari tim The 13 King. Dia ingin menghubungi Alvin karena cowok itu yang sudah memasukkannya ke tim. Pasti tahu bagaimana caranya keluar dari The 13 King. Dia login ke dalam game dengan menekan tombol login. Seketika dia merasa aura disekelilingnya sedikit berbeda. Matanya menyipit tajam. Memang benar. Sekelilingnya terasa berbeda seolah-olah dia dikelilingi oleh tulisan-tulisan kecil entah apa. Apakah itu sebuah progam?
[DIKIS: Menurutku nggak masalah sama sekali. Malah bagus kalau tim kita ada ceweknya biar jadi pemanis. Maksudku biar kalau ada yang berkelahi, dia bisa menengahi sambil menangis. Yang paling penting, kalau kita lagi bertarung punya kekuatan tersembunyi. Coba bayangkan, kita lagi kalah dan sekarat tiba-tiba Nafisa juga sekarat, pasti jiwa kita langsung terbakar amarah sehingga membangkitkan kekuatan yang mengerikan]
[DIO: HAHAHHAHAHAHHA. Baru bergabung nih, aku ketawa sampai sakit perut. Bukankah yang begitu cuma kamu Dikis? Yang lain pasti nggak bakal begitu]
[NATHANIEL: Aku nggak mau membayangkannya]
[ALVIN: Aku nggak peduli mau dia perempuan atau bukan, selagi dia berguna buat menjadikan The 13 king sebagai tim terbaik, lebih bagus kalau dia laki-laki]
Nafisa semakin geram. Kini anak-anak dari tim ini mulai bertingkah seperti teman sekelasnya.
[ASH: Dia login ke game. Dia login!]
[REI: Kau harus datang ke ibukota!]
[DIKIS: Selamat siang menjelang sore bos]
[DIO: Kenapa harus panggil bos?]
[DIKIS: Kalian yang nggak suka sama bos nggak bakal pernah bisa dekat sama bos king. Bos, bagaimana kalau kita bermain berdua saja? Di pinggiran ibukota ada danau yang sangat indah dan banyak sekali monster yang lucu. Kamu pasti menyukainya ayo kita kesana sekarang!]
[REI: Aku berencana mengeluarkan Dikis bagaimana menurut kalian?]
[ASH: Tunggu apalagi?]
[KING: Izin keluar dari tim ini]
[ASH: Hah?]
[KING: Aku lebih suka solo. Terima kasih sudah menerimaku bergabung di The 13 King. Pamit]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments