Orang-orang mulai ketakutan dan putus asa. Kemunculan Game Aethfire bukannya dianggap sebagai sesuatu yang perlu di apresiasi justru dianggap sebagai bencana besar yang harus dihilangkan sekarang juga. Nafisa setuju. Untung saja banyak yang menentang kemunculan game ini. Dia berharap game ini segera menghilang dan tidak akan kembali lagi.
Setelah bangun tidur, keadaan juga tidak berubah. Kekacauan justru ada di mana-mana, para pemain tampak lebih bersemangat dalam berburu monster. Nafisa mau tidak mau pasrah menerima keadaan ini. Dia menontonnya di televisi bahwa saluran utamanya berada di pusat kota yaitu menara hitam yang baru dibangun itu. Singkirkan dulu mengenai game aethfire, masalah terbesarnya, kenapa dia menjadi pemain terbaik nomor satu di game baru ini?
Dia tidak pernah mendaftar, mendapatkan undangan, kartu pemain, atau semacamnya dari pihak game. Lantas kenapa dia jadi ikut sebagai pemain? Semua alat digitalnya sudah dimatikan. Tidak ada apapun yang bisa menghubungkannya dengan dunia game lagi. Ini pasti ada kesalahan.
“Dunia semakin mengerikan,” kata Dhania sambil membawa segelas air minum. Suaranya persis sekali dengan ringisan seorang nenek tua yang sedang dalam kondisi terdesak.
Nafisa menjadi terdiam. Jika neneknya sudah bilang begitu, maka mau tidak mau dia harus mencari informasi mengenai akibat game ini pada orang-orang sekitar yang bukan pemain. Takutnya neneknya sampai terjadi sesuatu.
“Kamu jangan pernah ikut-ikutan itu Nafisa!” titah Dhania.
“Tentu saja nek, nggak akan pernah,” jawab Nafisa. Pokoknya neneknya tidak boleh sampai tahu bahwa dia sebenarnya malah jadi pemain nomor satu.
Nafisa mendekati neneknya lalu duduk di sampingnya dan mulai menempelkan kristal-kristal pada gaun lengan pendek berwarna merah muda.
Pakaian-pakaian yang dibuat oleh nenek dan cucunya ini sangat cantik. Para tetangganya sampai berebutan membelinya. Nafisa juga menyukainya, dia merasa menjadi seorang putri ketika mengenakannya. Sayangnya, fisiknya tidak mendukungnya terutama wajahnya yang ada beberapa jerawat dan sedikit hitam.
Nafisa sebenarnya sudah meneliti bagaimana cara menjadi cantik. Tapi dia belum punya rencana buat merawat diri secara serius. Dia merasa nyaman dengan dirinya yang sekarang.
Dia kembali memikirkan kejadian beberapa saat lalu ketika sedang membeli roti. Tampaknya si penjual roti tidak melihat layar di depannya. Dia menghela nafas, sepertinya kali ini dia harus mencari informasi sebanyak mungkin.
Lalu ketika dia mulai tidur, terjadi pertarungan para pemain dengan monster level 200 di depan rumahnya dan sepertinya monster tersebut tidak dapat dikalahkan. Suaranya sangat berisik sampai dia harus menutup kedua telinganya dengan bantal.
Selesai menjahit, seperti biasa Nafisa akan menyirami tanaman. Dia sangat menyukai tanamannya dan selalu merawatnya dengan baik.
“Tumbuhlah kalian anak-anakku,” kata Nafisa sambil menyirami tanamannya.
Tiba-tiba layar biru keputihan muncul di hadapannya dan menampilkan deretan teks dari nama-nama yang berbeda. Ini adalah percakapan tim.
The 13 King, sungguh nama yang tidak patut menurutnya. Hanya karena anggotanya berjumlah 13 jadi nama timnya menggunakan angka 13. Mungkin mereka malas memikirkan nama jadi mengambil keputusan ini saja.
Tapi 13 King, dimana KING artinya raja. Padahal yang raja hanya dia seorang. Nafisa yakin seluruh pemain dalam tim ini selain dirinya pasti tidak jago bermain dan cuma bisa menjadi beban.
“Apa yang kupikirkan, aku sudah tobat dan nggak akan sombong lagi,” kata Nafisa di dalam hati.
Persetan mau tim atau pemain lain, dia tidak akan pernah berurusan dengan hal-hal yang berkaitan dengan permainan lagi.
Dulu, ketika masih bermain game, Nafisa tidak pernah mau membuat tim atau bergabung dengan tim. Dia mendapatkan banyak sekali undangan untuk bergabung dengan tim para pemain profesional yang biasa bermain di pusat kota dan ditayangkan di televisi tapi dia selalu menolak. Menurutnya, lebih keren jika menjadi pemain solo. Tapi karena selalu menolak, jadi banyak yang berspekulasi bahwa dia sebenarnya bukan manusia melainkan robot. Tidak mungkin ada pemain yang tidak pernah kalah bahkan menjadi nomor satu dari 0 tanpa kekalahan sama sekali jelas itu sangat sulit dipercaya. Tapi dia melakukannya tanpa masalah.
Mereka tidak tahu bahwa Nafisa jenius. Dia bahkan selalu mendapatkan rangking satu dari Tk sampai SMA.
Nafisa cukup tahu diri berasal dari keluarga kurang mampu seharusnya dia lebih punya semangat tinggi dibandingkan anak-anak lain. Ketika anak-anak lain minum banyak susu, dia minum air bening. Ketika anak-anak lain bermain, dia membaca buku. Ketika gadis-gadis lain berdandan, dia membaca buku. Dia hobi membaca sampai kepalanya sering pusing. Pokoknya dia harus memiliki haus ingin tahu yang mengerikan supaya dirinya selalu tergerak untuk belajar dan belajar. Usahanya tidak mengkhianati hasil.
[Alvin: King sudah diangkat jadi leader tapi tetap aja nggak ada satupun monster yang dikalahkan. Dia lagi bercanda apa bagaimana?]
[Gasa: Mungkin dia lelah]
[Erash: Dia kan sudah pensiun]
[Rei: Persiapan berpesta di pusat kota, rencana menuju Kota Aeven]
Nafisa menyipitkan matanya ketika membaca pesan-pesan dari anggota timnya. Dia langsung menggeser layar dan seketika layarnya hilang. Semakin dilihat semakin kesal.
“NGGAK AKAN PERNAH BERMAIN GAME LAGI!” teriak Nafisa di dalam hati.
Entah kenapa, semakin sering orang-orang membicarakannya, semakin kuat tekadnya supaya tidak menyentuh permainan.
Pokoknya dia akan menjalani hidup santai.
Selesai menyirami tanaman, Nafisa memutuskan ke rumah orang tua angkatnya untuk bermain dengan Tsamara. Venan dan istrinya, Rania memiliki dua anak. Pertama, Raven dan kedua, Tsamara. Tsamara masih berusia empat tahun.
Nafisa sangat menyukai Tsamara. Anak itu putih, matanya lebar dan berwarna hitam, bibirnya mungil, intinya dia sangat imut dan cantik. Dibandingkan dirinya, Tsamaralah yang lebih pantas jadi seorang putri. Masih kecil saja cantiknya sampai membuat orang luluh, apalagi jika sudah besar. Saking sukanya dia pada anak ini, dia sampai mengoleksi fotonya. Mulai dari bermain slime, mandi bola, dan masih banyak lagi.
Sepanjang perjalanan ke rumah Tsamara, Nafisa tidak berhenti tersenyum.
Namun senyumnya langsung hilang, kakinya berhenti, dan tubuhnya mendadak kaku seperti batu. Di samping mobil, terlihat anak pertama Venan, Raven sedang bermain pedang. Yang jadi masalah, pedangnya diselimuti sesuatu seperti api hitam kemerahan mirip warna darah. Jelas pemandangan itu susah diterima menggunakan akal sehat. Tapi Nafisa cepat tangkap, dia tahu apa yang sedang dilakukan tetangganya itu.
Nafisa langsung mundur dan bersembunyi di balik tembok sebelum ketahuan Raven. Keringat nya bercucuran. Perasaannya sama seperti pertama kali mendapat layar aneh di depan badannya. Tidak heran jika Raven menjadi pemain game Aethfire, dia kan juga sangat menggilai game.
“Hah? Ada pemain terbaik di sekitar sini? Jaraknya sangat dekat denganku?”
Nafisa yang mendengar kalimat itu keluar dari mulut Raven langsung membulatkan kedua matanya sempurna. Dia langsung berlari kecil ke rumah, berdo’a supaya langkah kakinya tidak menimbulkan suara.
Akhirnya sampai juga. Dia langsung membanting badannya ke kursi. Melelahkan sekali. Padahal cuma menyaksikan Raven bermain pedang tapi rasanya seperti habis lari puluhan kilometer.
Gawat!
Nafisa menggeser tangannya ke depan, seketika layar kebiruan muncul di hadapannya. Jika tidak dihentikan sekarang, maka hidupnya seperti buronan. Dia tidak akan pernah tenang dan akan selalu terlibat masalah.
Cara pertama adalah berhenti menjadi pemain.
Dia memencet banyak tombol dan mencari-carinya di layar. Setelah menemukannya, dia tersenyum bahagia, tapi saat dipencet...
[MAAF, SAAT INI KAMI TIDAK DAPAT MENJALANKAN OPERASI INI. MEMBUTUHKAN WAKTU SEKITAR DUA ATAU TIGA TAHUN UNTUK MENGOPERASIKANNYA. ITUPUN JIKA KAMI MAMPU!]
Hah?
Sangat tidak masuk akal sekali. Dia bisa berhenti menjadi pemain setelah tiga tahun berlalu?
Nafisa tidak menyerah. Akhirnya dia menemukan pilihan lain. Yang satu ini harus berhasil.
[SEMBUNYIKAN IDENTITAS PEMAIN]
Click.
[SELAMAT, IDENTITAS ANDA SEBAGAI PEMAIN NOMOR SATU TELAH DISEMBUNYIKAN. PEMAIN LAIN TIDAK DAPAT MENGETAHUINYA KECUALI ANGGOTA DARI TIM ANDA!}
Nafisa menghela nafas lega. Setidaknya ini lebih baik, dia hanya tinggal keluar dari tim The 13 King dan selesai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
mochamad ribut
up
2023-04-27
1
mochamad ribut
lanjut
2023-04-27
1
Lami_Kim
sistemnya gak mendukung🤣🤣
2022-08-03
2