Fun Cin menunjukkan sisahan mantao dalam genggaman mayat seorang gadis yang dia dapat saat melangkah satu persatu tubuh mayat untuk dapat barang bukti.
"Apa mungkin dalam mantao ada rancunya?" praduga Feng Ni.
"Bisa jadi.Ini akan kita bawa pulang ke penginapan untuk diperiksa," memasukkan barang bukti dalam kantongan kain. "Lebih baik kita cepat pergi," sarannya karena tidak bisa berlama-lama menyelidiki kasus.
"Tapi, mereka," Feng Ni ibah dengan mayat yang entah bagaimana akan dapat perlakuan setelah mati.
"Yang sudah meninggal ya sudah. Sekarang kita harus lebih berpikir terbuka untuk selamatkan ribuan gadis di negara ini," nasehatnya sambil narik pergi adik yang masih jongkok merutuk keadaan.
.
Penginapan
.
Fun Cin mengeluarkan semua barang bukti kejahatan anggota keluarga kerajaan yang mereka dapat dari kediaman megah tadi.
Kotak obat yang tidak hanya berisi obat, tapi juga jarum dan beberapa lainnya dibuka lebar. Fun Cin mengambil sebuah jarum perak lalu dicelupkan dalam botol berisi cairan penstabil benda logam dan perak sebelum dia test ke sisa makanan yang dibawa pulang.
Lalu jarum perak itu ditancapkan kebeberapa titik sisa mantao untuk dapat reaksi.
Tidak sampai 15 detik jarum perak menancap pada mantao sudah dapat terlihat efek reaksi, yang membuat ujung runcing jarum perak hitam bergelembung hancur.
"Mereka semua mati keracunan," ujar Fun Cin membuang jarum perak tidak utuh.
"Kejam! Paman sungguh kejam," rutuk marah Feng Ni.
"Tapi kita tidak bisa pastikan pamanmu sebagai tersangka, mungkin juga ada orang lain ikut andil dalam kasus ini," membersihkan tangan dengan cairan pembersih.
"Menurut Abang, siapa?" tanyanya merapikan kotak obat.
"Orang dalam yang merupakan anteknya untuk paksa turun ayahmu dan juga pangeran mahkota," jawab Fun Cin dengan dugaan sementara.
Begitu makin banyak kasus teka teki yang harus diselesaikan, tapi kasus teka teki mana pula yang terlebih dahulu diurus mereka.
.
Esok paginya mereka kembali ikut ujian setelah dapat kabar lulus seleksi. Wajah mereka tampak dingin tak bersahabat dengan orang sekeliling yang mungkin juga musuh dalam selimut.
Tempat duduk yang telah menandai nomor kepesertaan peserta hari itu, adalah tempat terbaik untuk mereka mengawasi setiap orang yang ada dalam taman ujian ke-3.
Ya, tempat duduk mereka paling belakang dari ujung ke ujung yang tidak berdekatan, terpisah 4 peserta lain sejajar mereka.
Hari ini ujian mengenai 'HUKUM' hukum yang dimaksud adalah kemiliteran dan kesetiaan pada negara yang dituliskan dalam bentuk bait syair.
Untungnya Fun Cin masih fasih membuat syair setelah puluhan tahun lulus dari akademi ksatria.
Tengang waktu juga tidak terlalu banyak untuk mereka memilih syair tepat dengan tema yang terusung.
Feng Ni seperti biasanya akan cepat dahului hampir semua peserta dalam menjawab pertanyaan secara tulisan. Dirinya pun memeriksa sekeliling peserta yang ngikutin ujian hari ini.
Dari kejauhan memandang, Feng Ni menemukan beberapa orang bergelagat mencurigakan. Tapi masih dalam curiga biasa saja yang sudah ia ketahui.
"Bisa hancur negeri ini didampingi orang-orang tak punya kredibilitas," umpat batin Feng Ni, memilih cari pandangan lain.
Dari jumlah ratusan orang peserta ujian sekarang tinggal 40 besar saja. Jadi Feng Ni bisa untuk melihat mana yang benar-benar setia dan pura-pura setia dalam konteks tanda kutip ada maunya.
Lihat Fei Hung dari jauh sedang menggaruk kepala, Feng Ni pun menduga akan kesetiaan orang tersebut yang murni adanya tanpa neko-neko berlebihan.
Trongg...
Gong berbunyi tanda sudah waktunya mengumpulkan lembaran jawaban.
"Yang akan lolos untuk ujian selanjutnya hanya 20 orang saja," pengawas memberikan pengumuman dihampir akhir ujian.
"Aku yang pasti lolos," celetuk pelan orang yang di sebelah Feng Ni.
"Ya, semoga saja," tidak amat mengharapkan orang di sebelahnya lolos gampang.
"Akulah yang bakal lolos," pedenya orang di sebelah Fun cin .
"Mmm " dehem datar Fun Cin,rela milih jalan tinggalkan taman ujian itu.
"Bang," Feng Ni mengangkat tangan manggil si abang.
Fun Cin berhenti melangkah, menunggu adik seperguruan yang menyusul hampiri dirinya.
"Kamu menemukan kejanggalan, tidak ?" tanya pelan Fun Cin sambil jalan beriringan.
"Banyak. Nanti saya ceritakan," bersikap netral seolah everything it's okey.
"Ahong....!!" seseorang meneriaki mereka dari sudut jalan keluar taman.
"Dia lagi, dia lagi," gerutu Fun Cin.
"Sudahlah, dia pelajar jujur dan berkompeten," Feng Ni menepuk pundak si abang yang suka lupa saat di traktir.
"Ckckck..... Jangan tertipu tampang seperti dia. Awas ular berkepala dua yang siap mematuk kapan saja," Fun Cin menasehati untuk waspada ke setiap orang.
"Iya bang," jawabannya dengan suara merendah tekan.
"Kita makan yuk," Fei Hung mengajak kedua pahlawannya.
"Tuh ... Kita diajak makan,masa tidak mau," Feng Ni membisik.
"Hmmm," dehemnya berbibir datar.
"Ayo!" Fei Hung merangkul lengan keduanya.
"Ngapain pegang, ha!! Lepaskan !!" bentak Fun Cin akan kehadiran orang ketiga di tengah mereka.
"Lepaskan saja sebelum abangku ngamuk!" ucap pelan Feng Ni.
"Baiklah," melepaskan rangkulan tangan ke Fun Cin.
Ketiganya seperti sebelumnya pergi ke kedai teh, dimana memesan minuman sama dan lauk.
Saat makan Fun Cin akan lebih tenang,ya tentu dikarenakan uang bawaan dia cepat menipis tanpa menggunakan kesempatan yang ada.
"Kalau kalian lolos seleksi hari ini,apa kalian bisa ikuti ujian besok?" Fei Hung bertanya sambil mengambil tumisan sayuran dengan sumpit.
"Sudah bisa sampai di sini, pasti besok juga akan berhasil," jawab Fun Cin bersuara berat, yang masukkan nasi ke mulut dengan sumpit.
"Ujian akhir besok mengenai strategi perang, kan?" tanya Feng Ni.
"Salah ! Panitia telah merubah beberapa yang akan diikutsertakan dalam ujian kali ini" jawab pelan hati-hati Fei Hung.
"Apa itu ? Kami kok tidak tau?" tanya Feng Ni penasaran.
"Besok yang akan lolos jadi pejabat baru dalam dinasti ini hanya 10 orang. Kita semua diharuskan memiliki ilmu beladiri" jawabnya akan penasaran Feng Ni. "Tau begini,aku akan berlatih ilmu beladiri sejak kecil" rutuk sesal, meletakkan sumpit samping mangkuk yang terletak.
"Siapa yang merubah semua jadwal serta peraturan yang ada?" ingin mendapat info lebih lengkap detail.
"Pasti kakek tua yang pas hari itu datang," celetuk jawab Fun Cin masih nikmati makanan yang tersisa.
Feng Ni tidak terima jika benar pamannya itu ikut andil untuk mulai berkonspirasi dengannya.
"Benar," jawab Fei Hung dengan perasaan kalah sebelum bertarung besok.
Prakkk....
Feng Ni memukul meja dengan kemarahan lebihi ambang normalnya.
Fei Hung terkejut dengan sikap Feng Ni, tidak dengan Fun Cin yang menyelamatkan piring-piring isi makanan mengambang terpental sedikit.
"Kamu kenapa, Hong?" tanya Fei Hung habis terkejut.
"Dia mau ajukan gugatan," celetuk jawab datar Fun Cin.
"Gugatan apa?" tanya Fei Hung.
"Keadilan," Fun Cin menatap pria di depannya begitu tajam dingin ingin membunuh siapa saja yang melakukan kecurangan.
"Saya harus mengumpulkan petisi yang bisa menggulingkan semua pejabat koruptor," gumam geram pelan Feng Ni, tangannya sudah mengepal keras di atas pahanya.
"Makan ini!" Fun Cin menyodorkan potongan daging pipih langsung ke mulut adiknya.
Ekor mata Feng Ni melirik marah pada si abang. Tapi dia paham maksud tindakan si abang padanya secara tidak langsung untuk mengontrol emosi.
"Pulang nanti kita latihan pedang!" ujar dingin Fun Cin.
"Aku boleh ikut latihan, bolehkan?" tanya ragu-ragu Fei Hung.
"Tidak!" to the point Fun Cin menolak.
Fei Hung hanya bisa merengek minta ikut pada Feng Ni, walau terus dapat tolakkan Fun Cin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments