Akan rasa dengki culas pangeran ke-5,para pangeran yang meresahkan kedudukan pengganti satu persatu akan dienyahkan dari muka bumi, dengan otomatis tahta yang diincar jadi miliknya.
Fun Cin dan Feng Ni selesai makan, keluar layaknya rakyat jelata untuk berkeliling dalam keramaian pasar malam. Mereka membeli beberapa keperluan untuk menyusup kedalam istana,sambil mencari kabar rumor istana yang tersembunyi dalam kehidupan rakyat biasa.
"Bang, kita kesana." Feng Ni menunjuk arah pukul 10, tempat banyak orang berkumpul cerita.
"Pakai dulu topeng," ucap Fun Cin, memberikan topeng yang baru mereka beli.
Mereka pun mendekat dan berbaur, seolah mereka adalah pendekar kelana lengkap dengan atribut.
Untuk menghindari kecurigaan orang yang bercerita, mereka pun berada dalam kubu yang sedang dapat pembelaan rakyat jelata.
"Apa benar, ratu kerajaan ini diguna-guna?" tanya Fun Cin mewakili adik seperguruan yang tampak terhanyut cerita rakyat.
"Tentu saja benar. Terbukti dari tabib hebat yang tidak sanggup sembuhkan ratu," jawab seorang ibu paruh baya yang gendong bocah kecil.
"Iya. Saudaraku yang bekerja sebagai asisten tabib juga bilang begitu," tambah seorang laki-laki membenarkan pernyataan.
"Tapi, ngomong-ngomong kalian siapa ? Apa jangan-jangan kaki tangan....Oh, tidak!!" tanya pria berperawakan font pembela kepemimpinan raja saat ini.
Mendengar ucapan pria pembela negara, semua mata mengarah tajam pada Fun Cin dan Feng Ni. Diri mereka yang terlihat pasif semakin menambah kecurigaan rakyat biasa itu.
"Lebih baik kita pergi," bisik Fun Cin, menarik tangan Feng Ni.
"Halangi mereka pergi!" ujar perintah pria pembela negara, dengan tangan mengarah ke Abang beradik.
"Ya...!!!" seru kelompok rakyat berkumpul.
Kelompok itu berlari mengejar orang yang mencurigakan. Ada yang membawa kuali, panci, bahkan sapu sedapat tangan mereka ambil untuk menghakimi penyusup antara mereka.
"Kita harus lompat!" titah Fun Cin lihat tembok di depan tidak terlalu tinggi.
Setelah dapat aba-aba melompat, Fun Cin membantu Feng untuk lewati tembok setinggi 2 meter.
"Kurang ajar !!. Mereka berhasil lolos," umpat marah seorang rakyat membawa pacul(cangkul).
"Ada yang wajah penyusup tadi nggak?" tanya pria berkumis baju robek penuh tambalan.
Semua berpandangan saling mempertanyakan. Tidak seorang pun dari kelompok yang mengejar berhasil mengenali atau pun melihat wajah penyusup.
"Mulai detik ini kita harus waspada. Pasti banyak mata-mata yang akan muncul dan menghentikan kegiatan kita," ucap pria pembela negara.
Dan semua setuju dengan perkataan pria tadi. Mereka pun membubarkan diri untuk memperkuat keamanan keluarga dan rumah masing-masing.
Fun Cin dan Feng Ni yang berhasil lolos melalui tembok terlompati, ternyata memasuki suatu kediaman seorang cendikiawan tersohor di kerajaan itu.
Cendikiawan yang bersikap bijaksana serta jarang untuk ikut andil dalam memberi pendapat sidang umum itu, merupakan seorang pria sekitar umur 30-an yang mengundurkan diri dari jabatan istana setelah menikah. Dia lebih memilih untuk melanjutkan usaha dagang yang diwariskan sang ayah padanya sejak remaja.
Untungnya, Fun Cin maupun Feng Ni tidak dipergoki penjaga seketat kediaman pejabat lain apalagi istana.
"Kita telah menerobos masuk rumah orang," ucap pelan Fun Cin tetap waspada full, lirik keamanan kiri kanan depan belakang.
"Iya. Kita harus segera keluar," jawab Feng Ni berlindung ikut dari belakang.
Owekkkk...... Owekkkk...
Terdengar suara tangisan bayi pecah dari dalam kediaman cendikiawan itu. Yang sudah pasti adalah suara anak bari beberapa bulan.
"Ini kesempatan kita keluar," ucap Fun Cin rasa kesempatan muncul.
Krakkk....Awwwww......
Tanpa sengaja Feng Ni menginjak jebakan binatang liar dalam tumpukan rumput segar.
Fun Cin otomatis membungkam jeritan Feng Ni pakai telapak tangannya. Tau sih gimana rasa sakit keinjak jebakan, tapi harus bagaimana lagi saat kondisi tidak menguntungkan mereka yang menyamar.
"Hikss.... Sakit," Feng Ni mengadu.Walaupun dia seorang tuan putri dan juga pendekar, tetap saja ada sisi perempuan lemah yang bisa kapan saja muncul tanpa undangan.
"Sssttt....!!!" Fun Cin mencoba mengarahkan sang adik untuk tenang dan menahan sakit saat dia coba membuka jebakan seperti cetakan gigi.
"Siapa itu!!" seru seseorang dari dalam salah satu jendela kamar kediaman.
Tidak mungkin untuk mereka berlari cepat selagi jebakan yang menggigit erat betis Feng Ni belum terlepas.
Sesosok pria keluar dari dalam kediaman itu membawa lampu obor. Area luar kediaman itu tersinar dengan cahaya lampu obor yang menyalakan obor lainnya.
"Gawat! Kita pasti akan masuk penjara" ucap Fun Cin tetap usaha buka jebakan.
Feng Ni teringat bahwa dirinya telah belajar ilmu menghilangkan diri,maka dia pun meminta Abang seperguruan untuk bersembunyi di tempat aman pula.
"Kamu yakin?" Fun Cin mempertanyakan hal yang tidak pernah ia ketahui dari guru mereka.
Feng Ni ngangguk dan coba menghilangkan diri. Jujur saja ilmu yang dipelajari Feng Ni itu belum pernah berhasil ia lakukan lebih dari 20 detik, walaupun hanya sekedar berdiam diri.
Dari kejauhan Fun Cin tetap mengawasi keamanan Feng Ni yang masih ada dalam jebakan.
Pria yang tadi berjalan ke halaman pinggir tembok, terlihat ada bercak darah segar cukup banyak sekitar tempat dia letakkan jebakan.
"Kemana binatangnya?" pria cendikiawan bingung cari jejak kaki binatang tidak terlihat, seolah binatang yang terperangkap adalah binatang jadi- jadian.
Fun Cin mulai melihat penampakan topeng yang dipakai Feng Ni dari atas pohon tempat dia bersembunyi.
"Bisa bahaya Feng Ni terus disana," ucap batin Fun Cin penuh rasa bersalah.
"Dia kan mentri Wu," ucap batin Feng Ni lihat jelas sosok orang tepat di depannya.
Tringg....
Apa yang sudah diduga pun terjadi. Mantra penghilang ikut memudar dengan penampakan wujud dia.
"Siapa kau!!" tanya pria pembawa lampu obor, menyinari lebih jelas wajah bertopeng di depannya.
"Tolong saya, Tuan," ucap Feng Ni berdecit sakit.
Swiff...
Fun Cin lompat turun dari atas pohon tempat bersembunyi, bergegas untuk menyelamatkan keselamatan Feng Ni.
"Hiatt....!!" Fun Cin menyerang pemilik rumah dengan pedang bersarung.
Pertarungan tak seimbang terjadi, menjadikan pemilik rumah tersudut di dinding kediamannya sendiri.
"Mau apa kalian?" tanya pria cendikiawan bersuara tercekik pedang bersarung.
"Biarkan kami keluar!" Fun Cin mengancam, menekan pedang bersarung yang siap kapan saja menggorok leher cendikiawan.
"B-aik," pria cendikiawan berusaha melihat wajah penyerang rumah.
Fun Cin tidak percaya dengan omongan cendikiawan itu. Untuk memastikan keselamatan mereka berdua, Fun Cin mengambil tindakan.
Cendikiawan dijadikan sandera untuk memastikan keselamatan mereka keluar dari kediaman dia.
Seutas tali pengikat pinggang dilepaskan Fun Cin guna ikat tangan cendikiawan.
"Tetap di situ!" hardik Fun Cin menjatuhkan cendikiawan ke tanah.
Saat Fun Cin membuka ranjau jebakan, mata cendikiawan menelusuri mata orang yang terperangkap jebakan. Mata yang teduh penuh aura kharisma full power, jarang ditemukan untuk kalangan rakyat biasa atau setingkat pejabat.
"Aku seperti mengenal mata dan tatapan itu? Tapi siapa dan dimana?" gumam cendikiawan coba flash back memori.
"Tuan Wu, anda baik-baik saja kan?" Feng Ni bertanya, karena bagaimanapun cendikiawan adalah orang penting dan punya pengaruh positif untuk raja.
"Kamu kenal aku?" cendikiawan berbalik tanya.
"Iya. Siapa yang tidak mengenal anda di negeri ini," Feng Ni tertatih sakit jawab pertanyaan cendikiawan.
"Sekarang biarkan kami pergi. Kami bukan maling atau pembunuh bayaran," tambah Fun Cin nagih janji keselamatan.
Cendikiawan mendapat tatapan penuh perintah tertinggi dari orang yang terluka. Dia pun bersedia membiarkan keduanya pergi setelah ikatan tangan dilonggarkan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
TK
👍👍🧋
2022-08-29
0
🫧Alinna 🫧
Next
2022-08-24
0