Setelah membayar tagihan yang mereka makan, Fei Hung diam-diam membuntuti kedua orang dari kejauhan. Tapi tenang saja, bukannya Feng Ni maupun Fun Cin tidak mengetahui perihal teruntit.
"Kita bawa saja dia ke danau!" ucap pelan saran Feng Ni mengecoh penguntit mereka.
"Baik," berjalan normal untuk kelabui penguntit.
Sesampainya mereka dekat danau, mereka berteduh di pondok pinggir danau itu.
"Keluarlah!!" ucap datar Fun Cin dengan suara panjang.
"Aku ketahuan," gumam Fei Hung tidak bisa pindah tempat persembunyian.
"Kemarilah Fei Hung!" Feng Ni ikut memanggil penguntit yang kelalapan mondar mandir.
"Iya..." canggung jawabnya ketahuan ngikut.
Fei Hung mendekat dengan sikap blak-blakan sok akrab banget. Tampangnya yang cengengesan tidak mengubah sikap dingin Fun Cin.
"Mau ikut latihan kan?" tanya ketus Fun Cin berkacak pinggang melototi Fei Hung.
"Iya.Bolehkan abang Pao?" memasang wajah orang terlemah.
"Tentu saja boleh," jawab Fun Cin menatap lebih dekat dan tajam.
Fei Hung dibuat bulu kuduk merinding ketakutan oleh tatapan orang yang berjarak 10 cm di depannya.
"Sekarang kamu pemanasan dulu," ucap Fun Cin narik berdiri Fei Hung.
"Ba-ik," tegangnya menjawab.
Gerakan pemanasan diajarkan Feng Ni untuk buat Fei Hung kelabakan meniru, jika bisa maka tidak akan bertahan lama.
Feng Ni berdiri dengan satu kaki berjinjit,tangan harus terbentang lebar lurus guna menstabilkan ranting 1 meter di atas kepala tidak boleh jatuh.
"Sekarang ulangi gerakan Ahong!" hardiknya meletakkan ranting di atas kepala Fei Hung.
"Baik," mencoba ikuti gerakan yang tampak gampang ditiru olehnya.
Silat bukan sembarang silat.Jika tidak terlatih keseimbangan mustahil untuk dilakukan pemula.
Fei Hung berdiri 1 kaki berjinjit, tangan terbentang lebar lurus, ranting tepat terlentang di tengah kepala.
Baru saja mencoba ranting di kepalanya sudah jatuh. Namun Fun Cin masih biarkan penguntit mereka berjuang sampai mengalah sendiri.
"Sembilan," ucap Fun Cin menghitung kegagalan Fei Hung.
"Aku pasti berhasil," ujar Fei Hung kembali letakkan ranting di kepalanya.
Sudah cukup untuk mengawasi Fei Hung, kedua abang beradik berjalan mundur melarikan diri.
"Akhirnya bisa lolos dari dia," celetuk Fun Cin antara lega dan salah.
"Apa kita lebih baik periksa langsung ke dalam istana,bang?" tanya Feng Ni berdiskusi.
"Jangan. Apa kamu tidak lihat langsung bagaimana para koruptor dan konspirator bergerak. Sebaiknya pilih waktu dan keadaan tepat saja," menepuk kedua pundak Feng Ni.
"Saya sudah tidak bisa membiarkan paman dan lainnya semakin merajalela," tangan Feng Ni mengepal geram.
"Aku paham.Tapi ingat juga tindakan yang akan melukai orang sekeliling," menasehati karena pernah ngalamin.
.
Esok hari, semua peserta yang tersisa mengikuti ujian terakhir. Seperti yang dikatakan Fei Hung akan adanya pergulatan jasmani, Fun Cin harus dapat mengalahkan petarung tangguh pilihan para dewan panelis.
Hiat..... Bughhh....
Fun Cin mengangkat pria berotot besar, tinggi 1,8 meter berat sekitar 106 kg untuk dibanting kuat.
Trongg....
Gong dipukul, peserta selanjutnya harus bertarung dengan pria tak kalah kuat tegap.
Peserta yang berhadapan petarung itu sebelum bertarung lebih memilih kencing terbirit-birit turuni panggung pertandingan.
Aksinya mengundang bahan tertawaan peserta yang nunggu giliran mereka naik panggung pertarungan.
Dalam ujian kali ini, peserta bebas mempergunakan senjata yang tersusun rapi pada penyangga.Jika mampu kalahin petarung pilihan mereka akan mendapat bonus tambahan 2 poin.
Telah 3 orang peserta pukul mundur, 5 dari yang telah naik baru 2 yang berhasil lolos.
Giliran Feng Ni naik unjuk kebolehan tiba juga. Tubuhnya yang lebih kecil dibanding peserta pria asli , tidaklah membuat nyalinya ikut menciut.
Kali ini Feng Ni masih berhadapan dengan petarung yang ditinggal pergi sebelum bertarung.
Dia menggulung sejengkal lengan baju hanfu, untuk memberikan ruang gerak bebas dengan pukulan cukup mematikan.
Tarik mundur permainan beladiri ,merupakan salah satu dari banyak teknik yang dimiliki Feng Ni untuk mengecoh lawan tarung.
Dia akan disangka sebagai orang lemah pengecut, tapi tidak akan ada lawan yang sadar mereka sendiri dalam bahaya.
Setelah Feng Ni dalam teknik penguncian lawan, saatnya dia untuk mengeluarkan jurus pamungkas. Dengan sekali gerakan keadaan berbanding terbalik.
Sekarang tubuh petarung terkapar bonyok tak sadar diri dalam hitungan ke-10 oleh pengawas.
"Sepuluh..." teriak pengawas memanggil penjaga untuk bawa turun nasib petarung yang kondisinya sekedar pingsan atau tewas di tempat.
Trongg.....
Feng Ni turun dengan wajah santai berganti giliran Fei Hung yang berdetak kencang jantungan.
"Doakan aku berhasil ya, Hong," mohonnya pelan sambil berjalan berselisih arah.
"Pasti," menepuk pundak Fei Hung yang bergetar ketakutan.
Fei Hung untung tidak berhadapan dengan petarung besar tinggi tegap seperti 2 temannya yang berhasil lolos.
Dia malah berhadapan dengan petarung sedikit berperawakan bencong. Itu terlihat jelas dengan make up tebal kayak pemain boneka potehi(wayang boneka kain asal China).
"Jangan sakiti diriku ini. . ." ucap sapa petarung bencong dengan gaya perilaku gemulai bak seorang wanita.
"Baik," canggung jawab Fei Hung lihat penampilan pria aneh yang muncul dalam hidup pertama kalinya.
Dari ujung kepala bertusuk sanggul konde, sampai berpakaian hanfu wanita, semua buat Fei Hung ingin muntah keluar isi perut setelah sarapan pagi.
Ekkkk.....
Fei Hung segera menutup mulut sebelum mengeluarkan isi magma perutnya jijik lihat penampilan petarung.
"Mulai!!!" ucap pengawas.
Petarung bencong melepaskan sepatu kayu, lalu membuka baju luaran hanfu yang tebal seperti jaket.
Semua yang masih menanti giliran mereka bertarung menertawakan tingkah petarung bencong sampai terpingkal-pingkal sakit perut.
Hahaha...... Wkwkkkk.....
Suara mereka mengisi kekosongan tempat pertarungan, tapi apa yang mereka tertawakan membawa perubahan bagi petarung bencong buka kedok asli.
Dalam balutan baju hanfu wanita, terdapat otot-otot keras mendonjol tak kalah 2 petarung sebelumnya.
"Ternyata dia pria tulen," gumam batin Fei Hung, lebih memilih gunakan alat senjata pedang.
"Ayo mulai" seringai marah petarung bencong.
Hiat.... Ciattt.....
Petarung bencong menyerang Fei Hung, kecepatan menyerang petarung itu langsung bisa kalahkan Fei Hung.
Tentu tidak seru jika Fei Hung kalah telak di tangan petarung bencong, pasti harga diri seorang pria itu akan jatuh tidak bisa kembali menegakkan kepala di depan umum.
Dari kejauhan Fun Cin menyerang petarung bencong dengan sebutir biji kacang-kacangan yang didapat.
"Siapa itu!" pekik geram petarung bencong terhenti menebas Fei Hung.
Semua mata menoleh, semua bisa jadi tersangka.Namun petarungan kembali berlanjut dan terulang setiap kali petarung bencong hampir mengalahkan Fei Hung.
"Sial...!!!" makinya tidak mengindahkan lagi gangguan penyerang.
Petarung bencong segera memakai jurus ampuhnya untuk selesaikan tugas dari dewan panelis.
Krakkk....
Saat dia ingin menyelesaikan tugas, tiba-tiba tulang pinggul dan belikat seakan ada yang bergeser retak. Sakitnya menusuk sampai jantung, hati, otak.
Saat tepat bagi Fei Hung mengalahkan dengan mudah lawan tarungnya.
Fei Hung berlari kencang menubruk punggung petarung bencong yang posisinya setengah bungkuk, pegang arah sakit yang menjalar di tubuhnya.
Krakkk....
Makin kerasa sakit tulang yang terasa sudah copot dari persendian yang menyambung tulang.
Arrrgggggg.....
Jeritnya melengking berguling kayak anak kecil tertinggal induk kucing.
Pengawas pun menghitung untuk akhiri sesi pertarungan mereka.
"Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan, sembilan setengah, sembilan seperempat, sembilan seperenam belas, sepuluh," pengawas selesai berhitung masa kesempatan.
Petarung bencong masih tetap berguling urak- urakan kesakitan.
Feng Ni dan Fun Cin bukan ikut tertawa, tapi mata mereka kian mengawas tingkah laku semua orang yang ada.
"Kamu lolos," ucap pengawas ke Fei Hung.
"Horee..." seru Fei Hung berloncat kegirangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
꧁𝙉Ⓐノ𝙎ム꧂💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
next thor
2022-08-10
0