Setiba Fun Cin dan Da Min ketempat pelatihan, perihal mereka bertemu seorang gadis yang memilih bahan obat berkualitas baik itu diceritakan secara terperinci bergulir oleh 2 pria pada sang guru.
"Sungguh malang nasibnya," ucap ibah Da Min setelah bercerita.
So Po Ta tidak menanggapi dengan serius, cukup mendengar apa yang dikatakan para murid. Karena dia bukanlah seorang pria tua yang gemar mencampuri urusan orang lain.
Beberapa hari kemudian, guru beserta ke-2 murid itu pergi untuk mengenal hutan sekitar tempat pelatihan.
Jalan yang boleh dilewati saat mencari sesuatu ditunjukkan So Po Ta untuk dikenal 2 murid baru. Begitu pula dengan area terlarang dengan segudang cerita horor nyata yang tidak boleh mereka lewati jika ingin hidup lama.
"Kalian ingat baik-baik jalan ini," ucap So Po Ta memberi tanda batu bertumpuk gunung, untuk batas area yang boleh dilewati.
"Baik guru," serentak mereka jawab.
Saat mereka berbalik ke arah pelatihan, terdengar suara dibalik semak rumput yang tinggi.
Kedua murid itu pun berjaga waspada akan serangan bahaya. Dengan ilmu beladiri yang dimiliki Fun Cin, dia berjalan di depan sebagai tameng pelindung.
So Po Ta melihat kewaspadaan Fun Cin yang pantas terlahir dari strata ksatria, ilmu beladiri yang bagaimana akan diajarkan juga sudah terpikir. Beda dengan Da Min yang tingkat waspada masih pas-pasan saja.
Dari balik semak rerumputan tinggi, keluar seorang pria gemuk yang dikejar seekor babi hutan.
Tampak wajah yang ngos-ngosan kecapean berlari cepat dari kejaran hewan hutan.
"Kamu ambil kayu itu!" titah sang guru pada murid pertama.
"Baik," Fun Cin mengambil kayu tidak jauh dari depan matanya.
Saat hewan hutan yang berlari mengejar pria gemuk menampakkan diri. Fun Cin pun tidak takut untuk menyerang. Seperti seorang prajurit perang yang sedang bertempur di medan perang, Fun Cin memukul babi hutan kembali kedalam hutan yang terdalam.
Da Min pun bertanya siapa gerangan pria yang mereka tolong dalam hutan itu. Sebagai ungkapan terima kasih, pria gemuk memperkenalkan diri pada penolongnya.
"Karena tubuhku yang gemuk, orang-orang memanggilku Bapao," jawab pria gemuk dengan nafas putus-putus.
"Terus kenapa kamu bisa datang ke hutan ini?" dingin tanya So Po Ta sambil lihat postur tubuh penuh lemak berbahaya dihadapannya.
Fun Cin dan Da Min juga ingin tau apa sebab pria gemuk itu masuk ke hutan.
"Aku dikejar penjual bakpao yang bawa parang di kota karena telah menjatuhkan hasil dagangannya tanpa sengaja. Lalu aku lari, nggak tau sudah ada di hutan ini," jawabnya sambil memutar kedua jari telunjuk di atas perut gendutnya.
"Hufff...." So Po Ta menghela nafas berat melihat kedungguan Bapao.
"Guru kenapa?" tanya Da Min dengan helaan nafas berat.
"Kita pulang" titah singkat So Po Ta, berjalan dahului yang lain.
"Dia gimana, guru?" tanya Fun Cin, terlewati sang guru.
"Terserah kalian!" kibaskan tangan sambil jalan lurus elus janggut putih.
Bapao berasal dari strata menengah, karena kebodohannya dia lebih banyak hidup sesuka hati.
Rasa kasihan yang memanggil 2 pria, mengharuskan mengajak Bapao ikut bersama mereka.
"Terima kasih telah menolong dan izinkan aku ikut kalian," oceh Bapao ikut ngekor 2 pria di depannya.
Sekilas itulah So Po Ta menerima murid dengan latar belakang berbeda. Bukan mengharapkan imbalan emas permata untuk jasa pelatihan.
Beberapa bulan setelah semua pertemuan kebetulan itu, Ling Ni dan Feng Ni juga ikut berkumpul untuk dilatih dengan cara yang sama,tapi hasilnya berbeda jauh.
Setiap hasil latihan itu akan diuji sesuai dengan tingkat kemampuan serta pemahaman masing-masing pribadi murid.
Tanpa perlu dipertanyakan, So Po Ta sudah tau. Namun sebagai guru ia tetap harus bertanya.
"Kalian harus gigih, biar kemampuan kalian bisa bertambah," ucapnya pada murid yang duduk rapi sejajar di depan.
"Ya, guru," serentak menjawab.
Antara strata mereka yang berbeda telak jauh. Semua perlakuan yang didapat setara.
Kedekatan yang terpupuk juga kian membaik erat antara murid yang satu dengan lainnya.
*
Naga emas yang menyamar duduk bertapa dalam posisi So Po Ta, tampak tenang dengan aura keemasan yang terpancar dari punggungnya.
Cahaya keemasan itu sekelibat tampak ketika Ling Ni yang melintas hendak menyimpan dedaunan obat kering.
"Cahaya apa itu? Sejak kapan guru begitu?" gumamnya bertanya sambil lirik cahaya emas berkilau.
Meresa mata gamang, Ling Ni mengucek beberapa kali matanya yang mulai berbinar silau.
"Mataku," keluhnya lihat banyak bayangan kabut.
"Ada apa dengan matamu, hhmm?" tanya samaran sang guru yang muncul tiba-tiba.
"Guru!!" seru Ling Ni terkejut.
Yang ia tau tadi gurunya sedang duduk bertapa diposisi seperti biasanya, tapi mengapa sekarang muncul tiba-tiba tanpa terdengar suara,bagai hantu di siang bolong.
Untuk memastikan penglihatan,Ling Ling mencubit tangan dalam keterkejutannya. Sakit!. Tentu pasti terasa sakit dengan cubitan sendiri yang keras.
"Minta saudaramu yang lain untuk meditasi setelah makan!" titah samaran So Po Ta, berlalu pergi.
"Baik, guru," jawab Ling Ling dilalui sang guru dengan aroma tubuh yang beda.
Naga emas yang menyamar pergi kedalam bilik ruang tidur untuk berubah wujud asli setelah beberapa jam berjemur terik matahari saat bertapa.
Sementara itu Ling Ling menaruh rasa yang aneh terhadap sang guru, setelah pulang menyelamatkan temannya.
"Apa sudah terjadi sesuatu sama guru di air terjun itu? Sikap dan aroma tubuh guru beda seperti biasanya," Ling Ling bermonolog penuh pertanyaan bimbang. "Ahh... Tidak mungkin. Ilmu guru sangat hebat, tidak mungkin telah terjadi sesuatu," kembali menjawab pertanyaan sendiri dan berlalu untuk menyampaikan pesan dari guru samaran.
Perintah dari guru duplikat disampaikan pada semua saudara seperguruan yang sibuk dengan kegiatan masing-masing, termasuk Feng Ni yang berganti pakaian bersih dan layak.
"Oh iya, satu lagi!" seru Ling Ling membuat semua kembali berbalik.
"Apa?" tanya penasaran sang pemuda.
"Iya,apa? Cepat bilang!" tambah pria gemuk.
"Guru setiap siang biarpun itu panas atau hujan tetap tidak pernah masuk kamar kan?" Ling Ling mengajukan pertanyaan yang relevan, sambil memandang semua saudara secara bergilir.
"Emangnya kenapa?" tanya Abang seperguruan yang berlipat tangan di dada.
"Aku tadi disuruh sampaikan pesan. Nah...Setelah itu, guru pergi kearah kamar," Ling Ling menjelaskan apa maksudnya dengan penekanan. "Bukankah aneh? Apa terjadi sesuatu sama guru?" sambungnya dengan tatapan penasaran dan cemas.
Feng Ni terdiam membisu dalam apa yang ia tau sebenarnya. Tidak mungkin membiarkan duplikat sang guru ketahuan, Feng Ni berfikir cepat untuk mendalih secukupnya.
"Mungkin guru hanya mau mengambil sesuatu saja," dalih Feng Ni bantu duplikat guru mereka.
Ditempat tak jauh dari mereka mengibah, naga emas yang kembali ke wujud semula mengetahui jelas apa yang sedang diomongin para murid So Po Ta.
"Sungguh beruntung dia punya murid yang perhatian, biar pun ada yang bodoh(Bapao), pemarah(Fun Cin), pintar(Feng Ni), lugu(Da Min), ceroboh(Ling Ni)," ucap naga emas melihat satu persatu murid So Po Ta dalam cermin suci.
Kembali ditempat para murid berkumpul, setelah dengar omongan Feng Ni mereka semua bersiap untuk meditasi usai makan siang.
Sudah terbiasa ditempah guru harus meditasi baik panas, hujan bahkan badai, mereka tetap melakukan dengan sepenuh hati yang tulus.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Shinichi x Kaito
done
2022-09-08
0
Inru
Eh, sudah gold? Kayaknya kemarin belum ya thor? Selamat ya.. 😊
2022-09-01
4
TK
😲👍
2022-08-24
0