Feng Ni pun bertanya pada pelajar yang menubruk mereka,apa alasan bisa dikejar pelajar lain.
Dengan hati-hati tidak ingin berurusan sama pelajar lain,dia mengajak Feng Ni dan Fun Cin ke kedai terdekat sambil ceritakan duduk permasalahan.
.
Kedai teh
.
"Kenalkan, nama aku Ong Fei Hung dari kota Kenari," pelajar memperkenalkan diri sebelum berlanjut.
"Aku Apao, dan adikku Ahong." Fun Cin membalas perkenalan dengan nama identitas palsu selama ikut ujian.
"Senang bertemu kalian," Fei Hung menjabat tangan mereka. "Terima kasih juga sudah menolong aku " mata berkaca-kaca. "Kalian pesan apa yang kalian mau makan, aku traktir kalian sampai kenyang."
"Baik," jawab Fun Cin tidak tolak rezeki. "Pelayan!" tangan diangkat memanggil pelayan kedai yang mengantar pesanan di meja lain.
"Aku datang," jawab seraya pelayan kedai setelah letakkan pesanan pengunjung lain.
"Pesan sayur, daging, mantao, dan secawan arak," ucap Fun Cin memesan pesanan tanpa sungkan.
"Baik, akan aku bawakan segera," selesai mencatat pesanan.
"Tambah nasi atau mie juga," tambah Fei Hung.
"Oke!" segera pergi buat pesanan.
Sambil nunggu pesanan, Fei Hung mulai bercerita tentang dirinya dikejar.
"Aku tidak sengaja mendengar percakapan dia dengan seseorang di gerbang kota, orang itu memberikan secarik kertas dan dia memberi sejumlah uang," menjelaskan dengan ingatan yang terdengar saat lewat.
"Berarti dia melakukan kecurangan dengan membeli lembar jawaban," tambah Feng Ni dan diangguk Fei Hung.
"Mau jadi apa negara ini! Calon menteri seperti dia sudah harus diputuskan mata rantai penyebarannya dari awal." Fun Cin terbawa emosi tingkat tinggi.
"Tapi kita tidak bisa menghilangkan para koruptor," keluh Fei Hung hembus nafas berat.
Ujung mata Fun Cin melirik Feng Ni yang duduk disebelahnya. Bukan berarti koruptor tidak bisa terberantas dengan adanya anggota keluarga kerajaan yang mendengar semua keluh kesah rakyat secara langsung.
"Kamu lihat apa?" Fei Hung melihat Fun Cin dengan tatapan yang begitu banyak laporan untuk Feng Ni.
"Tidak ada. Itu makanan kita sudah datang," dalih Fun Cin, mengambil 2 pasang sumpit dalam tabung bambu.
Feng Ni sudah tau lirik Abang yang memintanya untuk menyikapi masalah dalam negerinya. Dia pun harus cepat menyikapi, dan cari jawaban untuk semua masalah.
Saat makan Fun Cin terlihat begitu menikmati setiap hidangan yang dipesan, tidak ada sikap atau sepatah kata menyambung ketika Fei Hung melanjutkan cerita.
"Jadi kalian juga harus waspada jika bertemu dia. Ancaman dia itu terlihat serius." Fei Hung menasehati kewaspadaan 2 abang beradik di depannya.
"Baik. Terima kasih," jawab Feng Ni paham niat baik pelajar di depannya.
Hidangan yang di makan habis pun dibayar Fei Hung sebagai wujud terima kasih. Walaupun bukan berada dari strata sosial bangsawan atau tinggi lainnya, tapi Fei Hung tau kapan harus royal untuk menjamu.
"Terima kasih sudah di traktir," ucap Fun Cin yang congkel gigi dengan batang rumput ilalang.
"Aku yang harusnya berterima kasih." Fei Hung merasa canggung, merapikan pakaian luar yang sudah rapi dari tadi.
"Kalau begitu kami izin pergi." Feng Ni berpamit.
"Iya, silahkan," ucap Fei Hung tangan menjulur persilahkan.
Mereka berpisah dengan arah beda. Dan akan bertemu esok hari untuk ujian lanjutan jika lolos seleksi.
Di penginapan Feng Ni langsung membahas masalah yang ada dengan Fun Cin yang notabene sudah pernah turun langsung berperang.
"Menurut Abang, kita ambil jalur ulur tarik benang akan menguntungkan, begitu kah?" tanya Feng Ni menuangkan air minum.
"Betul. Tikus jika mau langsung ditangkap akan sulit, dengan ada umpan makanan dalam perangkap, maka kita tidak usah capek-capek berburu mereka," jelas Fun Cin dengan perumpamaan dasar.
"Tapi begitu banyak koruptor yang akan ditangkap dengan cara sama, bukan kah akan membuat mereka tau apa yang sedang direncanakan." Feng Ni bertanya kembali.
"Beda lubuk beda ikannya pula. Begitu juga dengan mereka semua yang punya titik terlemah untuk kita manfaatkan," meneguk air tuangan Feng Ni.
"Saya paham.Terima kasih sudah membantu saya," ucap Feng Ni dan diangguk sang abang.
.
Esok harinya....
Fun Cin dan Feng Ni bersiap untuk ke istana ikuti ujian setelah dapat pemberitahuan mereka lolos tahap awal.
Tanpa senjata tajam rahasia yang bisa terselip saat pemeriksaan pengawas ujian, buat Fun Cin harus menaruh senjata khusus sebagai pengikat rambut.
"Kamu sudah selipkan benang sutera di ikat pinggang kan, Feng Ni ?" tanya Fun Cin ganti kain ikat rambut biasa.
"Sudah," merapikan ikat pinggang.
"Sekarang kita pergi. Dan kamu tidak boleh jauh dari aku lebih 1 meter," ucap Fun Cin merapikan pergelangan lengan baju.
"Baik," keluar bersama dengan sikap dingin seperti pendekar perang.
Sampai juga tujuan mereka di istana yang sedang memeriksa pelajar lain yang baris duluan datang.
Mata Fun Cin terlihat tajam waspada melihat orang disekitarnya, yang mungkin membahayakan nasib seorang putri.
"Maju kalian," pengawas memanggil giliran mereka untuk diperiksa.
Bungkusan alat tulis dalam kain itu diperiksa begitu juga tubuh yang diperiksa sekilas.
"Lewat," ucap pengawas usai periksa giliran mereka.
"Kamu tetap waspada," ucap pelan Fun Cin yang akan segera terpisah duduk.
"Baik."
Keduanya mengambil tempat duduk sesuai nomor acak yang diberikan pengawas saat periksa mereka.
Ke fokusan Fun Cin tidak lagi pada materi ujian, terlihat jelas matanya yang mengawasi keamanan sang adik dari kejauhan. Marabahaya yang tidak tau menahu kapan dimana mereka hadapi.
"Kertas lembar jawaban akan segera dibagi, tangan kalian letakkan di atas meja," ucap gelegar panitia ujian.
Semua peserta ujian menuruti apa arahan panitia, tidak berani menyentuh kuas tepat di samping kanan meja mereka semua.
Trong......
Gong dipukul setelah lembar pertanyaan terbagi semua. Semua peserta pun mulai megang kuas untuk tulis jawaban.
Saat semua sibuk fokus mengerjakan jawaban atas pertanyaan, mata Fun
Cin malah fokus ngawas Feng Ni.
Setiap ada gerak gerik aneh para peserta ujian, Fun Cin akan menyentil butiran pasir tepat pada bidikan anggota tubuh.
"Sisa waktu 45 menit lagi," peringatan panitia membalik jam pasir.
Semakin semua cepat memacu jawab, Fun Cin baru mulai jawab pertanyaan. Terlihat ketenangan Fun Cin menulis jawaban di kertas yang belum banyak terkotor tinta kuas.
Giliran Feng Ni yang selesai jawaban untuk waspada pada orang disekitarnya. Mata, telinga digunakan sebagai CCTV untuk gerakan mencurigakan.
"Kenapa pengawas itu berbisik?" tanya curiga dalam batin Feng Ni.
Bagaimana tidak dicurigai, awalnya keadaan para panitia begitu dingin berubah cari muka setelah dapat bisikan pengawas.
Beberapa menit kemudian,jawaban atas pertanyaan itu terjawab. Seseorang orang yang memiliki kewenangan berkuasa dalam ujian menaiki panggung tempat para panitia duduk mengawas.
"Berdiri!!" titah seorang panitia tidak peduli pada ketenangan fokus para peserta.
Semua berdiri tak terkecuali abang adik seperguruan.
"Dia!!!" gumam pelan Feng Ni mengenal jelas tamu pendatang naik panggung.-
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Miss comica(hiatus)
selalu semangat thor
2022-08-10
3
꧁𝙉Ⓐノ𝙎ム꧂💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
next
2022-08-09
1
ρυят•💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
neks
2022-08-09
1