Berhubung sang guru melakukan pertapaan, dan untuk mengontrol para murid lain terpecah belah, maka naga emas merubah wujudnya mirip So Po Ta.
"Sekarang kita kembali ke tempat kalian latihan!" ucap naga emas yang telah bermutasi pada Xiao Feng Ni.
Tidak tampak kecurigaan jelas saat copy-an So Po Ta kembali membawa Feng Ni.
"Guru sudah kembali," seru murid wanita seumuran Feng Ni saat memeriksa batas hutan terlarang dengan tempat mereka latihan.
Suara seruan Ling Ling memanggil saudara seperguruan lain itu terdengar nyaring, sampai semua pun berlari untuk melihat kepulangan sang guru yang berhasil selamatkan saudara mereka yang bertapa brata.
Untuk menghindari kecurigaan saat kebablasan, naga emas yang berwujud guru mereka kembali ke tempat duduk bertapanya tanpa memberi sebuah petuah.
"Feng Ni, akhirnya kamu kembali. Kami semua mencemaskan dirimu," ucap pria gemuk, merangkul pundak Feng Ni berpakaian kotor.
"Iya. Kami pikir penghuni air terjun itu sudah memakan kamu," tambah seorang pemuda.
"Kalian lupa, atau pura-pura bodoh?" sindir Abang perguruan, menjitak kepala belakang adik seperguruannya yang bergurau.
"Hehehe.... Maaf, sekedar tanya saja kok," sang pemuda cengengesan jawab, sambil ngusap kepala bagian belakang.
"Aku baik-baik saja. Kan guru datang menyelamatkan," jawab Xiao Feng Ni paham dengan kecemasan dalam gurauan kedua saudara seperguruan.
"Kamu cepat bersih-bersih lalu istirahat!" titah Abang seperguruan.
"Betul. Nanti akan aku bawakan makanan," tambah pria gemuk.
"Feng Ni, sini aku bantu oles obat," sambung Ling Ling dengan mangkuk isi tumbukan daun obat di tangan.
"Sana pergi!" ucap Abang seperguruan
Sebagai murid tertua tentu bertugas menjaga tiap saudara lainnya. Belum lagi mendapatkan perintah untuk terus memperhatikan yang lain.
Mereka berlima berasal dari strata sosial yang berbeda, dari daerah yang berbeda, juga cara pengangkatan murid yang pula.
Fun Cin pria yang berasal dari strata ksatria, awal pertemuan dengan sang guru cukup simpel. Yaitu saat So Po Ta sedang mencari makanan, menemukan Fun Cin yang terluka dengan dalam lubang jebakan harimau. Sejak itu dia diangkat menjadi murid untuk melatih kekuatan fisiknya.
Da Min terkenal sebagai seorang anak bengsawan kaya raya akan korupsi orang tuanya. Karena pertentangan antara filsafat kehidupan antara anak dan bapak, Da Min pun diusir pergi dari kediaman di kota matahari bertetangga dengan kerajaan Semangi.
Pertemuan tanpa sengaja saat ia kelaparan tanpa membawa uang disebuah kedai kecil, dan tertindas oleh sekelompok preman membuat sang guru memilih dia untuk diajarkan cara hidup bertahan secara gampang.
Dalam hari yang sama pula, So Po Ta menemukan murid ke-3 yaitu putri kerajaan Semangi yang sedang ingin belajar ilmu kebatinan saat berumur 16 tahun. Hal itu tidak langsung diterima begitu saja. So Po Ta memberi pertanyaan cukup lumayan susah untuk dijawab secara batin.
"Untuk apa anda ingin belajar ilmu kebatinan?" tanya So Po Ta terhadang jalan oleh kereta kuda kerajaan.
"Mungkin dia mau jadi biarawati," jawab batin sang pemuda (Da Min).
Ctakk.....
Belum resmi pengangkatan murid, So Po Ta menjitak kepala Da Min yang banyak pikiran ngambang.
Sementara itu Feng Ni berfikir apa alasannya untuk belajar ilmu tersebut. Dari semua jawaban dalam batin, dia pun menjawab. "Hamba manusia awam yang butuh bimbingan jalan benar," yakinnya menjawab.
"Bukannya banyak yang bisa membimbing anda?" So Po Ta kembali bertanya.
"Beda lubuk beda ikannya. Begitu pula beda pembimbing beda pula cara pandangnya," lugasnya Feng Ni bertanya.
Makin So Po Ta mengajukan pertanyaan rumit. Batin Feng Ni kian yakin pula orang tua disamping kereta kuda adalah guru yang cocok.
Da Min makin nyesek dengar tiap jawaban yang secara tidak langsung mengatai statusnya.
"Tuan putri, lebih baik kita pulang!" ucap pelan pengawal khusus kerajaan.
"Jika kita di takdirkan untuk menjadi murid dan guru. Kita pasti akan bertemu," ucap Feng Ni sebelum menutup tirai kereta kuda.
So Po Ta tersenyum sembunyi dalam tutupan kumis putih panjang. Tidak disangka memang bakal memiliki seorang murid berstrata tertinggi.
Perjalanan putri kerajaan Semangi berlanjut lurus, begitu juga So Po Ta dan Da Min yang akan ke tempat pelatihan.
Sesampainya di tempat pelatihan, So Po Ta saling memperkenalkan 2 pria. Dalam sekejap juga Da Min dan Fun Cin akrab.
Selang beberapa minggu dari pertemuan putri kerajaan Semangi, So Po Ta melihat penglihatan batin akan siapa pemilik seluruh ilmu kanuragan yang telah ditempah sempurna.
"Mmm... Sangat disayangkan," gumam So Po Ta sambil elus kumis dan janggut putih yang panjang.
Entah apa maksudnya, tapi itu hanya dipahami olehnya seorang diri.
Fun Cin dan Da Min yang diperintahkan untuk mencari beberapa bahan herbal obat di kota jauh dari tempat mereka latihan, bertemu dengan seorang gadis yang juga berumur 16 tahun sedang menjual obat racikan untuk membeli bahan makanan untuk ibunya, di alun-alun kota.
Perasaan kasihan ibah ke-2 saudara perguruan itu pun membantu gadis yang sedang mempromosikan obat racikan. Mereka ikut mempromosikan barang jualan dengan mempertontonkan ilmu silat.
Banyak penonton yang datang hanya untuk melihat atraksi bukan membeli obat abal-abal dari gadis tersebut.
Atas jasa pertunjukan,para penonton melempar beberapa koin untuk imbalan.
"Kok mereka jahat?" rutuk gadis berjongkok memeluk lutut sambil lihat para pria yang beratraksi dapat rezeki dari ladang usaha yang dia tempati.
Orang-orang yang tadinya berkumpul mulai bubar setelah atraksi bela diri selesai. Uang yang terkumpul dari imbalan penonton diberikan Fun Cin pada gadis itu .
"Nih untuk kamu," Fun Cin menyerang kepingan logam dalam sarung tangan.
"Gak!" tolak si gadis punya harga diri. Dalam prinsip hidup,dia memegang teguh untuk tidak menjadi pengemis.
"Kamu butuh uang kan?" tanya Fun Cin.
"Iya." mendongak kepala lihat 2 pria di depannya.
Setelah bujukan Fun Cin, gadis yang bernama Ling Ni menerima kebaikan mereka. Tapi Ling Ni juga tidak ingin menerima uang hasil kerja keras mereka begitu saja. Dengan kemampuan mencari bahan herbal untuk dijadikan obat, dia pun menemani 2 pria ketempat pemasok obat terlengkap di kota itu.
"Kamu tabib?" tanya Da Min kagum dengan cara Ling Ni memilih dedaunan obat bermutu.
"Bukan," jawabnya nyantai, sambil hirup tiap daun pilihan Fun Cin yang bermutu rendah.
"Hei!! Kau belum bayar utang, jadi tidak boleh pegang!" marah pemilik toko lihat sosok gadis yang ngutang susah ditagih.
"Bukan dia. Kami yang mau beli," jawab Da Min, cegah pemilik toko untuk marah.
"Tuh dengar. Jangan asal tuduh. Huuhhh," cibik Ling Ni bersembunyi di balik punggung Da Min.
"Tuan, kami mau obat pilihan dia. Tolong dihitung sekarang," ucap sopan Fun Cin.
"Oh, baik Tuan," pemilik toko segera melambai panggil karyawan lain di dalam sekat dingin pembatas untuk menimbang setiap obat pilihan sebelum dihitung jumlah uang.
Setelah selesai membayar sejumlah uang ke pemilik toko, mereka bertiga keluar dengan banyak bungkusan obat yang ditenteng.
"Terima kasih sudah membantu kami pilih obat," ucap Fun Cin.
"Tidak usah sungkan.Kan tadi kalian duluan menolong aku. Mana utangku ke toko obat juga telah dibayar lunas," jawab malu Ling Ni, garuk tengkuk yang gatal.
"Baiklah. Karena hampir sore, lebih baik kita berpisah," ucap Fun Cin tak ingin berlama-lama.
"Iyaa. Hati-hati di jalan," Ling Ni mengantar 2 pria yang berjalan lempeng di depan.
Tanpa disadari mereka bertiga bahwa jalinan jodoh sedang terpupuk, ketiganya tampak biasa saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Dewi
Feng Ni kayaknya bakal jadi calon murid bertalenta ya, bagus juga dari alasan dia memiliki ilmu. Dan mungkin saja calon penerus
2022-09-20
3
TK
wow 👍
2022-08-24
0