Cendikiawan pun melepaskan ikatan tali dipergelangan tangan. Tatapan yang begitu otoritas kian buat pikiran sang cendikiawan penasaran.
Dia kembali masuk untuk lihat bayinya yang sudah berhenti menangis. Mungkin sebab kediaman mereka telah ada penyelinap masuk, maka rasa sensitif yang dimiliki bayi buat kurang nyaman. Namanya bayi tentu tidak bisa bicara, bahasa penyampaian hanyalah berupa tangisan dan tawa.
"Sudah tenang dia?" ucap cendikiawan pada istri.
"Iya Tuan," jawab lembut istri meletakkan bayi dalam kotak bayi. Kemudian membantu suami berganti pakaian. "Baju Tuan ada darah, apa Tuan terluka?" mencemaskan suami yang keluar baik, begitu masuk ada noda darah.
"Kamu dan anak-anak jangan keluar rumah tanpa penjaga. Mungkin ada kudeta yang terjadi," cendikiawan mengantisipasi keamanan keluarga.
"Baik Tuan," paham maksud tersirat yang dikatakan suaminya.
"Kamu istirahat dulu. Aku akan ke ruang baca " ucapnya berpamitan.
"Iya."
Di luar kediaman cendikiawan, Fun Cin berusaha memasukkan Feng Ni ke penginapan dari atap bangunan secara diam-diam.
Bisa ketahuan mencurigakan kedatangan mereka yang diam-diam dengan tubuh terluka.
Ilmu meringankan tubuh Fun Cin lumayan bagus untuk menggendong Feng Ni yang tidak bisa melompat bebas.
"Kita harus segera bersihkan luka kakimu," ucap Fun Cin cari obat dalam kotak bawaan mereka.
"Iya," jawab Feng Ni meringis kesakitan.
Robekan celana itu di koyak untuk mempermudah abang bantu bersihkan luka.
Tampak luka besar nan panjang perlu penanganan operasi kecil yang mengharuskan Fun Cin mempraktekkan ilmu bedah kecil ajaran adik seperguruan lain.
Sebatang jarum perak tajam panjang kecil dimasukkan benang khusus untuk menjahit luka.
"Kamu totok dulu area yang akan dijahit" Fun Cin memperintahkan Feng Ni.
Feng Ni menotok aliran darah sekujur kaki yang berdarah, guna menghentikan aliran darah dan rasa sakit saat proses operasi dan lainnya.
"Tahan!" ucap Fun Cin dengan wajah tegang memegang jarum runcing bersinar.
"Iya," angguknya ikut deg-degan.
Huufff.....
Nafas tegang Fun Cin kian menegangkan suasana antara mereka.
Jarum yang menusuk pinggiran kulit koyak itu berhasil tembus untuk menyatukan daging disebelah seberang luka.
Tidak mungkin Feng Ni menjerit kesakitan walaupun terasa sakit saat Abang seperguruan melakukan operasi penjahitan, takutnya Abang akan semakin gugup yang berujung sakit trauma.
Buliran keringat di pelipis lah yang jadi bukti saksi nyata kesakitan Feng Ni tidak kacaukan kefokusan Fun Cin.
"Satu lagi selesai," ucap tegang Fun Cin fokus pada jarum menyatukan sambungan kulit.
Feng Ni diam dalam rasa kesakitan teramat menusuk sukma.
"Selesai," ucap lega Fun Cin memotong benang tersisa. "Kamu kenapa?" Fun Cin tercengang lihat sang adik begitu tegang berpeluh keringat sebesar jagung.
"Sudah?" Feng Ni berbalik nanya merasakan denyutan perih di luka.
"Kamu baik-baik saja kan?" mencemaskan keadaan adik yang pucat pasi dan lemas.
"Aku butuh pereda sakit," jawabnya meringkih.
Otak Fun Cin blank sejenak, tidak bisa mencerna apa maksud Feng Ni. Dia pun mengambil apa yang diminta, dengan tampang bodoh.
"Ini," menyerahkan apa yang diambil.
"Arrrgggggg....." pekik Feng Ni tak tertahan.
Fun Cin pun linglung tidak tau ngerti apa yang terjadi, dia mengaruk kasar kepala yang puyeng linglung.
Brukk....
Seketika tubuh sang adik jatuh miring terkulai tak sadar diri.
"Feng Ni..!!!" memanggil dalam kepanikan.Kepanikan telah mencelakakan, tidak mampu mengemban amanah dari guru mereka.
Terasa hangat tubuh yang makin meningkat saat Fun Cin memeriksa denyut nadi.
"Apa dia terkena racun? Ahh.... Tidak mungkin, jika benar pasti sudah bereaksi dari awal," bertanya dan jawab sendiri sambil mondar mandir panik ulah sendiri.
4 jam kemudian....
Fun Cin kembali memeriksa suhu tubuh sang adik yang tambah meninggi. Kompresan kain basah tidak mampu menurunkan sedikit suhu tubuh.
"Coba ada Ling Ling, pasti dia tau apa yang harus diperbuat. Apa aku cari tabib saja," gerutunya menempelkan kembali kain basah pada jidat Feng Ni.
Antara iya dan tidak, serta rahasia kedatangan diam-diam sulit bagi Fun Cin untuk ambil keputusan cepat dan tepat.
"Jangan!" ucap pelan lemah dari mulut orang yang mulai sadar.
"Iya," Fun Cin berbalik lihat dalam rasa senang terharu biru.
Masih panas tinggi suhu tubuh Feng Cin,tapi tingkat kesadaran mulai ada. Rasa kepanikan Fun Cin otomatis mereda.
Berhubung ada kendala dadakan, tujuan mereka untuk menyelinap masuk istana terulur sampai kondisi Feng Ni kembali pulih.
.
Beberapa minggu setelah kejadian kecelakaan itu, Feng Ni pun dibawa masuk Fun Cin kedalam istana dalam samaran seorang pelajar yang mengikuti ujian negara.
Mereka tampak menyatu dengan pelajar sarjana lain yang mengikuti ujian tersebut
Pakaian rakyat biasa yang mereka kenakan juga tidak mencolokkan identitas asli mereka.
Tongg.....
Gong berdentum ngisi halaman tempat para pelajar sarjana yang duduk untuk mulai jawab lembar jawaban.
Pertanyaan pertama berkaitan hal biasa, dari rangkaian awal yang diikuti lebih kurang 300 orang sarjana, maka pihak juri akan menyeleksi jadi 250 orang hingga babak final yang menentukan posisi kementerian tahun itu untuk 10 orang sarjana.
Ada kesempatan yang lumayan banyak untuk memeriksa keabsahan fakta dan bukti, kesempatan juga untuk mengawasi tindak tanduk pejabat negara.
Tongggg......
"Letakkan kuas kalian!" titah pengawas panitia setelah 2 jam untuk menjawab
Banyak sarjana yang menyombongkan diri akan kebersihan mereka lolos kerangkaian berikut.
"Hasil hati ini akan segera kalian terima, jadi sabar menunggu di rumah masing-masing," ucap panitia memegang tumpukan lembar jawaban bertulis aksara kanji Mandarin.
Semua membubarkan diri secara tertib teratur termasuk Fun Cin dan Feng Ni.
"Jawaban tadi terlalu gamang.Jika tidak menyimak benar-benar bakal sulit," ucap Fun Cin menyikapi rangkaian pertanyaan.
"Iya Bang. Tapi kita tetap harus bertahan sampai final," Feng Ni menyemangati penilaian sikap Abang.
"Maaf," ucap pelajar menunduk minta maaf atas ketidak sengajaan menubruk nyelip mereka.
"Lain kali kalau jalan pake mata!!" Fun Cin maki pelajar itu.
"I-ya," jawabnya takut gemetar, mata ujung lirik orang di belakang orang tertubruk.
"Hei kau!! Jangan lari!!" gelegar pelajar lain yang ngejar pelajar tadi .
"Ada apa ini?" tanya Feng Ni ke pelajar do depannya.
"Minggir kalian!" ngusir marah pelajar pengejar.
Fun Cin merentangkan satu tangan hadang pelajar yang tampak marah.
"Mari bicara baik-baik. Sebagai penerus generasi berikut, kita harus berpikir lugas jangan jadikan otot selesaikan semua," ucap Feng Ni nasehati pelajar.
"Diam kau!!. Kau tak tau masalah kami,jadi tutup mulut dan enyah!" pelajar pengejar mendorong jidat Feng Ni sampai terhuyung.
Bughh....
Pukulan bogem melayang tepat tengah perut pelajar yang berani sakiti adik sekaligus putri kerajaan.
"Kau!!!" menunjuk Fun Cin yang bar bar .
Krettt..... Krettt....
"Apa? Mau ku lenyapkan, hengg!!" Fun Cin menantang penuh ancaman terlihat jari jemari yang berbunyi.
Aura dingin membekukan pelajar pengejar.
"Kau siap-siap akan dapat balasan," pelajar pengejar mengancam lalu pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
reedha
Baca bagian ini kok jadi ngilu aku...
2022-08-12
4
ρυят•💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
yah mana lanjutnya nie
2022-08-08
3
꧁𝙉Ⓐノ𝙎ム꧂💋🅚🅙🅢👻ᴸᴷ
next
2022-08-08
1