Siapa Paman?

Antara takut ketahuan dan polemik baru, Feng menundukkan kepalanya.

"Mengapa Paman datang kemari?" monolognya dalam batin.

Orang yang disebut paman itu oleh Feng Ni duduk untuk ngawasin langsung kegiatan ujian hari itu setelah 3 tahun hangout tidak ikut campur.

Ada apa dan mengapa orang yang disebut paman mulai aktif untuk kembali ngurus urusan pemilihan menteri baru.

Sekelibat ekor mata Feng Ni juga mendapat bayangan orang yang datang bersama pamannya. Ya orang yang juga sedang dipergunjingkan sama rakyat akan sikap senonoh.

"Mengapa sekarang keluarga saya jadi banyak kasus?" keluh batin Feng Ni yang kembali duduk.

Sepanjang jam berlalu, Feng Ni duduk serasa terawasi gerak geriknya.

Tong......

Gong akhir jam sesi jawab selesai.Semua peserta diwajibkan untuk mengumpulkan kertas lembar jawaban masing-masing.

Giliran Feng Ni yang akan meletakkan lembar jawaban, mengharuskan dirinya tidak boleh terlalu mencurigakan.

"Angkat kepalamu!" titah pria yang jadi juri dadakan.

"Sa-ya?" tanya pelan Feng Ni menunjuk dirinya yang posisi nunduk sedari kehadiran mereka tiba-tiba.

"Iya."

Tangan dengan Feng Ni bergetar takut, tidak disangka bahwa kepulangannya akan diketahui.

"Cepat!" bentak sepupuhnya menodong ujung pedang bersarung pada orang disamping Feng Ni.

"Jangan macam-macam atau pelajar ini akan terima akibat!" pria disamping Feng Ni mengancam para panitia dan juri dengan menggunakan Feng Ni sebagai tawanan.

"Kurang ajar dia!!" dari belakang beberapa orang,Fun Cin menggeram marah.

"Pengawal!" teriak paman memanggil pasukan.

Segera puluhan pengawal khusus datang melindungi sang paman, dengan pedang tajam terhunus.

"Kalian tangkap pemberontak itu, hidup atau mati!" titah paman.

"Siap!" serentak menjawab.

Saat Feng Ni dalam ancaman bahaya, orang yang diakui keluarga tengah pergi selamatkan diri mereka sendiri.

"Minggir...!! Atau ku patahkan lehernya!" ancam pria yang menyekap Feng Ni dengan satu tangan mencekik leher dan satunya lagi memelintir tangan Feng Ni.

Dengar ancaman itu, Fun Cin tidak serta merta mematung lihat kejadian yang mengancam nyawa sang adik. Dengan ilmu beladiri yang dimiliki, dia menendang batu kerikil di bawah kakinya hingga terpental tepat mengenai wajah pria pengancam.

Kesempatan bagus bagi Feng Ni untuk memutar balik keadaan.

Feng Ni memutar arah tubuhnya, lalu memelintir kedua tangan pengancam kearah belakang. Saat itu juga pengawal khusus membekuk pengancam untuk di masukkan dalam penjara.

"Sekarang kembali ke posisi semula," ucap panitia seolah dia berjiwa patriot yang telah ngamankan keadaan.

Feng Ni masih menunggu abang seperguruan di ujung pojok jalan yang mengantri berikan lembar jawaban, di antara peserta lainnya.

"Apa keadaan istana sekacau apa yang di rumorkan banyak orang?" batin Feng Ni bertanya-tanya seserius apakah masalah dalam istana.

Memang cukup lama ia telah mengasingkan diri untuk berlatih. Tapi sesekali orang utusan kerajaan yang menjenguk tidak pernah mengatakan sepelik apa masalah yang terjadi.

"Apa yang kamu lamunkan, hmm?" Fun Cin menyadarkan lamunan Feng Ni tak berujung jawaban.

Orang yang melamun pun tersentak dalam kelamunan semerawut benang kusut.

"Kita pergi sekarang saja," jawab dingin Feng Ni masih terpikir masalah setumpuk di pikiran.

"Kamu baik-baik saja kan?" abang mencemaskan sikap tidak wajar adik.

"Iya," jawab datar tapi pikiran penuh pertanyaan.

"Bang Apao,Ahong...!" seseorang memanggil nama samaran mereka dengan suara cempreng blak-blakan.

Keduanya berhenti jalan, menoleh kebelakang lihat orang yang memanggil nama samaran mereka.

"Fei Hung," ucap Fun Cin berbisik agar adik untuk bersikap normal di depan orang lain.

"Iya," Feng Ni menstandarkan wajah bingung sedapatnya.

"Kalian sudah mau pulang ya?" tanya Fei Hung merangkul 2 pundak tumpang tindih tinggi temannya.

"Tanganmu!" ucap ketus Fun Cin lihat tangan Fei Hung asal nemplok terutama pada Feng Ni.

"Maaf," Fei Hung menurunkan tangannya dengan serba salah.

"Ya, tidak apa-apa," jawab Feng Ni juga kaku.

"Kenapa kamu panggil kami, hmm?" tanya dingin Fun Cin berlipat tangan sambil jalan beringin dengan lain.

"Oh iya. Aku mau traktir kalian minum. Mau kan?" berharap penuh ajakan tidak ditolak.

Lihat cuaca terik menusuk kulit,suasana hati Feng Ni galau, Fun Cin langsung menyetujui permintaan pelajar itu.

"Mumpung ada traktiran, kita makan puas saja," bisik Fun Cin ke adik yang kembali melamun sambil berjalan.

Feng Ni hanya ngangguk tidak menyimak pasti apa yang dikatakan kedua orang itu.

Sampai di depan kedai teh, Feng Ni berhenti seperti patung, buat abang seperguruan bingung setengah mati.

"Kamu kenapa lagi? Coba tenangkan sejenak pikiran dan perasaan." Fun Cin berbisik nasehati orang galau sedari tadi.

"Malam ini kita nyelinap masuk istana saja," jawab Feng Ni yang buat abang makin bingung.

"Kamu yakin? Jangan buat dirimu masuk jebakan mereka," ucap Fun Cin.

"Bang Apao, Ahong!!" Fei Hung melambai panggil temannya yang berdiri ngobrol di luar kedai teh.

"Tuh.... Kita sudah dipanggil, jangan menambah kecurigaan orang lain," nasehat Fun Cin, menepuk pundak Feng Ni untuk kuat.

"Iya," Feng Ni kembali untuk tampak normal.

Ketiganya duduk di meja dekat jendela di lantai-2, dengan pesanan menu spesial hari itu dari pihak kedai.

"Aku lihat dari tadi kamu ngelamun.Apa ada masalah yang ganggu," tanya Fei Hung tuangkan minum untuk kedua temannya.

"Iyakah?" Feng Ni menepuk pelan wajah. "Mungkin karena cemas dengan hasil ujian tadi," jawab dalihnya.

"Untung Feng Ni bisa kasih alasan" ucap batin Fun Cin, sambil ngangguk dan teguk secawan teh.

"Kalian tidak usah khawatir. Jika sang Paduka Raja ingin menempatkan orang-orang jujur, pasti kita akan terpilih.Walau memang susah untuk dapat jabatan tanpa menyuap pejabat berwenang," jelas Fei Hung ikut galau lesu.

"Lebih baik makan ini," Fun Cin memasukkan butiran kacang di mulut Fei Hung memancing masalah baru.

Uhukkkk..... Uhukkkk......

Fei Hung hampir tesendak butiran kacang dalam mulutnya,dan berhasil buat dirinya terdiam entah untuk waktu berapa lama.

Begitu makanan mereka tiba, Fun Cin kembali bungkam mulut Fei Hung dengan mantao dan lainnya.

"Bang, kasihan dia," ucap pelan ibah Feng Ni,nahan tangan sang abang untuk terus sodorkan makanan langsung ke mulut Fei Hung.

"Mulut untuk makan, saat makan," Fun Cin menyindir orang disampingnya.

Fei Hung paham maksud ucapan Fun Cin untuk dia diam, tapi tidak paham alasan apa yang harus dia tetap diam.

Usai makan traktiran, Fei Hung teringat untuk menyampaikan sesuatu hal penting untuk mereka saat bertemu santai.

"Aku hampir lupa," ucap Fei Hung berwajah tegang.

"Apa?" tanya Fun Cin cuek, dengan santai mencongkel sela-sela gigi.

Fei Hung pun menyampaikan apa yang ingin dikatakan dengan pelan dan hati-hati.

"Menteri yang tadi hadir dalam suasana ujian itu, dengar-dengar banyak menyimpan harta dari hasil perdagangan gelap.Kalian tau nggak usahanya itu?" ucap was-was Fei Hung melihat kedua temannya secara bergantian.

Feng Ni semakin penasaran curiga akan setiap tindak tanduk keluarga dibalik topeng status dan jabatan.

"Apa?" tanya ketus Fun Cin, duduk dengan satu kaki diangkat tekuk pada kursi.

"Kakek itu memperjual anak gadis perawan dari rakyat miskin dengan iming-iming keluarga korban akan jadi kaya.Tapi bukannya jadi kaya,tapi keluarga gadis dibantai habis oleh pembunuh bayaran," jelas menjawab Fei Hung.

Jderr.....

Rasanya tidak percaya dengan apa yang telah di dengarnya.

"Mengapa banyak berlatih di sisi ayahanda," rutuk keluh batin Feng Ni,mulai muncul kemarahan yang tertanam pela dalam batin.???

Terpopuler

Comments

🥀Nano gift for you smile 👥💫

🥀Nano gift for you smile 👥💫

gak takut karma tuh kakek

2022-08-10

4

lihat semua
Episodes
1 Xiao Feng Ni
2 Labirin
3 Air Terjun 7 Tusukan Setan
4 Raja Iblis Bangun
5 Energi Besar
6 Naga Emas
7 Pertemuan 4 Murid
8 Guru Yang Beruntung
9 Kasim Kim
10 Pangeran ke-5
11 Ranjau
12 Ujian Negara
13 Ujian Hari Ke-2
14 Siapa Paman?
15 Terowongan Rahasia
16 Racun
17 Petisi
18 Pertarungan
19 Gagal Performa
20 Pejabat Lim
21 Bom
22 Kim Long
23 Manusia Vampire
24 bab 24
25 Rumah Mawar
26 Para Informan
27 Bab 27
28 Siapa??
29 Bab 29
30 Makhluk Spiritual
31 Bab 31
32 Cermin Cahaya
33 Kisah Leluhur Naga
34 Rumah Baru
35 Hantu
36 Istana
37 Jalan Setapak
38 Do Mo Cien
39 Ranjau
40 Pungli
41 Istana
42 Pangeran Mahkota Mangkat
43 Berpencar
44 Ratu Bidadari
45 Fenomena Alam
46 Rasa Sakit
47 Dimensi Yin Yang
48 Ibukota
49 Berkumpul
50 Suara Burung Hantu
51 Tikus
52 Serangan
53 Aula
54 Reunian
55 Roda takdir
56 Perumpamaan capung
57 Disekap
58 Bab 58. Kepompong
59 Bab 59 Keadaan para selir
60 Bab 60. Niat Buruk Adik Tiri
61 Bab 61. Jaring Laba-laba
62 Kasus 20 Tahun Lalu
63 Kultivasi Baru
64 Bab 64. 3 Siluman
65 Bab 65. Fitnah
66 Bab 66. Penghasut
67 Bab 67. Kandang Kerbau
68 Bab 68. Desa Janda
69 Bab 69 Rindu
70 Bab 70. Air Rendaman
71 Bab 71. Monyet Ngeselin
72 Bab 72. Tikus
73 Bab 73. Nasihat
74 Bab 74. Sidang Tertutup
75 Bab 73. Naga Emas Kejam
76 Bab 74. Wayang Potehi
77 Bab 77. Berita Gembira
78 Bab 78. Perpisahan
79 Bab 79. Kabar Bahagia
80 Bab 80. Masakan Feng Ni
81 Bab 81. Kota Iblis
82 Bab 82. Raja baru
83 Bab 83 Munculnya benda sakti
84 Bab 84. Formasi bintang
85 Bab 85. San Wu Fa
86 Bab 86. Kiamat zaman
87 Bab 87. Hancurnya kerajaan Semanggi
88 Bab 88. Kerajaan Baru
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Xiao Feng Ni
2
Labirin
3
Air Terjun 7 Tusukan Setan
4
Raja Iblis Bangun
5
Energi Besar
6
Naga Emas
7
Pertemuan 4 Murid
8
Guru Yang Beruntung
9
Kasim Kim
10
Pangeran ke-5
11
Ranjau
12
Ujian Negara
13
Ujian Hari Ke-2
14
Siapa Paman?
15
Terowongan Rahasia
16
Racun
17
Petisi
18
Pertarungan
19
Gagal Performa
20
Pejabat Lim
21
Bom
22
Kim Long
23
Manusia Vampire
24
bab 24
25
Rumah Mawar
26
Para Informan
27
Bab 27
28
Siapa??
29
Bab 29
30
Makhluk Spiritual
31
Bab 31
32
Cermin Cahaya
33
Kisah Leluhur Naga
34
Rumah Baru
35
Hantu
36
Istana
37
Jalan Setapak
38
Do Mo Cien
39
Ranjau
40
Pungli
41
Istana
42
Pangeran Mahkota Mangkat
43
Berpencar
44
Ratu Bidadari
45
Fenomena Alam
46
Rasa Sakit
47
Dimensi Yin Yang
48
Ibukota
49
Berkumpul
50
Suara Burung Hantu
51
Tikus
52
Serangan
53
Aula
54
Reunian
55
Roda takdir
56
Perumpamaan capung
57
Disekap
58
Bab 58. Kepompong
59
Bab 59 Keadaan para selir
60
Bab 60. Niat Buruk Adik Tiri
61
Bab 61. Jaring Laba-laba
62
Kasus 20 Tahun Lalu
63
Kultivasi Baru
64
Bab 64. 3 Siluman
65
Bab 65. Fitnah
66
Bab 66. Penghasut
67
Bab 67. Kandang Kerbau
68
Bab 68. Desa Janda
69
Bab 69 Rindu
70
Bab 70. Air Rendaman
71
Bab 71. Monyet Ngeselin
72
Bab 72. Tikus
73
Bab 73. Nasihat
74
Bab 74. Sidang Tertutup
75
Bab 73. Naga Emas Kejam
76
Bab 74. Wayang Potehi
77
Bab 77. Berita Gembira
78
Bab 78. Perpisahan
79
Bab 79. Kabar Bahagia
80
Bab 80. Masakan Feng Ni
81
Bab 81. Kota Iblis
82
Bab 82. Raja baru
83
Bab 83 Munculnya benda sakti
84
Bab 84. Formasi bintang
85
Bab 85. San Wu Fa
86
Bab 86. Kiamat zaman
87
Bab 87. Hancurnya kerajaan Semanggi
88
Bab 88. Kerajaan Baru

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!