Mungkin inilah yang disebut pepatah nenek moyang kita 'Bagai duri dalam daging'. Tampak baik di luar, tapi pisau siap kapan saja terhunus nusuk.
Feng Ni sungguh amat kecewa, dirinya yang mempercayai anggota keluarga untuk bantu membangun negeri, malah dijadikan perisai pelindung untuk tindak tanduk kejahatan saja.
Malam hari itu setelah berembuk rencanakan nyelinap masuk istana, Feng Ni dan Fun Cin memakai pakaian berwarna hitam lengkap dengan topeng.
Mereka keluar dari jendela kamar penginapan agar tidak ketahuan orang lain ketika memergoki mereka.
Mereka juga berlari dan melompat di atas atap rumah bangunan rakyat yang saling berdekatan.
Swiiifff.....
Kecepatan mereka berlari di atas atap rumah begitu cepat seperti ninja asal Jepang. Ilmu meringankan tubuh mereka bahkan tergolong baik untuk setara pendekar tersohor.
Tappp .....
Fun Cin berhenti tiba-tiba di depan Feng Ni, hal itu buat dia tertabrak tanpa aba-aba pula.
"Kenapa berhenti, Bang ?" tanya Feng Ni hampir jatuh dari atas setelah keseimbangan goyah.
"Sssttt... Lihat di sana!" jawab Fun Cin mengaba-aba suara sang adik akan patroli malam sejumlah pasukan khusus.
Feng Ni pun lihat arah termaksud. Memang semakin mencurigakan semua barang bukti yang hendak dicari dia.
"Lihat di arah pukul 3. Ada yang bawa peti ke dalam kereta kuda," ucap Fun Cin di balik tempat mereka bersembunyi.
"Kita ikuti saja mereka, Bang," jawabnya ngusul ingin tau kemana arah di tuju.
Mereka membuntuti para penjaga bersama 3 kereta kuda penuh terisi peti yang entah berisi apa.
Saat ada celah kelengahan penjaga akibat kecohan lemparan batu oleh Fun Cin, mereka bisa bersembunyi ngikut di kolong kereta kuda.
Bugg.....Dugg....
Terdengar suara kegaduhan dalam kereta kuda yang penuh peti ukuran kecil sampai ukuran besar.
Tidak bisa berbicara atau menyampaikan isyarat satu sama lain, mereka pun bertahan menggantung di kolong kereta kuda sampai di tujuan.
"Keluarkan semua dengan cepat!!" terdengar suara kasar orang memerintah untuk keluarkan isi kereta kuda.
Fun Cin dan Feng Ni masih menggantung sambil lihat semua proses dalam posisi terbaik gantung.
"Cepat!!. Tuan tidak mau menunggu lama!" hardik orang bersuara kasar memecut penjaga yang lamban bergerak.
"Kediaman siapa ini?" tanya batin Feng Ni masih bergantung terbaik.
Matanya memeriksa seksama bangunan yang tidak kalah megah mewah untuk ditempati seorang anak raja.
"Habis ini kalian pergi ke rumah penyidik untuk letakkan barang bukti," ucap pria paruh baya menyerahkan amplop berisi kertas apa yang keluar dari balik pintu.
"Siap, tuan," ucap orang bersuara kasar.
"Ternyata paman ke-4!!" batin Feng Ni kaget dengan apa yang di lihat.
Tidak sangka keluarga sendiri sungguh sanggup melakukan hal yang bertentang dengan hukum negara.
Saat paman ke-4 berjalan pergi tinggalkan orang bersuara kasar tangani penjaga, Feng Ni sudah tidak tahan untuk bersembunyi lebih lama.
Dia turun perlahan lalu keluar dari kolong kereta kuda, dan mengagetkan Fun Cin yang masih bergelantungan saksikan perbuatan mereka.
"Feng Ni...." panggilannya pelan suara tertahan. "Tidak bisa! Kalau gegabah maka dia akan dituding sebagai pembangkang," ucap Fun Cin ikut bertindak selamatkan sang adik.
"Abang kok di sini?" tanya Feng Ni ditarik Fun Cin hindari orang yang lewat.
"Kamu nekat tanpa persiapan yang ada kematian," Fun Cin menasehati karena marah.
"Tapi saya tidak bisa tinggal diam," jawab Feng Ni
"Setiap masalah atau rintangan bakal ada jalan keluar, asal pakai pikiran dingin" kembali menasehati.
"Maaf " menunduk sesal telah gegabah.
Mereka kembali mengamati orang-orang yang memindahkan peti sampai tuntas.Setelah kereta kuda pergi, dan orang kasar kembali masuk dalam kediaman mewah itu, Fun Cin dan Feng Ni siap beraksi.
Tubuh orang kasar itu di pukul dengan balok besar sampai pingsan,lalu diikat, ditutup mulut dan wajah dengan karung goni gandum, kemudian dibawa ke semak-semak.
"Sekarang kita masuk," ucap Fun Cin telah mengamankan 1 orang, tapi tidak tau ada berapa orang lagi di dalam kediaman.
"Iya," jawab Feng Ni sambil ambil dedaunan yang menyebabkan gatal sekujur tubuh.
"Kamu ternyata licik," cibik Fun Cin ikut bantu ambil daun.
"Kan lebih baik pakai akal dari pada otot," cengengesan Feng Ni menjawab.
Merasa daun yang terkumpul sudah banyak, Feng Ni menumbuknya kasar,lalu menuangkan sedikit air untuk dapat getah daun yang banyak.
Getah itu berwarna kuning, tidak berbau, tidak mematikan, cukup menyusahkan orang yang terkena getah.
Mereka masuk perlahan, lalu memilih jalan lewat samping.
"Aman," Fun Cin mengkode Feng Ni.
Feng Ni sengaja menciprat sedikit cairan getah pada meja kursi dan tempat alat persenjataan terpampang.
"Kita ke sana," usul Feng Ni lihat arah yang ditunjuk mencurigakan.
"Baik "
Benar tebakkan kecurigaan Feng Ni. Di dalam sebuah kamar di sana banyak peti berisi upeti, emas dan barang berharga mahal lainnya milik negara.
"Ternyata negara kekurangan dana karena paman ke-4," rutuk kesal Feng Ni mengepal tangan.
"Tadi kamu bilang siapa ? Paman kamu?" tanya Fun Cin mengorek telinga mungkin salah pendengaran.
"Kita harus mengambil beberapa emas permata untuk dijadikan barang bukti, Bang," ucap perintah Feng Ni.
"Nggak nyambung tuh anak," celetuk Fun Cin tepok jidat. "Sudahlah, ikuti saja"
Fun Cin ikuti sang adik masuk ke dalam ruang kamar penuh peti terbuka berisi emas permata uang kertas, sampai perhiasan mahal.
Mata Fun Cin tidak silau dengan emas permata duniawi yang tidak dapat menggantikan sesuatu yang paling berharga antara hubungan baik mereka.
Dengan kantongan kain yang mereka dapatkan, mereka mengumpulkan beberapa emas permata, dan beberapa buku yang terlihat usang di antara selipan peti.
"Kita lebih baik keluar sekarang sebelum ketahuan," Fun Cin menasehati sang adik.
Mereka pun mengendap keluar dari ruang berisi penuh peti. Sampai di ujung lorong lain, mereka menemukan terowongan rahasia yang sedang terbuka.
"Kita masuk situ juga, Bang" ucap Feng Ni ingin menyidik tempat apa itu.
Langkah mereka kembali ngendap-ngendap melangkah. Satu-satu kaki mereka turuni anak tangga terbuat dari tanah yang dibentuk tangga.
Dinding terowongan begitu lembab dan dingin yang diterangi cahaya obor itu, menyimpan begitu banyak rahasia. Banyak, pakai wanita yang berserakan di bawah dan terinjak kotor.
"Bang, jangan-jangan ini tempat menyekap gadis," ucap pelan Feng Ni.
"Iya. Kita harus hati-hati," melihat barang bukti yang sudah memastikan pikiran sang adik.
"Tolong!!" teriak kencang bergema suara seseorang dari dalam terowongan itu.
"Hati-hati," ucap Fun Cin nasehati.
Melihat ada sebuah granat berwarna hitam dan bulat bersumbu, Fun Cin yang sudah mengenal benda itu langsung diambilnya.
"Untuk apa itu, Bang?" Feng Ni tidak mengenal benda yang diambil abang,tapi bakal tau guna senjata itu jika ada yang bilang padanya.
Arrrgggggg....
Terdengar suara rintih kesakitan banyak wanita di dalam terowongan entah sedang di apakan oleh siapa pula.
"Kamu tetap di belakangku," titah Fun Cin narik adik kebelakang punggungnya.
Ya tentu Feng Ni menurut karena belum banyak praktek setelah banyak teori yang telah dipelajari.
Dengan pedang yang sudah siap menebas lawan tidak bersarung lagi, dia memunggungi sang abang seolah menjadi mata tambahan lawan musuh yang mungkin muncul dari belakang mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments