Makin tidak percaya Feng Ni pada anggota keluarga lainnya, yang mungkin juga begitu banyak menyembunyikan rahasia kejahatan dengan tampang baik setiap kali bertemu.
"Hati-hati," ucap Fun Cin berhenti melangkah dengar ada suara yang dekati mereka.
Mereka pun memanjat dinding terowongan dan bergantung di langit-langit bertopang kayu balok.
"Semua gadis itu masih perawanh.Bakal banyak uang di dapat kalau kondisi mereka bagus," ujar penjaga pada beberapa orang teman yang berjalan keluar terowongan.
"Betul. Ada rupa ada harga," jawab pengaja lain sambil elus dagu berewok.
"Sayang.... Kita tidak boleh mencicipi mereka dulu ya," rutuk penjaga yang lain lagi mutar ornamen guna tutup pintu terowongan rahasia.
Bapp....
Pintu sudah tertutup rapat,abang beradik pun melompat turun mulus dari balok kayu.
Makin menggeram marah wajah Feng Ni mendengarkan semua percakapan sesaat semua penjaga yang keluar.
"Saya tidak bisa tinggal diam !!" ketus Feng Ni membunyikan jari jemari yang mengepal.
"Kita harus selamat mereka," Fun Cin menepuk pundak adiknya untuk mengutamakan tujuan mereka.
"Iya," Feng Ni kembali berjalan beriringan.
Terlihat sebuah penjara bawah tanah berukuran 8 x 6 meter yang dihuni sekitar puluhan wanita tidak berpakaian utuh alias cuma dalaman penutup harta berharga.
"Jangan.." teriak para wanita saling berpelukan di datangi 2 orang bertopeng seram.
"Tenang.... Kalian akan kami selamatkan," jawab Feng Ni merasa ibah akan derita para wanita, tangannya mencoba mengisyaratkan pertolongan.
Tidak terbayangkan jika salah satu dari mereka adalah dia. Mungkin saja dia tidak sanggup untuk menanggung malu apalagi aib terbesar.
Fun Cin pun sibuk mencari kunci di dalam laci meja tepat di depan jeruji besi.
"Kalian tenang.Tujuan kami ke sini memang untuk membebaskan kalian," jelas Feng Ni mencoba buka borgol tangan beberapa wanita.
"Tolong kami. Kami tidak ingin di jual sebagai wanita penghibur," seorang wanita bersujud memohon dengan suara sesenggukan nanggis.
Hati Feng Ni semakin sakit tersayat sembiluh bertabur garam. Ternyata rasa dendam dan benci serta aib di tinggal pergi saat pernikahannya, tidak ada sebanding dengan derita para wanita tawanan paman ke-4 nya.
Bammm.....
"Sial! Aku tidak menemukan kuncinya," umpat marah Fun Cin mengebrak meja.
"Ada apa, Bang?" tanya kaget Feng Ni berbalik.
"Mereka tidak letakkan kunci di sini," jawab Fun Cin berjalan dekat.
"Gimana caranya kita bebaskan mereka?" mata Feng Ni menatap para tawanan begitu sendu terhanyut keprihatinan.
"Tolong kami, Tuan!!" teriak memohon par wanita pada mereka.
"Kalian tetap di sini. Aku akan keluar untuk cari kuncinya," tidak ada cara lain selain pergi mencari di luar penjara terowongan.
"Hati-hati, bang," ucap Feng Ni ngantar sampai di ujung pintu masuk penjara.
"Iya, kamu juga," berbalik dan berlari keluar.
Sambil nunggu kunci datang membuka gembok, Feng Ni lanjutkan lepaskan borgol di tangan beberapa wanita itu.
Sekitar 20 menit sudah Feng Ni menunggu cemas akan pengharapan tinggi. Dirinya gusar berdiri nunggu sang abang yang tak kunjung datang.
"Apa abang dalam bahaya?" gumamnya melihat ujung jalur terowongan masih sunyi senyap.
"Nona, lebih baik kamu keluar saja. Jangan sampai tertangkap mereka " ucap seorang wanita sudah setengah pasrah takdir.
"Iya. Cukup kamu selamat wanita yang belum masuk jebakan," tambah wanita lain tampak menggigil kedinginan.
"Iya, pergilah!" seru ikhlas para wanita lain dengan wajah sedih.
"Tidak akan. Jika mati,saya harus mati sebagai ksatria bukan pengecut!" ujar tegas Feng Ni.
"Jangan nona. Kalau anda mati,maka wanita di negeri ini akan di jual untuk menambah harta kekayaan mereka saja," wanita penuh luka cambukan menasehati pahlawan mereka.
"Pergilah.... Pergi!" seru banyak wanita ngusir pahlawannya ke tempat aman.
Teringat masih ada getah daun dalam kantong kain ikat pinggang, Feng Ni pun memberikannya pada tahanan guna menolong mereka disaat terdesak.
"Kami pasti akan baik-baik saja," ucap seorang wanita meyakinkan kepergian pahlawan.
"Janjilah untuk terus bertahan sampai Paduka raja tegakkan keadilan untuk kalian," merahasiakan identitas asli.
"Baik," angguk para tawanan wanita.
Langkah yang berat untuk berlari dipaksa Feng Ni untuk bergerak menolong Abang perguruan.
Ketika keluar dari terowongan rahasia, dia melihat seorang penjaga terkapar berlumur darah di keningnya.
"Ini pasti abang yang lakukan," gumam Feng Ni melangkahi tubuh mayat terkapar.
Dia kembali lanjut mencari Abang perguruan dengan waspada terhadap keadaan sekitar.
Bagghh....Bughhh.....Baghhh.... Bughh.....
Terdengar suara kericuhan di bangunan ini yang tidak tau asal pasti tempat kejadian perkara.
"Pasti Abang sedang dikeroyok," gumam Feng Ni secepatnya cari asal suara kegaduhan.
Benar saja, di dalam ruangan yang terlihat banyak tumpukan seperti perpustakaan,Abang perguruannya sedang berkelahi sengit.
"Awass!!" celetuk Feng Ni lihat seorang penjaga membawa belatih untuk menusuk sang abang.
Hiattt....Ciattt....!!!
Berkat peringatan adik, Fun Cin terhindar malapetaka besar.
Penjaga yang lain tidak hanya berhadapan bertarung dengan Fun Cin, melainkan juga harus membereskan Feng Ni yang muncul.
"Kalian harus mati!!" pekik penjaga bertompel di mata kiri, melompat dengan bawa tongkat untuk memukul retak tulang tengkorak kepala Fun Cin.
Syutt....
Karena teriakan penjaga tadi, Fun Cin berhasil mengelak dan mencelakai temannya sendiri.
Berkurang sudah jumlah anggota penjaga tanpa menghabiskan energi tambahan lain.
Fun Cin dan Feng Ni berkolaborasi menutupi kelemahan ilmu beladiri mereka. Satu sama lain saling membantu dan menyelamatkan, menghabiskan musuh yang tangguh.
"Kirimu," ujar Fun Cin, memutar tubuhnya dan menebas kejam leher penjaga.
Feng Ni tak kalah gesit, ia menendang para penjahat yang dekati mereka dengan satu kaki, dan tangan yang bertopang pada pundak sang abang sebagai poros kekuatan untuk berputar.
Hiatttt.......
Itulah suara teriakan Feng Ni menendang para penjaga mengelilingi mereka, sambil dibantu abang seperguruan untuk berputar melayang 1/2 meter dari daratan.
Tap....
Feng Ni mendarat mulus setelah menjatuhkan penjaga .
Prokk....Prokk....
Abang beradik seperguruan menepuk kotoran debu di pakaian mereka, menyindir akan kekotoran perbuatan para penjaga yang pada dasarnya juga berasal dari strata terendah, yaitu rakyat jelata.
"Serahkan kunci penjara!" Fun Cin sengaja memijak kepala salah seorang penjaga yang terkapar.
"Di-di sana!!" tunjuknya tercekat lalu pinggang.
"Kamu ambil," Fun Cin memperintahkan sang adik.
Setelah dapat kunci yang begitu banyak dalam 1 ring gantungan, mereka kembali ke terowongan untuk menepati janji mereka pada para tawanan.
Syuhhh....
Mereka berlari cepat, secepat hembusan angin menyapu wajah kita yang ada di sana.
Trangg......
Kunci yang dipegang Feng Ni jatuh begitu berdiri tepat di jeruji penjara.
"Ini... Gak mungkin!!" tertegun kaget Feng Ni lihat para wanita tidak dalam kondisi terakhir ia temukan.
"Semakin mencurigakan," celetuk Fun Cin maju untuk memeriksa para mayat tahanan.
Tidak ditemukan sidik bukti akan percobaan pembunuhan, karena tidak ada bekas darah membanjiri tubuh mereka.
Di periksa pula denyut nadi leher seorang wanita yang dalam keadaan mata melotot mulut menganga tanpa pakaian utuh.
"Mereka kenapa, bang ?" tanya Feng Ni terpukul dalam aka tewasnya semua tawanan dalam waktu yang mungkin sama.
"Sepertinya telah menelan racun," jawab Fun Cin mencari barang bukti kuat atas praduga sementara.
"Racun? Tapi kenapa mulut mereka tidak keluar buih atau menghitam?" Feng Ni ikut membantu menutup mata mulut beberapa orang, serta merapikan posisi mereka.
"Racun tak berbau, tidak berasa, tidak juga langsung matikan korban," jelasnya memeriksa semua benda yang ditemukan.
"Bukannya itu racun dari pulau milik Dewi persik?" menutupi tubuh para jenazah dengan jerami yang bertumpuk rendah di samping buih (penjara).
"Betul..." berbalik menunjukkan apa yang telah ditemukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments