"Rambutmu sangat indah Nay, tebal, panjang dan berkilau, apa kamu rajin merawat rambut Nay?" tanya Salsa.
"Tidak, aku selalu mengenakan hijab, sejak sekolah menengah atas. Paling hanya di dalam rumah dan saat tidur aku baru membiarkan rambutku tergerai agar terkena udara. Itupun setelah menyelesaikan semua pekerjaan rumah," jawab Nayla.
"Barangkali faktor keturunan, apa rambut orangtua kamu juga seperti ini Nay?" tanya Billa.
"Iya, rambut ibuku lebih indah dan panjang sampai mata kaki. Itulah yang membuat Ayahku cinta pada pandangan pertama saat melihat ibuku bergerai rambut."
"Kami dengar, adikmu juga ikut tinggal di sini ya Nay? Apakah adikmu secantik kamu dan rambutnya juga indah seperti milikmu?" tanya Salsa.
"Sebenarnya, adikku juga cantik, bahkan lebih cantik dari ku, tapi penyakit telah menggerogoti imun tubuhnya, jadi adikku terlihat kurus dan tampak lebih tua dari usianya. Bahkan para tetangga ataupun orang lain yang melihat sering menyebut Seyna sebagai kakakku."
Salsa dan Dilla pun sudah menyelesaikan tugas mereka, kini mereka menguncir kuda rambut Nayla hingga dia terlihat lebih elegan dan yang pasti lebih cantik.
Nayla di minta mengenakan pakaian yang ada di dalam lemari. Dia tidak boleh mengenakan pakaian lamanya termasuk juga Seyna.
Kehidupan Nayla dan Seyna akan berubah drastis, bak Cinderella. Mereka bakal lebih terawat dan terjamin, tinggal di mansion Damar. Walau mungkin, sesekali akan terasa membosankan, seperti tinggal di sangkar emas, tidak sebebas saat mereka tinggal di lingkungan rumah sendiri.
Ternyata Damar, selain memperhatikan perkembangan kesehatan Papanya, dia masih sempat menghubungi Bi Luna untuk mendapatkan informasi tentang kegiatan calon istrinya walau dia belum ingin melihat wajahnya sampai tiba saatnya nanti.
Pagi ini giliran Bety dan Tisa membersihkan kamar Seyna, saat inilah kesempatan bagi mereka ingin mengerjai gadis itu.
Seyna yang merasa tubuhnya lemas, pagi ini masih tiduran di kamar sementara Nayla pergi jogging dengan di temani oleh Aira.
Nayla tidak di perkenankan pergi sendirian oleh Bi Luna, walau hanya di lingkungan mansion sekalipun. Karena Bi Luna tidak mau tanggung resiko jika sampai terjadi hal yang tidak diinginkan pada diri calon Nyonyanya itu.
Bety dan Tisa mengetuk pintu, tapi tidak ada jawaban dari dalam, lalu mereka mencoba membukanya dan ternyata tidak terkunci.
Mereka melihat Seyna masih bergelung dibalik selimut hingga membuat mereka memiliki ide ingin mengerjai Seyna.
"Hei, gadis pemalas, hari gini masih tidur! Enak sekali kamu, seperti tuan putri saja di rumah ini. Gembel saja belagu! Ayo bangun, cuci itu selimutnya, baunya sangat tidak enak," ucap Bety.
"Iya Nih, hei..ayo cepat bangun. Kami mau beberes ruangan dan kamu mencuci selimut!" bentak Tisa sembari menarik kaki Seyna.
Seyna terpaksa bangkit, daripada dia ditarik hingga jatuh dari tempat tidur.
"Kenapa sih kalian ganggu aku, bukankah ini masih pukul 6 pagi, kepalaku pusing dan aku sedikit demam, jadi nanti agak siangan aku cuci selimutnya," ucap Seyna sambil memijat kepalanya.
"Ah, dasar kamu memang pemalas! Ayo cuci sekarang, kami tidak mau tahu, begitu kami selesai mengepel, selimut itu sudah harus selesai kamu cuci. Ini sabun dan brush nya!" ucap Tisa sembari melempar sabun dan brush ke arah Seyna.
Seyna malas berdebat, dia orang baru di mansion ini dan tidak ingin menimbulkan keributan. Lalu Seyna membawa selimutnya ke kamar mandi.
Seyna menggigil terkena air, tapi dia tetap memaksakan diri mencuci selimutnya yang sangat tebal itu.
Selimut tebal terkena air, jelas saja sangat berat, hingga membuat Seyna kesusahan untuk membilasnya.
Dengan mengerahkan sisa tenaga, Seyna akhirnya bisa menyelesaikan tugas tepat waktu, sesuai yang diminta oleh Bety dan Tisa.
"Kerja begitu saja lelet, dasar gadis manja! Sini selimutnya, biar kami yang jemur. Awas! Jika kamu mengadu ke Nayla atau yang lain, kami akan balas lebih kejam dari ini, bahkan kakakmu bisa kami singkirkan dari mansion ini," ancam Bety.
"Kamu paham!" ucap Tisa sembari memukul nakas dengan kain lap yang ada di tangannya, hingga membuat Seyna terkejut.
Seyna cuma diam, dia tidak menjadi masalah diperlakukan buruk, toh hidupnya mungkin tidak akan lama lagi.
Namun, Seyna tidak akan membiarkan jika sang Kakak ditindas oleh para pelayan tadi. Dia harus melihat Nayla hidup bahagia sebelum maut menjemputnya.
Tubuh Seyna semakin menggigil karena lama terkena air saat mencuci selimut tadi, dia lalu membuka lemari untuk mencari selimut baru yang bisa dipakainya untuk kembali bergelung di tempat tidur.
Setelah menemukannya, Seyna pun menutupi tubuhnya dengan selimut, namun sebelumnya dia telah meminum obatnya, yaitu obat penurun demam dan anti nyeri.
Nayla sudah berkeliling mansion bersama Aira, dia tidak menyangka mansion Damar begitu luas hingga nafasnya ngos-ngosan saat menyelesaikan lari paginya.
"Kita berhenti dulu di sini ya Kak Aira!" pinta Nayla.
"Panggil Aku Aira saja Non!"
"Oke, tapi kamu juga harus panggil Aku Nayla. Bukankah usia kita tidak jauh berbeda?"
"Iya," jawab Aira.
"Oh ya Aira, kamu sudah lama tinggal di mansion ini?" tanya Nayla.
"Sejak orangtuaku meninggal tepatnya setelah aku lulus sekolah dan abangku membawaku kesini karena dia tidak tega meninggalkan aku sendirian di rumah," jawab Aira.
"Kenapa kamu tidak kuliah? bukankah penghasilan Tuan Arkan cukup untuk membiayai kuliahmu?"
"Aku yang tidak mau menyusahkan abangku. Kasihan dia, saat ini masih membayar hutang-hutang orangtuaku yang sangat banyak. Memang sih, Bos menawarkan bantuan, tapi abang tidak mau, dia ingin bertanggungjawab sebagai anak tertua dan sekarang menjadi kepala keluarga."
Kemudian Aira meneruskan ucapannya, "Tapi, di tahun ajaran baru nanti, aku harus kuliah karena Bos Damar sudah menghubungi pihak universitas."
"Oh, syukur deh."
"Kamu sendiri bagaimana? Apa kamu tidak mau melanjutkan pendidikan?" tanya Aira.
"Aku bisa makan dan membiayai pengobatan adikku saja sudah bersyukur Aira, boro-boro untuk biaya sekolah. Itupun cicilan hutang seringkali tidak terbayar, hingga para rentenir sering menggertak kami. Tapi apa boleh buat, sekarang saja aku tidak tahu, para rentenir itu pasti mencari-cari kami. Biarin deh, ntar jika aku punya uang, baru aku cari mereka dan membayarnya. Walau bagaimanapun itu kewajiban yang tetap harus aku bayar."
"Kamu jangan takut, jika Bos kembali, dia pasti akan membereskan semua masalahmu dan kamu pasti diminta untuk melanjutkan pendidikan," ucap Aira.
"Oh ya Aira, aku penasaran dengan Bos kamu, dia orang kaya, seharusnya sangat mudah baginya untuk mendapatkan calon istri yang setara, kenapa malah mencari orang sepertiku?"
"Aku juga tidak tahu Nay, urusan seperti itu hanya abang yang tahu, aku tidak berani ikut campur," jawab Aira.
"Lantas, bagaimana wajah Tuan Damar Aira? Aku tidak melihat ada satu foto pun di dalam mansion, apa dia begitu misterius, tidak mau menampakkan wajahnya? atau dia sudah tua dan memiliki wajah yang buruk?" tanya Nayla penasaran.
"Apa Bang Arkan tidak menjelaskan?"
Nayla menggeleng, lalu menjawab, "Abangmu sangat dingin, kami tidak banyak mengobrol. Jujur, aku takut dengan Tuan Arkan."
Aira pun tertawa mendengar ucapan Nayla, "Karena kamu belum lama mengenalnya Nay, abangku memang pendiam, tapi dia sangat baik, Tuan besar dan Bos Damar sangat menyayanginya. Kalau begitu, berarti itu memang permintaan Bos. Bos tidak ingin, abang memperlihatkan fotonya kepadamu."
"Oh, ya sudah. Aku tanya sama kamu saja Aira?"
"No, aku tidak memiliki hak. Tapi aku pastikan, jika kamu nanti menikah dengan Bos, kamu menjadi wanita yang paling beruntung," ucap Aira.
Tapi dibalik ucapan Aira, Nayla sempat menangkap ada nada kesedihan dan sepintas raut wajah Aira berubah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
3 semprul
jahat banget sih..
2022-09-13
1