Aira tidak bisa menahan kesedihannya. Dia sejak lama memang mencintai Damar, dan hatinya saat ini terasa sangat sakit, saat Nayla tadi mengatakan pernikahannya bersama Damar akan segera dilangsungkan.
Cinta dalam diam, itulah yang bisa Aira lakukan, dia tidak mungkin mengungkapkan rasa cinta yang selama ini dipendamnya kepada siapapun, termasuk kepada Arkan.
Aira menangis terisak-isak di toilet, tapi dia tidak berani menjerit karena takut kedengaran orang lain. Setelah dirasa hatinya sedikit tenang, Aira pun membasuh wajahnya dengan air dan mengelap sebersih mungkin dengan tissue. Dia tidak mau Nayla curiga jika dirinya habis menangis.
Aira memperhatikan wajahnya di kaca yang ada di dalam toilet, lalu diapun bergegas kembali ke dalam kantin, untuk menghabiskan makanannya bersama Nayla.
Nayla merasa aneh dan curiga melihat Aira yang terlalu lama di dalam toilet, dia hendak menyusul tapi Aira keburu datang.
"Kenapa lama sekali Ai?"
"Perutku sakit tadi Nay, jadi ya sudah deh sekalian buang."
"Oh," Nayla tidak begitu saja percaya dengan alasan Aira. Diapun memandangi wajah sahabatnya yang tampak seperti habis menangis.
Nayla yang merasa penasaran, lalu bertanya, "Kamu kenapa Ai? Kamu mencintai Tuan ya?"
"Siapa bilang aku mencintai Tuan! Mana mungkin Nay? Cari mati namanya. Lagipula,Tuan itu bukan pria tipeku dan aku juga bukan tipe wanita yang Tuan Damar cari. Jadi nggak mungkin 'kan, aku atau Tuan saling jatuh cinta. Ayo, habiskan makanan kita, kenapa malah bahas hal cinta. Kita harus cepat kembali menggantikan Bang Arkan menjaga Seyna. Abang pasti akan pergi bekerja."
"Iya, kamu benar Ai. Ayo cepat, kita habiskan makanan kita."
Setelah makanan di piring mereka habis, Nayla pun memanggil pemilik kantin untuk membayar makanan, tapi dia tidak memiliki uang tunai, yang ada hanya kartu debit dari Damar.
"Maaf Non, bisa uang tunai saja? jumlahnya cuma sedikit kok Non," pinta pemilik kantin.
"Tapi Pak, masalahnya saya tidak memiliki uang tunai, jadi bagaimana ya Pak? Atau kartu debit ini Saya tinggal saja sebagai jaminan, nanti Saya kembali lagi."
"Nay! Jangan sembarangan, itu milik Tuan. Kamu tidak tahu ya, di dalam kartu itu nilai uangnya sangat besar," bisik Aira.
"Lantas bagaimana Ai, kamu bawa uang? Nanti aku ganti," ucap Nayla.
"Aku tadi terburu-buru lho Nay, gara-gara kasi pelajaran kepada Bety dan Tisa, jadi lupa deh bawa dompet, mana mang sopir sudah tidak sabar, asyik klakson terus."
"Waduh, bisa gawat kita Ai," ucap Nayla.
"Sebentar, aku minta uang dulu dengan Bang Arkan, kamu tunggu di sini dulu ya Nay," ucap Aira.
"Pak, nanti aku kembali ya. Aku mau minta uang tunai dulu kepada Abang, temanku biar di sini dulu," pamit Aira kepada pemilik kantin.
Aira bergegas setelah pemilik kantin mengangguk, dia kembali ke ruang tunggu pasien untuk menemui Arkan.
Arkan yang melihat dari kejauhan adiknya kembali tanpa Nayla, merasa khawatir. Bagaimana dia akan bertanggungjawab terhadap Bos nya, jika terjadi sesuatu terhadap Nayla, sementara Damar sudah memberitahu jika besok akan kembali ke tanah air.
"Dimana Nona Dek? Kamu jangan sembarangan meninggalkan Non Nayla sendirian. Tanggungjawab kita berat terhadap Tuan."
"Nona masih di kantin Bang, aku mau minta uang, kami tidak punya uang untuk membayar makanan, jadi Nona menunggu di sana. Pemilik kantin menolak kartu debit, dia meminta uang tunai. Sementara, aku sendiri lupa membawa uang karena tadi perginya terburu-buru."
"Oh... iya sih, Abang lupa kasi Nona uang tunai," ucap Arkan sembari mengambil satu lembar uang ratusan dari kantong dan menyerahkan kepada sang adik.
"Cepatlah kembali," ucap Arkan lagi.
"Beres Bang!"
Kemudian Aira kembali ke kantin, diapun membayar makanan, lalu mengajak Nayla meninggalkan kantin untuk menemui Seyna.
Arkan merasa lega melihat Aira telah kembali bersama Nayla, kemudian Arkan berpesan kepada keduanya agar jangan keluar dari lingkungan rumah sakit tanpa izin darinya.
"Non, Saya akan pergi dulu, ada urusan yang harus diselesaikan, jadi Non di sini dulu bersama Aira dan saya akan memerintahkan dua orang pengawal untuk berjaga-jaga," ucap Arkan.
"Memangnya kenapa Bang, kok musti ada penjagaan? Siapa juga yang akan mengganggu kami, apalagi aku. Artis bukan, orang kaya juga bukan, cantik juga tidak, jadi tidak ada yang perlu di khawatirkan. Tidak akan ada orang yang akan mengganggu orang miskin sepertiku," ucap Nayla dengan polosnya.
"Nona pada saat minggu lalu dengan Nona yang sekarang sudah sangat berbeda. Mungkin benar yang Nona katakan tadi, bahwa tidak akan ada yang mengganggu jika posisi Nona masih sama seperti minggu lalu. Namun, posisi Nona yang sekarang adalah calon Nyonya dari pengusaha sukses, pemimpin dunia..." Arkan tiba-tiba menghentikan ucapannya, dia tidak berhak untuk menjelaskannya saat ini, tanpa izin dari Damar.
"Pemimpin dunia apa Bang? kok tidak di teruskan ucapannya?" tanya Nayla penasaran.
"Nanti, Nona juga bakalan tahu. Sekarang saya permisi dulu Non, jika ada apa-apa panggil saja pengawal. Dan kamu Dek, tolong jaga Nona."
"Oke Bang. Hati-hati ya Bang," ucap Aira.
Arkan bergegas keluar ruangan, lalu dia berpesan kepada kedua orang pengawalnya untuk menjaga keselamatan Nona Nayla.
Setelah itu Arkan pun pergi menuju ke suatu tempat, dimana anak buahnya melapor jika terjadi perkelahian antara pihak Damar dengan salah satu geng yang mau menguasai daerah kekuasaan Damar.
Nayla dan Aira menemui Dokter yang menangani perawatan Seyna, mereka ingin meminta izin untuk menjenguk. Dokter pun mengizinkan, dengan syarat tidak boleh terlalu lama.
Seyna tersenyum saat melihat Nayla dan Aira masuk. Dengan suara lirih, diapun berkata, "Kakak! kenapa aku dirawat di sini? Aku tidak apa-apa kok Kak, hanya demam biasa dan sekarang juga sudah baikan. Kita pulang saja yuk!" ucap Seyna.
"Kamu masih harus di rawat Dek, biar sembuh. Apakah kamu tidak kepingin hidup normal lagi seperti dulu? Bisa bebas bermain, bepergian dengan teman-teman dan bisa melakukan semua kegiatan yang kamu mau."
"Iya Kak, tapi aku tahu, biaya pengobatanku sangat mahal. Aku kasihan dengan Kakak. Apa yang kakak pertaruhkan untuk pengobatan ku Kak? Apakah kakak menjual harga diri Kakak di mansion itu cuma demi aku? Aku tidak mau Kak Nay tersakiti maupun disakiti mereka, lebih baik kita pulang ke rumah kita saja, hidup seperti dulu," pinta Seyna.
"Kamu jangan berpikir yang aneh-aneh Dek, tidak ada yang aku pertaruhkan dan tidak ada juga yang akan menyakiti ku di mansion itu. Aku bahagia dan kamu juga harus bahagia. Besok, calon suami ku akan pulang dan kami akan segera menikah, aku mau kamu menyaksikan pernikahan kami. Kita pasti akan hidup bahagia bersama-sama di mansion itu."
"Iya Seyna, yang di katakan Nayla memang benar. Aku tahu, kamu disakiti oleh Bety dan juga Tisa bukan? Aku sudah membalas perbuatan mereka. Nanti kamu bakal tahu, jika pulang ke mansion. Kamu boleh tanya ke Bi Luna, kami telah memberi pelajaran kepada mereka berdua."
"Apa! Adikku disakiti oleh kedua pelayan itu?" tanya Nayla bingung.
"Kapan dan bagaimana mereka melakukannya? Kenapa aku tidak mengetahuinya Aira? Kakak macam apa aku ini, adikku disakiti orang malah kamu yang lebih tahu," ucap Nayla menyesal.
Kemudian Aira menceritakan perbuatan yang dilakukan oleh Bety dan Tisa yang Aira ketahui dengan tidak sengaja. Aira pun meminta maaf kepada Nayla karena baru sekarang dia sempat bercerita.
Nayla dan Seyna pun berterimakasih kepada Aira, yang telah membalas perbuatan kedua pelayan resek tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Agustina Makasenda
kalian berdua pasti akan bahagia,,tetap bersabar ya,,,karna author tau itu😊😊👍
2022-09-25
1
3 semprul
like tanpa komen....👍
2022-09-13
1