Nayla tiba di pasar, hari ini dia sedikit telat karena peristiwa tadi. Nayla tidak melihat Dewo ada di sana, barangkali saat ini Dewo sedang mengantar pesanan ke tempat lain.
"Nay!" sapa salah satu pedagang yang sudah mengenalnya sejak lama.
"Iya Kak, ada yang bisa aku bantu?" tanya Nayla.
"Tadi ada pesan dari Dewo bahwa pagi ini kamu harus menemui temannya. Dewo pulang karena ibunya tiba-tiba sakit dan harus di bawa ke rumah sakit."
"Oh, terimakasih ya Kak."
Nayla pun tidak jadi bekerja, lalu dia menelepon Arkan untuk menanyakan, apa benar jadwal pertemuan yang mereka sepakati berubah menjadi lebih cepat.
"Hallo Tuan Arkan, saya mau bertanya, apa benar Tuan meminta saya untuk datang sekarang?"
"Iya, kemana saja kamu, kenapa ponselmu tidak aktif! Aku tidak suka berurusan dengan orang yang tidak serius!" ucap Arkan dengan nada sedikit tinggi.
"Maaf Tuan, ponsel saya mati ternyata, tadi malam saat mengecas, saya matikan dan pagi tadi karena terburu-buru, jadi lupa menghidupkannya," jawab Nayla.
"Pokoknya saya nggak mau tahu, jam 9 kamu sudah harus sampai di sini! Bos pulang lebih awal dan beliau ingin bertemu kamu secepatnya. Jika telat, aku tidak bisa menolongmu, karena Bos tidak suka dengan orang yang tidak tepat waktu. Bos akan berangkat ke luar negeri sore ini, jadi jika beliau setuju setelah melihatmu, pernikahan akan dilangsungkan hari ini juga," ucap Arkan.
Nayla kaget, dia tidak menyangka jika akan secepat ini, padahal dia baru menyiapkan berkas untuk di berikan kepada Arkan sebagai bahan pertimbangan.
"Kenapa kamu diam? Kamu menyerah! Jika begitu, biar aku hubungi calon lain. Ada sepuluh wanita yang sedang mengantri untuk bertemu Bos."
"Maaf Tuan, saya setuju. Saya hanya terkejut dan tidak menyangka jika akan secepat ini. Jujur, saya sedikit gugup untuk bertemu Bos," jawab Nayla.
"Karena aku memandang Dewo, jika tidak, mungkin kamu tidak bakal masuk dalam kriteria wanita pilihan untuk Bos ku," ucap Arkan yang menjatuhkan semangat Nayla.
Nayla sadar, dia tidak cantik dan tidak semodis artis, dia hanya seorang gadis kampung miskin yang tidak memiliki orang tua, tentu saja yang di katakan Arkan benar. Baginya adalah sebuah mimpi jika sampai bisa terpilih sebagai calon istri bagi Bos besar seperti bosnya Arkan.
"Hei! kamu mau buruan atau mau bengong saja di sana sampai kesempatan itu hilang!" seru Arkan.
"Iya Tuan Saya berangkat!" ucap Nayla dan buru-buru mematikan ponselnya.
Diapun berjalan ke arah terminal, tapi sesampainya di sana, Nayla baru teringat, bukankah dia belum menanyakan dimana akan bertemu sang Bos.
Ketika Nayla hendak menelepon Arkan lagi, ponselnya pun berdering.
"Iya Tuan Arkan," ucap Nayla.
"Gadis bodoh! kenapa kamu tutup teleponnya, apa kamu sudah tahu, dimana akan bertemu Bos!"
Sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal, Nayla pun menjawab, "Hehehe...Maaf Tuan, saya lupa menanyakannya."
"Kamu sekarang ada dimana, biar aku yang akan menjemputmu, karena bos baru menelepon kembali, bahwa harus secepatnya membawamu menghadap!"
Kembali Nayla terkejut, kenapa pernikahannya seperti orang mau kawin lari saja, kesannya sangat terburu-buru. Tapi dia tidak bisa protes, semua demi Seyna.
"Cepat!" bentak Arkan dari balik telepon.
"Iya, Tuan. Aku saat ini berada di terminal dekat pasar."
"Baiklah, tunggu saja di sana! Sepuluh menit lagi aku sampai," ucap Arkan.
Nayla pun mengiyakan, lalu dia duduk di trotoar, menunggu Arkan sembari memainkan ponselnya.
Benar ucapan Arkan, dalam waktu sepuluh menit, sebuah mobil mewah berhenti tepat di hadapan Nayla.
"Kamu Nayla!" tanya Arkan yang baru turun dari mobilnya.
"Iya Tuan. Anda..." ucapan Nayla terhenti saat memandang wajah Arkan. Ternyata, Arkan yang ada di hadapannya lebih tampan ketimbang terlihat saat di dalam ponsel.
Wajah Arkan sangat tampan bak wajah aktor film Turki dengan bulu halus di sekitar rahangnya. Hidungnya sangat mancung dan bibirnya seksi kemerahan.
"Aku Arkan, ayo buruan naik! kita hanya memiliki waktu yang sedikit," pinta Arkan sembari membukakan pintu mobil.
"Kenapa begitu terburu-buru Tuan?" tanya Nayla yang masih penasaran.
"Kamu tidak perlu banyak tanya, yang terpenting, saat bertemu bos, kamu harus menjawab semua pertanyaan Bos dengan jujur. Jangan sekali-kali kamu membantahnya!" ucap Arkan sembari melajukan mobilnya.
Tidak lama meninggalkan terminal, telepon Arkan berdering. Arkan pun melihat siapa yang sedang melakukan panggilan. Kemudian Arkan yang menggunakan headset langsung menjawab panggilan tersebut.
"Hallo Bos, saat ini kami sedang menuju ke rumah besar Anda Bos, paling sekitar 1 jam lagi kami sampai jika tidak terjebak macet," ucap Arkan.
"Sepertinya tidak sempat lagi Kan, Aku harus segera berangkat dengan pesawat pribadi, keadaan Papa semakin memburuk. Begini saja, aku percaya kepada pilihanmu, aku pilih gadis itu dan batalkan kesepuluh gadis lainnya. Katakan kepada mereka, aku sudah menentukan pilihan. Beri mereka sedikit tips karena telah menungguku. Dan katakan kepada gadis yang saat ini bersamamu, saat kondisi Papa membaik, aku akan segera pulang untuk menikahinya," ucap Damar.
"Bos yakin dengan pilihan yang saya rekomendasikan?" tanya Arkan ragu.
"Aku percaya kamu Kan, pilihanmu pasti terbaik buat kepentinganku. Sekarang kamu bawa saja gadis itu ke rumahku, biar dia tinggal di sana sembari menungguku kembali. Dan jangan lupa, pekerjakan orang untuk melayani semua kebutuhannya termasuk untuk melayani perawatan tubuhnya. Aku mau dia cantik dan segar saat aku kembali nanti," perintah Damar.
"Baik Bos. Oh ya Bos, ada satu hal yang belum Saya katakan kepada Bos, gadis ini memiliki seorang adik yang sedang sakit. Jadi, mana mungkin dia mau meninggalkan adiknya di rumah, sementara mereka hanya tinggal berdua saja. Mereka yatim piatu Bos dan rumah mereka rada terpencil, di pinggiran sebuah sungai, bahaya jika meninggalkan adiknya sendirian di sana," terang Arkan yang mencoba membantu Nayla.
Ternyata Arkan iba sejak mendengar penuturan panjang lebar dari Dewo, tentang kondisi Nayla beserta Seyna. Dia sudah berjanji terhadap Dewo untuk menolong Nayla.
"Terserah kamu Kan, jika menurutmu baik untuk membawanya serta, aku percayakan semuanya sama kamu. Sudah dulu ya, aku sudah sampai bandara dan pilot pesawat serta para dokter serta perawat Papa, sudah menunggu untuk terbang."
"Baik Bos! Selamat jalan, semoga Tuan besar bisa mendapatkan penanganan terbaik hingga segera pulih," ucap Arkan.
"Terimakasih Kan, jika ada hal penting, cepat hubungi aku ya! Satu hal lagi, pantau semua kegiatan anak-anak, jika ada yang membangkang lenyapkan saja. Tidak ada ampun bagi seorang pengkhianat," ucap Damar.
"Oke Bos! Aku mengerti," ucap Arkan lagi.
Nayla yang mendengar pembicaraan terakhir antara Arkan dan calon suaminya bergidik ngeri.
Kalimat melenyapkan orang dan tidak ada ampun untuk seorang pengkhianat, baginya adalah sebuah ancaman mengerikan.
Nayla jadi bertanya-tanya dalam hatinya, sebenarnya apa pekerjaan atau bisnis yang calon suaminya dan Arkan geluti saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Asri Angsela Melivina Potabuga
bosx it mafia tp msh enak kl ngomong,,.msh jg mw blg makasih
2022-10-13
1
Agustina Makasenda
pasti bagus nih ceritanx👍
2022-09-25
3
3 semprul
like 👍👍👍
2022-09-13
2