"Kemana Nona, Bi? Kenapa belum ada yang turun untuk sarapan?" tanya Arkan.
"Sebentar ya Den, biar Bibi cek ke kamar mereka."
Bi Luna pun penasaran karena Aira yang dia minta untuk memanggil Seyna juga belum nampak batang hidungnya.
Saat Bibi mengetuk kamar Nayla, ternyata tidak ada jawaban, lalu Bi Luna mencoba membukanya dan kamar tersebut kosong.
Bi Luna segera menutupnya kembali dan pergi ke kamar Seyna, beliau kaget saat melihat Nayla dan Aira sedang mengompres Seyna.
"Apa yang terjadi Non?" tanya Bi Luna.
"Seyna demam tinggi Bi, ini baru aku kompres dengan air supaya demamnya turun," jawab Nayla.
"Kenapa kamu tidak bilang Aira, kita harus cepat panggil Dokter," ucap Bi Luna sembari meletakkan tangannya di kening Seyna.
"Bi, aku mencari Abang dulu ya, biar Bang Arkan yang menghubungi Dokter," pamit Aira sembari beranjak dari kamar Seyna.
"Abang kamu ada di ruang makan, tolong bilang agar Dokter datang secepatnya!"
"Iya Bi."
Aira setengah berlari menuruni anak tangga, tapi saat dia menuju ke dapur, Aira melintasi ruang baca dimana Bety dan Tisa sedang membersihkan ruangan tersebut.
Tidak sengaja Aira mendengar kedua temannya itu tertawa senang, karena mereka telah berhasil membuat Seyna ketakutan dan Seyna telah meringankan beban mereka dengan mencuci selimutnya sendiri.
"Dasar! Ternyata mereka belum juga berubah, suka sekali iri terhadap nasib baik orang lain. Seyna demam, berarti gara-gara perbuatan mereka. Awas kalian ya! tunggu saja, apa yang bakal aku lakukan untuk membalas semuanya," monolog Seyna sembari berjalan ke ruang makan untuk mencari Arkan.
Di sana terlihat Arkan sedang menyantap sarapannya karena dia harus segera pergi mengurus bisnis Damar yang dipercayakan kepadanya.
"Bang, tolong panggilkan Dokter, Nona Seyna demam tinggi," pinta Aira.
"Sejak kapan Dek?"
"Ntahlah Bang, saat aku hendak memanggilnya untuk turun sarapan, aku baru tahu jika Nona demam. Saat ini sedang di kompres oleh Non Nayla."
"Sebaiknya, kita bawa saja ke rumah sakit karena Nona Seyna memiliki riwayat penyakit lain. Jangan sampai terlambat, supaya bisa cepat ditangani oleh Dokter spesialis penyakitnya," ucap Arkan. Diapun bergegas meninggalkan sarapannya yang belum selesai dan berlari menaiki anak tangga menuju kamar Seyna.
"Bagaimana Den, apa dokter keluarga bisa datang kemari?" tanya Bibi cemas karena demam Seyna tidak juga turun.
"Tidak Bi, kita akan bawa Non Seyna ke rumah sakit, dia harus segera mendapatkan perawatan yang tepat," ucap Arkan sembari meminta Aira untuk menyiapkan pakaian Nayla ke dalam tas.
"Tapi Tuan? eh, Bang..." ucap Nayla.
"Tidak ada tapi-tapian Non, itu sudah perintah Bos, lagipula apa gunanya Bos memberikan kartu debitnya kepada Nona, jika tidak dipergunakan," ucap Arkan.
"Bersiaplah Non, atau mau sarapan dulu, takutnya Non ikutan sakit," lanjut Arkan.
"Bagaimana aku bisa makan Bang, jika melihat adikku seperti ini," jawab Nayla.
"Biar Bibi bawakan saja bekal sarapan Nona, agar bisa sambil sarapan di mobil atau sarapan saat nanti tiba di rumah sakit," ucap Bi Luna.
"Begitu juga boleh Bi," jawab Seyna.
Arkan menggendong tubuh Seyna, gadis itu sangat kurus, hingga dengan mudah Arkan membopongnya sembari menuruni anak tangga dan langsung menuju mobil yang telah di siapkan oleh salah satu sopir di mansion tersebut.
Aira pun berlari memberikan tas yang berisi pakaian Nayla serta Seyna.
"Kamu tidak ikut Dek? Biar bisa menemani Nona di sana!" ucap Arkan.
"Nanti aku nyusul Bang, masih ada pekerjaan yang harus aku lakukan sekarang," jawab Aira.
"Pergilah Aira, temani Nona. Masalah pekerjaanmu biar Tisa dan pelayan lain yang menghandle," ucap Bi Luna.
"Tidak Bi, ada yang ingin aku sampaikan kepada Bibi," ucap Aira.
"Ya sudah Bang, berangkatlah dulu, aku tidak akan lama, pasti nyusul Bang. Hati-hati ya Non."
Nayla pun mengangguk, mobil pun melaju dengan cepat membelah jalanan untuk menuju rumah sakit.
Sementara Aira saat ini sedang bercerita kepada Bi Luna tentang perbuatan Bety dan Tisa, ketika dirinya dan Nayla tadi pagi keluar jogging.
"Apa Aira, kamu serius?" Nggak jera-jera mereka, seandainya Den Arkan tadi tahu dan menyampaikan kepada Den Damar, saat ini juga mereka pasti akan di tendang keluar dari rumah ini. Aku masih memandang mereka membutuhkan pekerjaan ini untuk membiayai sekolah anak-anaknya di kampung," ucap Bi Luna sembari bergegas pergi mencari kedua pelayan tersebut.
"Rasain kalian! ini pembalasan pertama, selanjutnya aku yang akan mengerjain kalian!" monolog Aira sembari tersenyum.
"Bety, Tisa! Sekarang juga, ikut aku ke halaman belakang!" bentak BI Luna.
"Ada apa Bi? Bukankah tugas membersihkan ruang baca ini belum selesai?" tanya Tisa.
"Tinggalkan dan ikut aku sekarang juga, tidak ada yang boleh membatah!" ucap Bi Luna sembari berjalan menuju halaman belakang mansion.
"Apa yang harus kami kerjakan di sini Bi?" tanya Bety.
"Bersihkan kolam, ganti airnya dan lantai dasar harap kalian sikat. Setelah itu cabut semua rumput yang tumbuh di taman ini!" perintah Bi Luna.
"Bi, inikan tugas Mang Ujang? Kenapa harus kami yang mengerjakan!" protes Bety.
"Kalian boleh pilih, mengerjakan apa yang aku perintahkan atau kemasi barang-barang kalian dan secepatnya keluar dari mansion ini!"
"Tapi Bi, apa salah kami?" tanya Tisa.
"Masih berani kamu bertanya apa salah kalian? Apa perlu Den Arkan yang akan menjabarkan semuanya? Kalian lupa ya, jika tembok di sini memiliki mata serta telinga ha!" bentak Bu Luna kembali.
Keduanya masih saja membantah bahwa mereka tidak melakukan kesalahan apapun hingga membuat Bi Luna naik darah.
Sebuah tamparan masing-masing mendarat di pipi Bety dan Tisa, hingga membuat keduanya meringis menahan sakit sembari mengelus pipi.
"Apa yang kalian lakukan terhadap Nona Seyna hingga dia sakit? Kalian pikir aku tidak tahu? Cepat kerjakan hukuman kalian! Jangan coba membantah lagi jika masih sayang dengan pekerjaan kalian!" ucap Bi Luna sembari meninggalkan keduanya dan kembali ke dalam mansion.
Dengan bersungut-sungut dan ngedumel, Bety dan Tisa pun mengerjakan perintah Bi Luna, sedangkan Aira mengintip dari kejauhan sembari tersenyum senang. Satu rencana pembalasan yang Aira inginkan telah berhasil dan dia akan menjalankan pembalasan selanjutnya.
Aira mencari lumpur di selokan, lalu membawanya menggunakan plastik, setelah itu diapun pergi ke kamar Bety dan Tisa.
Dengan marah, Aira menarik selimut masing-masing dan menjatuhkannya ke lantai, lalu menyiramkan lumpur yang dia bawa ke atas selimut-selimut tersebut.
"Mampus kalian! Rasakan sekarang, senjata makan tuan. Kalian akan melakukan hal yang sama seperti yang kalian perintahkan kepada Nona Seyna!" monolog Aira sembari mengendap meninggalkan kamar Bety dan Tisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Asri Angsela Melivina Potabuga
Aira ma Arkan baik banget
2022-10-13
1
AtLest
namanya jd kebalik balik ya thor.. nayla jd seyna, seyna jd nayla 🤭🙏
2022-10-09
0
Saudah14
karma nih buat si pembantu penghianat.. ups🤭
2022-09-25
2