Melihat kepulangan Nayla, Bety dan Tisa kembali sewot, mereka tidak rela jika harus melayani kebutuhan Nayla, yang seharusnya merupakan tugas Aira.
"Bety dan kamu Tisa, tolong tata makanan yang telah di masak koki ke atas meja makan, aku akan ke kamar Tuan untuk mengganti seprai. Sekarang! karena Tuan akan sampai siang ini," perintah Bi Luna.
"Kenapa nggak kami saja Bi yang mengganti seprainya, kami 'kan merasa penasaran, sekali-sekali boleh dong melihat kamar Tuan, mumpung Tuan dan si gembel belum sampai," ucap Bety sambil menutup mulutnya.
"Apa kamu bilang! Mulut dan hati kalian yang membuat diri kalian tidak bisa dipercaya untuk mengurus keperluan pribadi Tuan, ingat itu! Apa kalian mau aku singkirkan dari sini!" ucap Bi Luna, lalu beliau bergegas meninggalkan keduanya menuju kamar Damar.
Bi Luna mengganti seprai dengan warna kesukaan Tuannya, kemudian membuka jendela yang menghadap taman, agar ada pertukaran udara.
Di dalam kamar itu, terlihat tidak ada tatanan barang yang berubah, meski Nayla sudah tidur di sana. Bi Luna senang, Nayla bisa menjaga dan tidak mengusik barang-barang pribadi milik Tuannya, hingga dia tidak perlu merasa cemas akan teguran dari Sang Bos.
Ketika Bi Luna baru menyelesaikan tugasnya dan hendak keluar dari kamar, Nayla sampai di ambang pintu kamar.
"Eh, Non sudah sampai? Non Nayla bersiaplah dan gunakan pakaian yang sudah Bibi siapkan di lemari. Nanti Nona harus menemani Den Damar makan siang," ucap Bi Luna.
"Iya Bi, aku akan mandi dulu agar lebih segar. Tuan pemarah atau tidak Bi? Aku takut," ucap Nayla.
"Non tidak perlu takut, jika tidak melakukan kesalahan," ucap Bi Luna meyakinkan Nayla sembari menepuk bahunya perlahan.
"Bibi ke dapur dulu ya Non, Bibi mau melihat apa Bety dan Tisa sudah menyelesaikan tugasnya atau belum," ucap Bi Luna lagi.
"Iya Bi. Terimakasih ya Bi," ucap Nayla sembari tersenyum.
Nayla lalu menutup pintu kamar dan segera menyambar handuk serta baju mandinya. Dia menyiapkan air hangat di bathtub yang sudah ditetesin minyak aromaterapi. Dengan begitu tubuhnya akan wangi dan segar.
Sekitar 30 menit Nayla berendam di sana, barulah dia menyudahi ritual mandinya.
Nayla memakai skincare serta alat make-up yang telah Bi Luna sediakan untuknya. Dia merias diri dengan sederhana lalu memakai gaun serta hijab.
Selesai berdandan, Nayla pun berputar di cermin untuk memastikan penampilannya sudah pas atau belum.
Nayla memilih duduk di kamar sambil menunggu Damar sampai, dia berfoto selfi di dekat jendela dengan background pemandangan taman.
Jam di dinding menunjukkan pukul 11.30 dan sebentar lagi Damar pasti sampai di mansion. Jantung Nayla pun berdetak tak beraturan, antara penasaran dan rasa takut kini bertentangan di hatinya.
Sebentar lagi, Nayla akan melihat seperti apa rupa calon suaminya itu. Apakah tampan atau buruk rupa hingga Damar lebih memilih calon istri dari kalangan seperti dirinya.
Nayla mondar-mandir di depan cermin, dirinya cemas dan bingung, apa yang harus Nayla ucapkan ketika bertemu Damar, nanti.
Kamar Damar sejuk karena semilir angin yang masuk, tapi Nayla saat ini, malah merasa gerah. Dia mengelap keringat yang ada di dahi dengan tissue, lalu menepuk-nepuk lembut wajahnya lagi dengan spons bedak.
Saat Nayla sedang mengenakan sepatu terdengar suara ketukan pintu.
"Sebentar," ucap Nayla.
Lalu Nayla memutar kunci dan handle pintu, saat pintu terbuka, diapun terperanjat, seorang pria bertubuh tinggi semampai dengan wajah tampan bak aktor India tengah berdiri di hadapannya dan menatap dirinya dengan tatapan mata yang tajam.
Nayla gugup, dia tidak tahu bagaimana harus bersikap.
"Apa kamu akan membiarkan saya terus berdiri di sini sampai besok!" ucap Damar.
"Eh, maaf Tuan," ucap Nayla sembari mengulurkan tangannya. Nayla meminta tas yang ada di tangan Damar dan menggeser tubuhnya untuk memberi jalan agar Damar bisa masuk ke dalam kamar.
Damar membiarkan Nayla membawakan tasnya, lalu Nayla meletakkan tas tersebut di atas meja yang ada di sudut kamar. Nayla menduga itu adalah meja kerja Damar karena ada laptop yang tersimpan di sana.
Nayla masih kikuk, dia belum tahu, apa yang harus dilakukan selanjutnya. Nayla melihat Damar duduk di pinggir ranjang sembari melepas sepatunya, lalu dengan sigap Nayla pun menghampiri, menunduk, mengambil sepatu Damar dan meletakkan di rak khusus tempat biasa Nayla meletakkan sendal serta sepatunya.
Damar tersenyum melihat pelayanan Nayla, tapi saat Nayla berbalik, Damarpun buru-buru menghilangkan senyum dari bibirnya.
"Tuan mau minum atau mandi dulu? biar saya siapkan," ucap Nayla berusaha memberanikan diri membuka percakapan.
"Saya mau mandi," ucap Damar sembari membuka kancing lengan kemejanya.
Mendengar jawaban dari Damar, Nayla bergegas ke kamar mandi, menyiapkan air hangat dalam bathtub yang dia beri tetesan minyak aroma terapi pepermint.
Bi Luna telah menyiapkan minyak itu sebelum Damar sampai.
Kemudian Nayla keluar untuk mengambilkan handuk serta baju mandi untuk Damar. Namun, apa yang Nayla lihat membuatnya tertunduk malu. Damar tengah membuka kemejanya hingga menampilkan perut sixpack dan dada yang bidang serta kekar di hadapan Nayla.
Nayla mengulurkan handuk serta baju mandi dengan memalingkan wajah. Tangannya bergetar karena takut serta malu, baru kali ini Nayla berduaan di dalam kamar dengan seorang pria dan juga tanpa mengenakan baju.
"Kenapa membuang wajah, kamu tidak suka melihatnya atau hanya berpura-pura tidak suka," ucap Damar dengan nada datar, hingga membuat Nayla terpaksa memutar wajahnya menatap Damar.
"Semua wanita memang begitu, pura-pura malu-malu kucing, padahal lebih berpengalaman," ucap Damar lagi.
Kemudian saat Damar hendak membuka celana panjangnya, Nayla berteriak, "Stop Tuan, Saya keluar dulu," ucap Nayla berbalik dan hendak pergi meninggalkan kamar.
"Tunggu! Ada apa denganmu, toh sebentar lagi kamu akan melihatku seperti ini setiap hari," ucap Damar.
"Jelas beda Tuan, hari ini Saya masih calon istri, jadi belum saatnya. Jika Saya sudah sah menjadi istri Tuan, saya akan melakukan apapun yang bisa menyenangkan suami Saya," ucap Nayla berusaha bijak.
"Wow... ternyata masih ada wanita lugu di jaman seperti ini!" ucap Damar sembari berlalu ke kamar mandi dan tidak jadi membuka celana panjangnya di hadapan Nayla.
Nayla menarik nafas lega, lalu dia menuju lemari pakaian milik Damar dan mengambilkan baju kaos beserta celana panjang yang menurut Nayla cocok jika di kenakan di rumah saat santai.
Namun, saat hendak mengambilkan pakaian dalam Damar, Nayla ragu dan tentunya malu. Dia menimbang-nimbang terlebih dahulu dan akhirnya mengambilkannya juga.
Nayla meletakkan semuanya di atas tempat tidur, lalu diapun keluar kamar menuju dapur untuk menemui Bi Luna.
Dia ingin menanyakan tentang kebiasaan dalam hal melayani Damar saat berada di ruang makan, agar nanti tidak kikuk dan Nayla harus mengetahui serta belajar sejak dini tentang keseharian calon suaminya itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
3 semprul
Nayla memang masih lugu Damar.....😂
2022-09-13
3