Saat Nayla masih asyik memandangi taman, ponsel di dalam tasnya berdering, ternyata dari Seyna.
Nayla buru-buru mengangkatnya, takut sang adik ketakutan karena kedatangan orang tak di kenal.
"Hallo Dek, apakah ada seseorang yang datang menjemputmu?" tanya Nayla.
"Iya Kak, aku takut. Katanya, dia akan membawaku menemui Kakak," ucap Seyna.
"Iya benar Dek, kamu jangan takut. Ikutlah dengan pengawal tersebut Dek, Kakak tunggu kamu di sini," ucap Nayla.
"Baiklah Kak, aku bersiap dulu ya."
"Oh ya Dek, tidak usah bawa banyak barang, disini semua sudah tersedia. Kamu bawa yang penting saja, terutama obatmu," ucap Nayla kepada Seyna.
Seyna pun mengangguk, lalu mengambil tas kecil dan memasukkan barang yang menurutnya penting, terutama ijazah.
Setelah selesai, Seyna mengunci pintu dan menitipkan kunci kepada tetangga terdekat, dia mengatakan jika akan ikut Nayla yang sekarang sedang bekerja di luar kota.
Beberapa orang ibu yang merupakan tetangga terdekat memeluk Seyna, mereka berharap Seyna dan Nayla akan segera kembali. Setelah berpamitan, Seyna pun naik ke dalam mobil yang pintunya sudah di buka oleh pengawal Damar.
Mobil melaju membelah jalanan yang siang ini masih lengang, tapi sebentar lagi jalanan bakal ramai oleh lalu lalang kenderaan orang yang pulang bekerja.
Seyna hanya diam sepanjang perjalanan, dia takut untuk berbicara dengan orang asing. Saat ini yang Seyna pikirkan adalah apa yang dikorbankan sang Kakak, kenapa sampai bisa tinggal di rumah orang kaya.
"Nona, tolong tutup kacanya! Saya akan menghidupkan AC mobil," ucap pengawal yang menyetir sembari melirik Seyna dari kaca spion.
"Iya Tuan," jawab Seyna.
"Panggil saja saya Rudi, saya cuma pengawal di rumah Tuan Damar."
"Siapa Tuan Damar? Kenapa Kak Nayla bisa tinggal di rumah Bos Anda?" tanya Seyna penasaran.
"Jadi Nona belum tahu, jika Kakak Anda akan segera menikah dengan Bos kami?" tanya Rudi.
"Tahu sih, cuma bingung saja, Bos Anda 'kan orang kaya, kenapa mau dengan Kakak, kami hanya dari kalangan miskin," tutur Seyna.
"Saya nggak tahu Non. Lagipula saya mana berani bertanya dan mencampuri urusan Bos. Nona bisa tanyakan langsung nanti kepada Kakak Anda."
"Iya, aku hanya penasaran saja. Aku tidak mau Kakak ku berkorban menghancurkan hidupnya, hanya demi uang untuk ku."
"Maksud Non?"
"Pasti ada kesepakatan yang kakakku lakukan," ucap Seyna sembari menarik nafas dalam.
Rudi melirik Seyna yang terlihat sedih dari kaca spion, dia menafsirkan perkataan Seyna bahwa sang Kakak saat ini tinggal di rumah Bos nya pasti untuk mendapatkan konfensasi uang demi menyelamatkan sang adik yang terlihat lemah dan sakit.
"Sudah Non, jangan sedih. Aku juga seorang Kakak. Aku juga pasti akan melakukan hal yang sama demi adikku jika di posisi kakakmu," hibur Rudi.
"Apakah rumah Bos kamu masih jauh?" tanya Seyna.
"Tidak Non, ini kita sudah memasuki area mansion dan itu pintu gerbangnya sudah tampak di ujung jalan ini."
"Oh, syukur deh," ucap Seyna lega. Ketakutannya ternyata tidak beralasan, pengawal yang menjemputnya ini memang benar suruhan sang Kakak dan benar sopan.
Mobil yang membawa Seyna sudah memasuki pelataran mansion dan Nayla langsung berlari menyambut kedatangan adik yang dia khawatirkan.
"Kamu baik-baik saja kan Dek? Kakak khawatir sejak tadi," tanya Nayla.
"Aku yang khawatir terhadap Kakak, kita tidak biasa tinggal di tempat seperti ini Kak!"
"Iya, kamu benar Dek. Kakak saja bingung mau ngapain di sini."
"Non! makan siangnya sudah disajikan, silahkan Non langsung ke ruang makan," ucap Bi Luna yang tiba-tiba saja datang di belakang Nayla.
"Oh iya Bi, terimakasih. Perkenalkan Bi, ini adik Saya Seyna," ucap Nayla.
Seyna pun mengulurkan tangannya kepada Bi Luna sembari berkata, "Aku Seyna Bi."
"Senang berkenalan dengan Anda Nona! Mari Non sekalian ke ruang makan. Den Damar sudah mengingatkan, kami tidak boleh telat menyajikan makanan buat kalian," ucap Bi Luna.
"Tenang saja Bi, kami sudah terbiasa telat makan, bahkan makan sehari sekali juga sering. Jadi Bibi nggak perlu takut, toh Tuan tidak ada di sini," jawab Nayla.
"Hush, Non jangan ngomong seperti itu, tembok di sini punya telinga dan mata lho Non! Walaupun Tuan jauh, tapi semua yang terjadi di sini, Tuan pasti tahu."
"Oh begitu ya Bi. Wah, bisa gawat jika begitu, padahal hidup kami terbiasa bebas. Kami tidak biasa terikat dengan berbagai aturan."
"Nanti Non Nayla akan banyak belajar di sini. Sore nanti seorang guru akan datang untuk mengajari Non dalam bersikap di mansion ini. Den Damar mau, Non menjadi gadis terpelajar, hingga bisa beliau perkenalkan kepada Tuan besar."
"Jika gadis terpelajar yang Bos inginkan kenapa malah memilih Saya Bi? 'kan malah membuat repot."
"Bibi juga tidak tahu Non, Bibi hanya menjalankan perintah saja."
"Ayo, silahkan di santap hidangannya Non, bibi mau kebelakang dulu."
"Bi, ayo kita makan bareng saja! Arkan kemana ya Bi?"
"Den Arkan sejak tadi balik ke kantor, biasanya dia pulang malam hari."
"Kalau begitu, Bibi saja yang ikut makan bareng kami."
"Maaf Non, tempat makan kami bukan di sini," ucap Bi Luna sembari berbalik akan meninggalkan ruangan makan.
"Kami juga Bi, tempat kami tidak di sini, jika Bibi tidak ikut makan, ya sudah kami juga nanti saja makannya."
"Jangan begitu Non, nanti Bibi kena marah, Den Damar pasti tahu lho Non!"
"Aku yang tanggungjawab Bi, karena aku yang ngajak," ucap Nayla sembari berdiri, menyiapkan kursi untuk Bi Luna.
"Aduh Non, Saya cuma pembantu, kenapa Non memperlakukan Saya seperti majikan. Ini tidak pantas Non."
"Bi, semua manusia itu sama. Kaya tidak menjadi ukuran bahwa mereka jauh lebih baik dari si miskin. Ayo, kita makan dulu!"
Nayla menyendok kan nasi ke piring Seyna lalu dia mengambilkan nasi buat Bi Luna. Bi Luna meneteskan air mata, bahkan anak kandungnya sendiri belum pernah melayaninya makan seperti yang dilakukan oleh Nayla.
"Kenapa menangis Bi? Apa aku telah menyinggung perasaan Bibi?"
"Tidak Non, justru Saya berterimakasih, Non telah memperlakukan Saya seperti Ibu, padahal anak saya tidak pernah melakukan hal ini," ucap Bi Luna sembari menghapus sisa air matanya.
"Mereka belum merasakan Bi, bagaimana kehilangan ibu. Nanti, mereka bakal menyesal karena tidak memperlakukan Bibi dengan baik."
Bi Luna terharu, ternyata pilihan Tuannya sangat tepat, walaupun gadis di hadapannya ini seperti gembel tapi hatinya sungguh mulia.
"Non Seyna kok diam saja, apa masakan di mansion ini kurang enak ya?"
"Tidak Bi, semua masakannya sangat enak, aku cuma bingung, mana duluan yang harus di makan."
Akhirnya Bi Luna dan Nayla tertawa, melihat Seyna yang sejak tadi cuma bengong, rupanya bukan karena dia tidak suka tapi karena bingung, mana yang harus dia dahulukan makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
wikha Sandra
krn prcya m arkan,arkan peecya dewo.knp mst dtnyk lg.
2024-05-31
0
Asri Angsela Melivina Potabuga
seyna ntar jodohx Arkan ni
2022-10-13
2
botak
oouu mnisnyaaaa
2022-10-08
1