"Nay! mencari siapa?" tanya Lila yang melihat Nayla celingukan.
Lila merupakan salah satu sahabat Nayla sewaktu berdagang di pasar. Orang tua Lila pedagang buah di sana, jadi setiap hari libur, Lila selalu membantu ibunya.
"Hei Lil, apa kamu melihat Dewo?" tanya Nayla.
"Iya Nay, tunggulah sebentar, Dewo sedang disuruh oleh ibuku, mengantar pesanan jeruk ke rumah makan yang ada di seberang pintu masuk pasar," ucap Lila.
Kemudian Lila bertanya, "Jadi, apa pekerjaan mu saat ini Nay?"
"Pengangguran Lil, makanya aku ingin ikut dengan Dewo menjadi kuli antar ataupun kuli panggul pun jadi, yang penting aku dapat uang untuk memenuhi kebutuhan kami," jawab Nayla.
"Memangnya kamu sanggup? pekerjaan itu berat lho Nay, apalagi untuk seorang gadis seperti mu," ucap Lila.
"Aku coba dulu Lil, daripada aku menganggur, nggak mungkin 'kan, aku mengemis, lebih memalukan. Sambil mencari batu lompatan untuk bekerja yang lain."
"Iya Deh, aku juga tidak bisa menolongmu Nay, dagangan ibu sepi. Bersyukur sajalah dengan kondisi sekarang, hampir semua orang mengeluh. Hidup semakin sulit, entah bagaimana masa depan kita kelak."
"Jalan satu-satunya cari suami orang kaya," ucap Nayla asal, sembari tertawa untuk menghilangkan kepenatan hati dan pikirannya.
Lila juga tertawa, lalu menjawab, "Kalau kamu mungkin saja bisa dapat pria kaya, wajah, postur tubuhmu dan kepintaranmu mendukung, nah aku! tidak mungkin mereka mau, aku bulat pendek dan juga pesek, ditambah lagi otak pas-pasan, lengkaplah kekuranganku," ucap Lila.
"Sudah deh, kita jangan menghayal terlalu tinggi, jika jatuh sakit. Aku pergi dulu ya, aku akan susul Dewo, hari ini aku harus kerja Lil, jika tidak adikku bakal kelaparan," ucap Nayla sembari melangkah dan melambaikan tangannya.
"Kasihan kamu Nay, keadaan telah membuatmu harus meninggalkan cita-cita demi bisa bertahan hidup," monolog Lila sembari menarik nafas dalam.
Jika jualan ibunya lancar, mungkin Lila bisa meminta ibu untuk menolong Nayla, agar bekerja di tempat mereka, tapi jualan ibunya belakangan juga sepi, apalagi sejak pemerintah memberlakukan PPKM.
Nayla bergegas menuju tempat di mana Dewo mengantar pesanan. Ternyata Dewo sedang mengantar pesanan lain, di tempat yang berbeda. Untungnya Nayla melihat Dewo, lalu dia memanggilnya.
"Wo, tunggu!" seru Nayla.
"Hai Nay," sapa Dewo sembari menurunkan barang yang dia bawa.
Kemudian Dewo bertanya, "Kamu mau kemana?"
"Wo, tolong carikan aku pekerjaan! menjadi kuli panggul seperti mu aku juga mau, yang penting hari ini aku bisa dapat uang buat beli makanan," ucap Nayla malu.
"Kamu mau kerja seperti ini Nay? Aduh, kumohon urungkan saja niatmu, aku saja rasanya hampir tidak sanggup, tapi apa boleh buat, hanya pekerjaan ini yang bisa aku dapatkan tanpa bermodalkan ijazah," ucap Dewo.
"Ku mohon Wo, minimal aku bisa membeli sesuatu untuk adikku. Aku tidak sanggup kembali tidak membawa apapun," ucap Nayla.
"Baiklah, ayo ikut aku! Mudah mudahan, setelah mengantarkan barang ini, kita akan mendapatkan job lagi," ucap Dewo.
Ternyata benar ucapan Dewo, belumdia menyelesaikan tugasnya, seorang pedagang telah memanggilnya. Dan Dewo pun segera berhenti dan menemui, ibu yang memanggilnya.
"Iya Bu, ada yang bisa aku bantu?" tanya Dewo.
"Wo, tolong antarkan kue ini ya, ke toko deretan sebelah kanan di ujung sana. Tokonya yang menjual perlengkapan sholat. Tapi secepatnya ya Wo, karena kue itu akan dibawa pergi oleh si pemilik toko dan ini buat upah kamu!" ucap si pemilik yang menyodorkan kue dan uang lembaran lima ribu rupiah.
"Baik Bu, oh ya Bu perkenalkan ini temanku dan dia yang akan membantuku mengantarkan kue itu, bagaimana Bu, apakah ibu berkenan?" tanya Dewo dengan sopan.
"Oh ya, nggak apa-apa Wo, yang penting amanah ibu sampai dengan baik kepada si pemesan."
"Terimakasih ya Bu," ucap Nayla.
Pedagang kue itupun memberikan kue serta uang upahnya kepada Nayla, sembari berkata, "Hati-hati membawanya ya Dek!"
Iya Bu, saya akan berhati-hati. Sekali lagi terimakasih Bu," ucap Nayla sembari menjunjung uang lima ribu pemberian ibu tersebut.
Kemudian Nayla mengucap syukur atas rezeki pertama yang dia dapatkan.
Dengan senang Nayla bergegas melaksanakan tugasnya, Dewo pun tersenyum melihat Nayla melakukan pekerjaannya dengan ikhlas dan bersungguh-sungguh. Untung saja tugas pertamanya tidak lah berat, seperti yang biasa Dewo lakukan.
Tugas pertama selesai Nayla kerjakan, lalu rezeki datang lagi ketika dia hendak pergi dari toko kain tersebut, Bos toko kain meminta tolong, agar Nayla mengantarkan gulungan kain ke toko yang ada di deretan pertokoan tidak jauh dari tempat tersebut.
Dengan senang hati, Nayla menerima tugas tersebut, kembali Nayla mendapatkan upah sesuai berat ringan tugas yang para bos berikan. Nayla pun menerima upah sebesar sepuluh ribu rupiah untuk tugas keduanya itu.
Setidaknya saat ini Nayla sudah bisa membelikan sebungkus nasi ramas untuk adiknya.
Nayla rela melakukan pekerjaan apa saja termasuk sebagai kuli panggul di pasar, asal sang adik bisa makan dan berobat.
Kerasnya kehidupan yang Nayla jalani, saat ini membuatnya lebih berani, lebih kuat dalam menghadapi apapun, sekalipun dia musti melawan preman pasar yang mencoba mengganggu pekerjaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
botak
emang bner dampak covit bgtu dahsyat...semuaa kena imbas
2022-10-08
2
Anonymous
jd teringat awal covid melanda kita...😭😭
2022-10-02
2
retno palupi
Bikin yg banyak part nya kak
2022-09-26
0