Kedua pelayan muda yang iri terhadap kehadiran Nayla, melihat kearah ruang makan dengan tatapan tidak senang. Apalagi saat melihat Bi Luna malah akrab layaknya ibu dan anak.
"Huh, enak sekali mereka. Gembel sok mau jadi orang kaya!" ucap Bety.
"Iya, aku pun tidak sudi jika di minta Bi Luna untuk melayani kebutuhan mereka," ucap Tisa.
"Hooh, aku juga. Bagaimana jika kita buat mereka agar tidak betah tinggal di sini, mumpung Tuan Damar dan Tuan besar belum pulang," ajak Bety.
"Tapi, bagaimana jika Tuan Arkan tahu? Bisa dipecat kita Bet, mana mencari pekerjaan sekarang susah," ucap Tisa.
"Ya, kita harus berhati-hati, jangan sampai ada yang tahu, apalagi Bi Luna. Dia 'kan pelayan setia di sini. Hidup matinya hanya untuk mengabdi kepada Tuan besar dan Tuan Damar," ucap Bety lagi.
"Oke lah Bet, kita mulai dari adiknya. Sepertinya, kondisi adiknya lemah, dia penyakitan, jadi lebih mudah untuk mengerjainya.
"Iya, kamu benar Tis. Sekarang kita kerjakan dulu tugas kita, baru atur rencana," ucap Bety.
"Yuk, menyingkir sebelum Bi Luna melihat kita. Bisa gagal rencana kita bila beliau tahu," ucap Tisa lagi.
Lalu keduanya pergi ke halaman belakang, mereka bertugas mengangkat pakaian yang sudah kering serta menyeterikanya.
Sementara, Bi Luna yang sayup-sayup tadi sempat mendengar kedua pelayan itu bergunjing tentang calon Nyonya mereka, hanya bisa menggelengkan kepala.
Bety dan Tisa tidak pernah berubah, mereka selalu saja iri dengan pendatang baru di mansion itu, termasuk pelayan baru yang sekarang ikut dengan Damar mendampingi Tuan Besar berobat.
"Non, silahkan balik ke kamar, sebentar lagi pelayan akan membantu Nona Nayla mandi dan perawatan ala spa," pinta Bin Luna.
"Apa Bi? Aku bisa mandi dan luluran sendiri, jadi tidak perlu orang untuk membantuku mandi. Aku malu, mereka pasti akan mentertawakan aku yang seumur hidup tidak pernah melakukan perawatan spesial," ucap Nayla.
"Itu sudah perintah Tuan, Non. Kita jangan berani membantah."
"Baiklah Bi, aku tunggu di kamar." ucap Nayla.
"Ayo Dek, Aku antar ke kamar, kamu harus istirahat. Aku harus kembali ke kamar Tuan Damar," ucap Nayla sembari menggandeng Seyna naik ketangga dan melewati kamarnya.
Seyna takjub melihat kamar yang disiapkan untuknya, "Wow, kamar ini sangat besar dan indah sekali Kak. Satu kamar saja besarnya hampir sebesar rumah kita, pasti kamar Kakak lebih besar dari kamar ini. Lihat Kak! semua fasilitas ada, bahkan kulkas dan TV juga ada di kamar. Rasanya seperti mimpi ya Kak, kita bisa tinggal di rumah yang seperti istana."
"Iya Dek, Aku juga tadinya berpikir seperti itu. Apalagi di kamar Tuan Damar, Aku sampai takut saking luasnya dan banyak lukisan klasik. Tapi dari kamar Tuan bisa langsung melihat taman serta kolam renang, indah sekali, jadi aku bisa terhibur," ucap Nayla.
Saat mereka asyik mengobrol, pintu kamar di ketuk seseorang, "Masuk!" ucap Nayla.
Ternyata seorang pelayan yang datang. "Non, Bi Luna meminta Saya untuk meminta Non kembali ke kamar Tuan, karena Non harus segera melakukan perawatan."
"Baiklah, Kakak," ucap Nayla.
"Nama Saya Airani, panggil saja Aira, Non."
"Oke Aira, aku segera kembali ke kamar."
"Saya permisi ya Non," pamit Aira.
Setelah Aira pergi, Nayla pun pamit kepada adiknya. "Dek, kamu mandi dulu dan itu di dalam lemari, mereka sudah menyiapkan pakaian untukmu. Aku balik ke kamar dulu ya."
"Iya Kak."
Nayla pun kembali ke kamar Damar, di depan pintu sudah menunggu dua orang pekerja Spa yang akan melayaninya melakukan perawatan tubuh.
"Selamat sore Nona!" ucap keduanya sembari membungkuk.
"Panggil saja aku Nayla, sepertinya kita sebaya," ucap Nayla.
"Maaf Non, kami tidak berani sembarangan memanggil. Non adalah calon Nyonya di rumah ini, jadi kami harus mengikuti aturan dalam panggilan."
"Ah, kalian bisa saja. Aku hanya orang biasa, toh calon suamiku sedang tidak di tempat, kita akan lebih nyaman jika saling panggil nama."
"Baiklah Non, eh..."
"Nayla, panggil aku Nayla."
"Aku Salsa dan ini temanku Billa."
"Salam kenal Nay," sapa Billa.
"Nah, begitu lebih enak di dengar. Mari silahkan masuk," ajak Nayla.
"Tunggu Non!" ucap Bi Luna yang baru tiba.
"Ada apa Bi?"
Perawatannya di lakukan di kamar dekat balkon saja Non. Bibi lupa, Den Damar tidak suka orang lain memasuki kamarnya. Selama ini tidak ada yang berani masuk terkecuali Non Nayla, Saya, Arkan dan Aira. Aira adalah satu-satunya pelayan muda yang boleh masuk untuk membersihkan kamar Aden setiap harinya. Aira itu adiknya Den Arkan lho, Non," ucap Bi Luna.
"Oh, pantas Bi. Mereka ada kemiripan wajah, cuma bedanya Aira sangat ramah, sedangkan Tuan Arkan sangat dingin. Seram wajahnya, hingga aku sedikit takut Bi, jika berhadapan dengan dia," ucap Nayla jujur.
"Non nggak perlu takut, Den Arkan itu sangat baik, dia orang kepercayaan Tuan besar dan juga Den Damar."
"Ayo, Bibi antar kesana, biar perawatannya bisa segera di mulai. Handuk dan lainnya nanti, Bibi minta Aira untuk mengantar ke sana," ucap Bi Luna sembari berjalan menuju kamar yang dia maksud.
Kamar itu ternyata tidak kalah besarnya dari kamar Seyna. Setelah Bi Luna pergi, Salsa dan Billa mempersiapkan semua bahan yang mereka butuhkan, lalu mereka masuk ke dalam kamar mandi, menyiapkan air hangat serta minyak aromaterapi.
Sebelum Nayla mandi, keduanya meminta Nayla untuk menggunakan kain lepas sebagai penutup tubuh dan Salsa memintanya agar berbaring telungkup, mereka akan memulai pemijatan dan perawatan yang lain, termasuk manicure pedicure, serta perawatan rambut.
Awalnya Nayla malu, karena dia merasa kulitnya sangat kasar sebab Nayla tidak pernah melakukan perawatan.
Namun, hal itu tidak dipermasalahkan oleh Salsa dan Billa, justru merupakan tantangan bagi mereka untuk membuat kulit Nayla menjadi putih, mulus dan lembut.
Mereka juga melakukan perawatan untuk bagian **** *****, agar bersih serta harum, terutama sehat.
Perawatan memakan waktu sekitar 3 jam hingga Nayla tertidur. Salsa dan Billa dengan sabar, menunggu hingga Nayla terbangun untuk memintanya mandi.
Kini tubuh Nayla terasa sangat segar serta wangi rempah, sangat berbeda rasanya dengan sebelum perawatan. Rambut Nayla yang lurus dan panjang sampai mata kaki juga menjadi tertata rapi serta indah mengkilap. Wajahnya juga menjadi kinclong alami dan berseri walau tanpa make-up.
Damar berpesan kepada Bi Luna agar Nayla di rumah, tidak usah memakai make-up, dia lebih senang wanita alami tidak seperti mantan istrinya dulu yang selalu berdandan menor bak artis papan atas. Paling, nanti saat Damar mengajaknya untuk menghadiri acara, barulah dia memperbolehkan Nayla bermake-up senatural mungkin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Asri Angsela Melivina Potabuga
rambut panjang sampai mata kaki?
2022-10-13
1