"Kamu kenapa sedih Aira?" tanya Nayla.
"Aku tidak sedih kok Nay, aku senang jika kamu nanti bisa membuat Bos Damar bahagia," jawab Aira.
"Tapi Aira, aku hanya terikat pernikahan sampai bisa memberikan keturunan untuk Tuan. Setelah itu, Tuanmu akan menceraikan aku dan memberikan konfensasi uang yang sangat banyak," jawab Nayla sembari tetap fokus pandangannya ke wajah Aira. Karena Nayla yakin, ada sesuatu yang Aira sembunyikan darinya.
"Iya, aku tahu. Bos kecewa dengan pernikahannya yang dulu," ucap Aira sembari menutup mulutnya.
"Kenapa?"
"Maaf Nay, aku tidak bisa menjelaskannya. Ayo, kita pulang! Nanti Bi Luna mencari kita, bukankah sebentar lagi waktunya sarapan dan aku harus membersihkan kamarmu," ucap Aira mengalihkan pembicaraan sambil menarik lengan Nayla untuk mengajaknya pulang.
"Tunggu! kamu belum menyelesaikan ceritamu, aku penasaran Aira," cegah Nayla.
"Nanti, kamu pasti akan tahu dan mungkin Bos sendiri yang akan mengatakan semuanya, itupun jika kamu bisa memahaminya. Yang bisa aku katakan, Bos Damar orang yang baik, terpulang ke kamu, apa kamu bisa menyembuhkan lukanya atau tidak. Aku baru mengenalmu Nay, aku tahu kamu gadis baik. Aku mohon bahagiakanlah Bos Damar walaupun waktunya hanya sebentar," ucap Aira sembari mengatupkan kedua tangannya.
Nayla tidak mengerti kenapa Aira melakukan hal itu, tapi dia memang bertekad akan membahagiakan orang yang menjadi suaminya kelak, terlepas itu Damar ataupun pria lain.
Jika memang nasib rumah tangganya nanti berakhir hanya sebatas waktu yang di janjikan, mungkin itu adalah takdir. Takdir yang sudah digariskan oleh sang pencipta.
Namun, Nayla akan berjuang untuk mempertahankannya jika kelak Damar juga menginginkan hal itu, meskipun Nayla belum mengenalnya untuk saat ini.
"Ayo Nay, cepat kita pulang. Lihatlah! Itu abang, mungkin dia di minta Bi Luna untuk mencari kita."
Memang benar yang dikatakan oleh Aira, Arkan datang membawa mobil. Lalu dia berhenti di hadapan kedua gadis itu dan berkata, "Kenapa kamu membawa Nona sampai sejauh ini Dek? Ayo kita pulang! Nona harus sarapan dan sebentar lagi Nona harus belajar."
"Belajar apa Tuan?" tanya Nayla.
"Panggil saja, Arkan. Hanya Bos yang pantas Anda panggil Tuan," pinta Damar.
"Bagaimana jika aku panggil Abang, sama dengan Aira. Bolehkah? sebab tak sopan memanggil yang lebih tua dengan sebutan nama saja," tanya Nayla.
"Terserah, asal jangan Tuan," jawab Arkan.
Nayla tersenyum, setidaknya dia akan bisa lebih dekat dengan Arkan dan menghilangkan rasa canggung dan takutnya.
"Oh ya Bang, memangnya aku harus belajar apa?" tanya Nayla kembali.
"Naiklah dulu! Aku akan menjelaskannya di atas mobil," pinta Arkan.
Nayla dan Aira pun naik, lalu Arkan mulai menjelaskan bahwa Nayla harus mendapatkan ijazah Sekolah Menengah Atasnya, untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang universitas.
"Apa! Aku tidak salah dengar Bang? Apa ini perintah Bos?"
"Ya iyalah, aku mana mungkin menguliahkan kamu, sementara adikku sendiri tidak sanggup aku kuliahkan," ucap Arkan.
"Padahal, angan dan harapanku untuk kuliah sudah aku kubur dalam-dalam, tapi sekarang Bos memberikan aku kesempatan itu. Terimakasih ya Bang, semua ini berkat bantuan dari Abang dan Dewo," ucap Nayla.
Kemudian Nayla melanjutkan ucapannya, "Bang, ngomong-ngomong soal Dewo, apakah aku boleh menjenguk ibunya? Aku juga akan berterima kasih kepada Dewo atas semua ini."
"Aku tidak bisa memutuskan, nanti aku coba mintakan izin dulu ke Bos, apa kamu boleh keluar dari mansion atau tidak," jawab Arkan.
"Aku bersama Aira bang, jadi kalian tidak perlu takut."
"Bukan masalah itu, saat ini musuh Bos mungkin saja sudah ada yang mendengar dan mendapatkan info tentang kamu, makanya kami tidak mau ambil resiko. Hanya Bos yang berhak membawamu keluar dari mansion," ucap Arkan.
"Memangnya Bos kalian memiliki banyak musuh?" tanya Nayla bingung.
"Hemm," jawab Arkan dengan berdehem.
"Susah ternyata ya hidup menjadi orang kaya. Kebebasan mahal harganya. Tidak seperti kami, walaupun rentenir mengejar-ngejar tapi kami masih memiliki kebebasan untuk menikmati hidup, bukan seperti di sini yang semua serba di atur," ucap Nayla asal.
Arkan memandang tajam ke arah Nayla, hingga membuat Nayla tertunduk, "Maaf, maafkan aku Bang, jika aku lancang berbicara."
"Kamu tidak suka di sini?" tanya Arkan.
"Bukan begitu Bang, hanya terkejut dan jelas tidak terbiasa."
"Kamu menyesal atau mau mundur dari perjanjian?" tanya Arkan lagi.
"Apa aku punya pilihan Bang? kesehatan adikku lebih utama dibandingkan apapun, termasuk nyawaku. Abang pasti paham, karena Abang juga memiliki Aira."
"Arkan terdiam, dia mengakui ucapan Nayla. Arkan juga akan melakukan hal yang sama, jika dia dalam posisi Nayla."
"Ayo turun!" pinta Arkan. Lihat! Bi Luna khawatir gara-gara kalian!"
Benar kata Arkan, mereka melihat Bi Luna berdiri di depan pintu, menunggu kedatangan mereka.
Bi Luna menarik nafas lega, saat kedua gadis itu menghampirinya.
"Maaf Bi, kami telah membuat Bi Luna khawatir," ucap Nayla.
"Lain kali jangan pergi terlalu jauh ya Non? walaupun masih di lingkungan mansion. Karena kami tidak bisa menjamin keselamatan Non. Dan kamu Aira, ingat peraturan kita di sini!" ucap Bi Luna.
"Iya Bi, maaf."
Arkan cuma diam, melihat sang adik di tegur oleh Bi Luna, karena dia tahu, Aira memang salah. Aira dan Nayla di dalam mansion adalah tanggung jawab Bi Luna. Jika sempat terjadi apa-apa, maka Bi Luna lah orang pertama yang akan di mintai pertanggungjawaban.
"Ayo bersihkan tubuh Nona, pelayan sudah menyiapkan sarapan. Dan kamu Aira, bersihkan tubuhmu dan ajak Nona Seyna turun untuk makan," perintah Bi Luna.
"Baik Bi," ucap keduanya.
"Den, ayo ikut ke ruang makan, sarapan Aden juga sudah Bibi siapkan di sana."
"Terimakasih Bi, sebentar lagi aku kesana, ada yang mau ku kerjakan dulu," jawab Arkan.
Arkan kemudian pergi ke kamarnya, lalu dia menelepon Damar untuk memberitahu jika Nayla telah kembali. Lalu dia memberikan informasi jika sebentar lagi guru akan datang untuk mengajar gadis itu.
"Bos, bagaimana keadaan Tuan besar?" tanya Arkan.
"Masih belum banyak perubahan, tapi dokter masih mengupayakan pengobatan dengan cara lain," jawab Damar.
"Baiklah Bos, salam untuk Tuan besar. Bos harus sabar, mudah-mudah Tuan besar segera pulih. Mengenai urusan di sini, Bos jangan khawatir, semua cabang bisnis kita sudah mengirimkan laporannya. Aku masih fokus memeriksa laporan mereka dan sekitar dua hari lagi, aku akan mengadakan kunjungan ke masing-masing cabang," terang Arkan.
"Terimakasih Arkan, aku percayakan semuanya kepadamu. Satu hal lagi, pantau terus pergerakan wanita ular itu bersama selingkuhannya. Aku sudah tidak sabar ingin membalas perbuatan mereka," ucap Damar sambil mengepal kedua tangannya.
Arkan pun mengakhiri panggilan setelah berjanji kepada Damar untuk menjalankan semua perintahnya dan segera bergegas menuju ruang makan untuk sarapan bersama yang lain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Lina Katarina
semoga masalah yg di hadapi Nayla semua teratasi , demi sang adik,, Nayla rela berkorban jiwa dan raga 👍👍
2024-06-01
0
Ema Ema
suka sekali sama cerita author, keren pokoknya. sekarang sudah aq kasi favorite. yg semangat ya🙏🏻💪🏻💪🏻💪🏻
2022-10-02
1
Saudah14
permulaan yang bagus sih menurut aku
semangat author
2022-09-25
2