Seperti biasanya, Nayla dan Seyna bangun pada subuh hari, melaksanakan ibadah, lalu Nayla membersihkan rumah dan Seyna berolah raga ringan, menggerak-gerakkan kaki serta tangan sembari menghirup udara pagi di halaman rumah mereka.
Nayla memang melarang Seyna yang ingin membantu mengerjakan pekerjaan rumah, karena dia tidak ingin kondisi adiknya ngedrop karena kelelahan.
Nayla yang sudah selesai membersihkan rumah, lalu pergi ke sungai untuk mencuci pakaian dan Seyna berolah raga sembari menemani sang Kakak bersama beberapa orang tetangga yang juga datang untuk melakukan pekerjaan yang sama.
Memang sejak dulu sungai selalu di manfaatkan oleh warga di lingkungan Nayla untuk mencuci dan mandi.
Airnya yang jernih serta bebas polusi sampah, membuat para warga tidak takut untuk memanfaat air sungai sebagai sarana kebersihan mereka.
Saat ini, di sana terlihat beberapa orang gadis sedang bercengkerama sambil mandi, sedangkan Nayla buru-buru menyelesaikan tugas mencuci karena ingin segera menyiapkan sarapan dan pergi bekerja.
Nayla bergegas membilas pakaian, lalu pamit kepada para gadis serta ibu-ibu yang belum selesai melakukan pekerjaannya.
"Kenapa terburu-buru Nay? bukankah hari masih terlalu pagi?" tanya salah seorang ibu.
"Iya Bu, aku belum memasak untuk Seyna dan pagi ini juga harus ke pasar untuk bekerja," jawab Nayla.
"Oh, syukurlah jika kamu sudah mendapatkan pekerjaan. Semoga selalu di beri kelimpahan rezeki ya Nay," doa sang ibu.
"Terimakasih Bu, aku pamit dulu ya Bu. Oh ya Bu, sekaligus mau minta tolong, aku titip Seyna ya Bu. Soalnya sekarang, aku jarang di rumah, hanya takut terjadi apa-apa, sementara dia sedang sakit dan hanya sendirian di rumah," pinta Nayla.
"Iya Nay, kamu jangan khawatir. Jika Seyna mau, boleh kok tinggal di rumah ibu selagi kamu tidak di rumah, biar dia punya teman ngobrol."
"Terimakasih sekali lagi atas tawarannya Bu, kalau aku terserah Seyna saja," ucap Nayla.
Kemudian Nayla pun bergegas kembali ke rumah sedangkan Seyna sudah pulang lebih dulu.
Nayla menjemur pakaian, lalu memasak sarapan sekaligus nasi serta sambal untuk makan siang Seyna saat dia tidak di rumah.
Tanpa merasa lelah sedikitpun, Nayla telah menyelesaikan semua pekerjaannya. Kemudian diapun bergegas mandi dan bersiap pergi bekerja.
Setelah pamit dengan Seyna, Nayla pun pergi ke pasar untuk bekerja dan dia telah mengatakan kepada Seyna, mungkin nanti akan pulang telat karena ada urusan yang harus Nayla selesaikan.
Nayla sedang menunggu angkot saat melihat seorang ibu tua memakai tongkat sedang maju mundur ingin menyeberang jalan. Pagi ini lalu lintas memang sangat ramai, kenderaan berlalu lalang tak henti hingga membuat ibu tua itu kesulitan untuk menyeberang.
Karena iba dan rasa tanggungjawab kepada orangtua, membuat Nayla mengurungkan niatnya untuk naik ke dalam angkot, padahal angkot tujuan pasar sudah berhenti di hadapannya.
Nayla membantu sang ibu, menuntunnya sambil bertanya, "Ibu mau kemana? Kenapa berjalan sendirian sementara lalu lintas begitu ramai?"
"Ibu mau pergi ke klinik Nak, di rumah tidak ada orang, semua sudah pada berangkat bekerja dan pergi ke sekolah," jawab Sang ibu.
"Ibu sakit?"
"Tidak, ibu hanya kesepian di rumah. Lebih baik ibu berada di klinik bisa terhibur, ngobrol bersama para pasien di sana dan melihat dokter tampan serta baik," jawab sang ibu.
"Oh gitu ya Bu. Baiklah, ayo saya bantu menyeberang," ucap Nayla.
Tapi saat Nayla masih berjalan beberapa langkah sambil menuntun sang ibu, dia sempat lengah ketika sebuah mobil mewah meluncur kencang hampir menyerempet mereka.
Nayla berteriak, "Hei! lihat-lihat dong! Jangan mentang-mentang kalian orang kaya, seenak hati saja melaju di jalanan!"
Mobil tersebut pun melambat dan mundur mendekati Nayla dan berhenti tepat di depannya. Kemudian, kaca depan perlahan terbuka dan terlihatlah Pak sopir menyembulkan kepalanya dari jendela.
Nayla yang melihat ibu tua itu gemetar, emosinya tersulut, lalu dia marah-marah kepada Pak Sopir. Sementara Pak Sopir sudah berusaha meminta maaf, tapi Nayla tetap saja mengomel.
Pak Sopir pun turun dan berniat memberikan uang kepada sang ibu, tapi Nayla malah tidak terima. Menurutnya, orang kaya seenak hati menilai semua dengan uang.
Pak Sopir bingung menghadapi sikap Nayla, minta maaf sudah, mau di beri uang, bukannya di terima malah semakin marah, sedangkan dia harus buru-buru mengantar Bos nya pulang.
Hal itu membuat orang yang ada di dalam mobil kesal, lalu diapun turun, hingga membuat Pak Sopir merasa tidak enak.
"Ada apa ini!" tanya seorang pria tampan berkaca mata hitam dengan memakai setelan jas dan sepatu mengkilap, yang turun dari dalam mobil mewah tersebut.
Nayla terkejut, tapi dia tidak takut sedikitpun, lalu dia berkata, "Hei Tuan! Tolong beritahu Sopir Anda, lihat-lihat dong jika mengemudi, untung saja kami tidak tertabrak dan jangan seenak hatinya mau memberi kami uang tutup mulut. Apa kalian pikir dengan uang semua bisa selesai dan suara kami bisa kalian beli?" tanya Nayla.
"Begini saja Nona, kami sudah berniat baik, tapi kamu malah menolak, apa memang pemberian sopir saya kurang banyak? Jika begitu, ini kartu nama saya. Temui saya di kantor dan kita akan selesaikan semuanya di sana sesuai kemauan Anda," ucap pria tampan tersebut sambil menyerahkan sebuah kartu nama ketangan Nayla dengan kesal.
Nayla marah dan melemparkan kartu nama tersebut, lalu berkata, "Ternyata Tuan lebih sombong, ambil ini! Kami tidak butuh uang Anda. Hanya sekedar meminta maaf saja kepada Ibu ini, kalian tidak bisa mengatakannya dengan tulus.
"Ayo Bu! kita pergi dari sini, tidak ada gunanya berdebat dengan orang kaya, kita tidak akan pernah menang," ajak Nayla sembari menuntun sang ibu untuk menyeberang jalan, tanpa menghiraukan kerumunan orang-orang yang mulai berdatangan dan kasak kusuk ingin tahu tentang pertengkaran tersebut.
Tuan tampan itu hanya menggelengkan kepala, lalu dia berkata kepada Pak Sopir untuk melanjutkan perjalanan mereka. Tapi sebelumnya, pria tampan itu meminta Pak sopir untuk segera menyelidiki latar belakang Nayla, yang sudah sangat berani berbicara kasar terhadap mereka.
Pemuda tampan itupun meminta pak sopir pergi meninggalkan tempat tersebut setelah memastikan, Nayla dan ibu yang hampir mereka serempet telah sampai ke seberang.
Melihat mobil mewah itu pergi, Nayla semakin marah. Dia berteriak sembari berkata, "Dasar orangkaya tidak punya hati!"
"Sudahlah Nak, toh mereka tadi berniat baik, mau bertanggung jawab, lagipula kita tidak ada yang terluka. Kamu jangan marah lagi ya! Nanti lekas tua," ucap sang ibu sembari tersenyum.
"Iya Bu, tapi mereka harus di lawan, kalau tidak, lain kali mereka pasti akan berbuat yang lebih semena-mena terhadap orang lain."
"Terimakasih ya Nak, sudah mau menolong ibu. Kamu mau pergi bekerja bukan? Cepatlah, nanti kamu terlambat," ucap Ibu tua.
"Sama-sama Bu. Hati-hati ya Bu, Saya pergi dulu," ucap Nayla sembari melambaikan tangan.
Nayla pun kembali ke seberang, menyetop angkot tujuan pasar yang kebetulan lewat. Dia naik, lalu kembali memperhatikan ibu tua itu dari kaca jendela angkot hingga bayangan ibu itu menghilang di balik ramainya lalu lalang kenderaan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Marlialeeya
nayla si pekerja keras
2023-09-20
0
Asri Angsela Melivina Potabuga
aneh si Nayla,,mereka toh gk marah2 mlh mw tanggung jwb,,,hadehhh alayyy
2022-10-13
3
3 semprul
jangan " bos nya Arkan...
2022-09-13
5