Mata Syera langsung melihat sepatu pantofel hitam yang dikenakan orang yang sedang berdiri di hadapannya. Ia menengadah keatas dan seperti dugaannya, Leo-lah yang berdiri itu.
Sigap Syera menghapus air matanya agar tidak terlihat oleh Leo dan mengatur nafasnya. Perlahan ia mengangkat tubuhnya, dengan seluruh kekuatan yang dia punya Syera berdiri tepat menghadap Leo.
"Motornya," ucap Syera menggantung.
"Hancur!"
Begitu mudah Leo mengatakan keadaan motor yang ada di belakangnya itu.
Tangan kiri dimasukan Leo ke dalam saku celana kainnya. Sambil mengunyah permen karet di mulutnya, Leo menunjuk sesuatu yang berada tak jauh dibelakang Syera.
Mata Syera mengikuti arah telunjuk Leo. Di Sana, sekitar seratus meter dari posisi mereka berdiri terparkir sebuah buldozer.
Tanpa perlu dijelaskan Syera mengerti apa yang dimaksud Leo. Motor pemberian Fandy hancur akibat dilindas oleh benda berat itu.
"Yang bukan milikku tidak boleh berada disini. Itu sudah lebih dari cukup sebagai peringatan bukan?"
"Tapi itu bukan motorku," suara Syera melemah. "Itu dikasih pinjam kak Fandy."
"Ck. Dia lagi." Leo membuang permen karet di mulutnya dan hampir saja mengenai rambut Syera. "Apa pakaian yang kau gunakan juga dari dia, atau isi dompetmu juga dari dia?"
Syera mengangkat kepalanya keatas agar air matanya tidak terjatuh.
"Sepertinya posisinya saat ini masih kurang rendah untuk mengerti apa yang seharusnya dia lakukan."
Leo merogoh saku celananya dan mengeluarkan gawainya. Ia menghubungi sekretarisnya, Bima.
"Bukankah bagian front office perusahaan butuh satu pria?" tanya Leo memastikan.
"Iya tuan," jawab Bima dari seberang telepon.
Percakapannya dengan Bima sengaja dibuat Leo dengan mode speaker agar dapat di dengar Syera.
"Katakan pada bagian HRD jika aku sudah punya orang yang tepat untuk posisi itu."
"Baik, tuan. Kalau saya boleh tahu, dia itu siapa tuan?"
"Tidak jauh, dia juga karyawan di perusahaan kita. Seseorang dari bagian sales marketing."
"Cukup!" Syera sedikit mengangkat suaranya. Tak perlu diperpanjang lagi Syera tahu siapa pria yang dimaksud Leo. Syera mengambil ponsel dari tangan Leo dan memutus sambungan telepon dan mengembalikan benda itu lagi ke telapak tangan Leo.
"Berhenti menyakiti orang-orang di sekitarku. Kalau marah, marah pada saya saja, jangan ikut melampiaskan kemarahan tuan akan saya pada yang lain. Mereka tidak ada hubungannya dengan apa yang terjadi beberapa tahun lalu. Jadi tolong berhenti," mohon Syera.
"Bagus jika kau menyadarinya."
"Jangan lakukan apapun lagi pada kak Fandy. Saya mohon kembalikan posisinya seperti semula."
"Tidak ada untung atau ruginya aku melakukan itu," ucap Leo menyunggingkan senyum.
"Saya pergi. Terimakasih untuk keluarga Suntama yang sudah mau menampungku selama ini. Terimakasih, tuan."
"Ini bukanlah untuk pertama kalinya kau berkata seperti ini."
Syera memberanikan diri mengangkat kepala dan menatap lekat mata Leo. Kedua pasang netra mereka bertemu, cukup lama mereka saling menatap satu sama lain.
"Terimakasih. Saya pergi."
Syera berbalik, begitu cepat langkahnya menyeberangi jalan tak lama ia menaiki sebuah angkot dan membawanya pergi dari sana.
..........
Satu persatu Syera memasukkan pakaiannya ke dalam sebuah koper kecil. Meski belum tahu akan pergi dan tinggal dimana namun Syera sudah memutuskan keluar dari rumah itu.
Sudah cukup untuknya berada di sana dan sudah saatnya ia pergi. Syera hanya memasukkan pakaiannya dan beberapa barang-barang kecil yang dia butuhkan, selebihnya ia masukan dalam kardus dan menaruhnya ke dalam gudang dibelakang rumah.
Ia membersihkan isi kamar, menyapu dan mengepelnya. Hanya kasur, bantal dan selimut yang tersisa dan itu pun ia lipat dan susun dengan begitu rapi.
Setelah dirasanya selesai, ia menarik kopernya dan mengunci pintu kamar. Ia berjalan menuju lantai atas dan mengetuk salah satu pintu kamar di sana.
Tok... Tok... Tok...
Syera mengetuk pintu kamar mama Mila untuk pertama kalinya selama ia tinggal di sana.
"Tante... Syera boleh ketemu dan bicara sebentar?" pinta Syera.
Tok... Tok... Tok...
Kembali ia mengetuk pintu di hadapannya berharap si pemilik kamar keluar dan mau menemuinya. Sayangnya harapannya sia-sia.
Air mata Syera tak dapat terbendung lagi, ia menangis menempelkan telapak tangannya di daun pintu.
"Tante... Maaf untuk apa yang sudah terjadi. Maaf kalau sudah nyusahin keluarga Suntama selama tinggal disini," isak Syera. "Makasih sudah izinin Syera tinggal disini. Terimakasih buat semuanya. Syera sayang sama tante Mila," ucapnya semakin terisak.
"Syera pergi. Syera pamit, tante."
Syera turun ke bawah, saat melewati ruang tamu ia melihat sebuah foto keluarga yang berukuran cukup besar menempel di dinding.
Ia tersenyum memandangi foto tersebut. Sepasang suami istri dan dua anak laki-laki tersenyum dalam foto yang dipandanginya itu.
"Maaf," lirih Syera.
Kembali ia berjalan ketempat dimana kopernya berada. Ia memakai ransel di punggungnya dan menarik koper menuju pos satpam dimana pak Asep dan bibi Retno sedang mengobrol.
"Syera pamit ya, bi. Pak Asep, Syera pamit ya," ucap Syera mengulas senyum pada mereka.
"Kamu yakin mau pergi, nak?" tanya bibi Retno.
Syera menganggukkan kepalanya.
"Sudah pamit sama ibu Mila?"
"Sudah, bi."
Bibi Retno memeluk Syera. Wanita itu sangat menyayangi Syera dan sudah menganggapnya seperti putrinya sendiri. Segala keperluan Syera selama tinggal di sana, dialah yang membantu untuk mengurusi dan suaminya pak Asep selalu setia mengantarnya ke sekolah saat masih SMP dulu.
Apa boleh dibuat dan dikata, mereka hanya pelayan di sana. Mereka tidak punya hak dan kuasa menahan seseorang di rumah itu.
Sepasang suami-istri itu melambaikan tangan mereka pada Syera saat tukang ojek membawanya pergi dari sana.
..........
Di kamarnya mama Mila berdiri menyaksikan seorang gadis pergi membawa ransel dan koper. Dari jendela kamarnya ia melihat Syera meninggalkan rumahnya.
Tanpa sadar ia menitikkan air mata. Buru-buru ia menghapusnya dan duduk di sisi ranjang.
Saat Syera mengetuk pintu kamar dan berbicara padanya dengan menangis ia mendengarnya. Sejujurnya ia ingin membuka pintu dan menemui Syera namun entah mengapa kakinya terasa begitu berat untuk melangkah. Hati dan pikirannya masih belum dapat ia selaraskan.
Mama Mila meraih ponsel di atas meja riasnya dan menghubungi seseorang.
"Halo, ma?" sapa Leo dari seberang telepon.
"Apa kamu mengusirnya?" tanya mama Mila langsung.
"Maksud mama?"
"Dia sudah pergi."
Leo yang sedang sibuk dengan dokumen-dokumen penting ditangannya mengerti maksud ucapan mamanya.
"Oh, dia sudah pergi. Baguslah, memang seharusnya begitu, ma. Kalau bukan karena dia-"
"Ya sudah. Mama matikan teleponnya ya, mama mau istirahat," memotong kalimat Leo.
"Oke kalau gitu, ma. Nanti Leo bakalan sempatin pulang sebentar rumah."
Mama Mila memutus panggilannya. Ia memandangi foto suaminya di atas meja kecil di samping tempat tidur. Ia mengambil foto itu dan memeluknya sambil menangis.
Jangan marah pada Leo. Kalau bukan karena kejadian hari itu, Leo anakku tidak akan menjadi orang jahat seperti sekarang ini.
Didekapnya foto almarhum suaminya, Bayu Suntama. Larut dalam kesedihan dan kenangan indah hingga lelah dan membuatnya tertidur.
..........
Hari semakin sore namun pekerjaan Fandy masih belum selesai sedangkan jam pulang kantor sudah lewat sepuluh menit. Pikirannya tidak dapat fokus sejak bibi Retno mengabarinya mengenai Syera yang pergi meninggalkan rumah.
Fandy sudah meminta izin untuk pulang lebih awal tadi namun permintaanya ditolak sedangkan dua karyawan lain yang datang bersamanya untuk meminta izin justru diperbolehkan.
Sambil terus melipat brosur produk kecantikan perusahaan, Fandy bolak-balik melirik jam ditangannya. Bahkan ia semakin khawatir karena ponsel Syera seharian ini tidak aktif.
"Apa dia masih ada di kantor ini?" tanya Leo berjalan meninggalkan ruangannya.
"Seperti yang anda minta. Pak Fandy masih sibuk melipat brosur bersama rekan-rekannya," jawab Bima.
"Bagus."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Isabela Devi
Leo kamu terlalu jahat
2024-05-13
1
Kamu mau kemana Syera, kasihan kamu
2022-08-20
2
Siapa Aku
bagus syera, pergi aja dari rumah itu. untuk anak baik pasti selalu ada tempat, yakinlah.
2022-08-20
1