Hari ini Syera terlihat begitu cantik dan manis. Meski hanya menggunakan bedak dan lipstik seadanya yang dia punya itu sudah cukup membuat penampilannya begitu menarik. Syera sudah bersiap sebelum Fandy datang menjemputnya.
Pukul tujuh lewat lima belas menit Fandy tiba dan mendapati Syera berdiri menunggunya di depan rumah. Dari dalam mobil Fandy mengulas senyum pada Syera. Sesuai dugaannya, gadis itu begitu cantik hanya dengan pakaian dan riasan seadanya yang dia punya.
"Nggak usah turun kak, aku bisa sendiri buka pintunya," ucap Syera berlari dan langsung masuk ke dalam mobil.
"Kalau ada yang lihat dan dengar, mereka pasti curiga dan tugas kamu sebagai pacar malam ini bisa gagal total."
"Disini kan nggak ada orang lain kak. Lagian kak Fandy aneh, kenapa harus pura-pura punya pacar kalau sebenarnya kakak itu bisa dapetin gadis manapun yang kakak mau. Ganteng, baik dan punya kerjaan yang bagus, banyak perempuan yang suka sama kak Fandy."
"Tapi aku nggak suka mereka," perlahan Fandy mulai melajukan mobilnya
"Memangnya kak Fandy mau perempuan yang seperti apa?"
Untuk pertama kalinya Syera menanyakan mengenai hal yang pribadi pada Fandy. Syera penasaran karena setahunya selama ia mengenal pria itu, tak satupun gadis yang pernah diajaknya berkencan.
"Kamu nggak suka kalau aku ajak ke pesta lagi?" tanya Fandy berbalik tak ingin menjawab pertanyaan Syera.
"Bukan gitu maksud Syera, aku suka diajak ke pesta, apalagi kalau jadi pacar pura-puranya kak Fandy ada bayarannya. Lumayan nambahin uang saku. Hihihi..."
Fandy ikut tertawa kecil mendengar perkataan Syera. Ya, setiap kali ada pesta Fandy akan meminta bantuan Syera untuk pergi sebagai pasangannya. Dengan begitu Fandy dapat membantu sedikit keuangan gadis itu dengan memberikannya uang jajan sebagai imbalan.
Selain anak yang mandiri, Syera juga tak mau jika diberikan uang secara cuma-cuma. Oleh sebab itu Fandy selalu mencari cara bagaimana ia bisa membantu Syera selama ini.
Tiba di parkiran tempat pesta yang mereka datangi Fandy mengambil sebuah paper bag dari kursi tengah dan memberikannya pada Syera.
Syera mengeluarkan isi paper bag tersebut. Sebuah kotak berisi sepasang sepatu yang indah membuat Syera tercengang. Belum selesai mengagumi sepatu di depannya, Syera kembali dikejutkan karena Fandy sudah membuka pintu mobil di samping Syera.
"Kak Fandy ngagetin, ah." Menoleh dan memutar tubuhnya menghadap Fandy. "Ini sepatu siap kak?" tanya Syera meneliti dan menatap lekat pada sepatu ditangannya. "Pasti buat dikasih jadi kado yang lagi pesta, ya?"
"Itu punya kamu."
Fandy membungkuk dan menarik kedua kaki Syera ke arah luar pintu mobil dan membuka sepatu kets yang dipakainya.
"Mau apa, kak?"
Merasa canggung, Syera menarik kakinya namun fandy sudah terlebih dahulu menahannya. Ia meraih sepatu ditangan Syera dan memasangkannya di kaki Syera.
"Huhh... Ternyata sesuai dengan ukuran kakimu," berkacak pinggang, senang sepatu yang dibelinya sesuai dengan ukuran kaki Syera.
"Ayo!"
Fandy mengulurkan tangannya pada Syera yang masih terlihat bingung.
"I-iya, kak. Sepatunya...."
"Anggap aja hadiah. Rencananya mau buat mama tapi ternyata ukurannya kekecilan. Dari pada dikasih ke orang lain..."
"Jangan! Sepatunya buat aku aja, kak." Syera memotong perkataan Fandy.
"Ya sudah. Ayo!"
Kembali Fandy mengulurkan tangannya dan disambut Syera dengan mata yang masih tertuju pada sepatu yang terpasang dikakinya.
..........
Sebuah mobil sedan berhenti dan parkir di samping mobil yang tadi dikendarai Fandy. Dua pria turun dari dalamnya dan langsung menuju tempat pesta perayaan anniversary pernikahan rekan bisnis almarhum Bayu Suntama.
Leo menghampiri sang pemilik pesta dan memberikan selamat. Bima yang berada dibelakangnya turut mengucapkan selamat dan menyerahkan hadiah yang mereka persiapkan dari luar negeri. Sebotol anggur yang merupakan salah satu anggur terbaik di dunia menjadi hadiah Leo untuk si pemilik pesta.
Tidak banyak tamu yang diundang, hanya sekitar lima puluh orang saja yang diundang. Membuat semua tamu yang hadir dapat saling bertegur sapa dan mengobrol santai.
"Aku ke kamar mandi sebentar ya kak," bisik Syera karena Fandy sedang mengobrol dengan salah seorang tamu lainnya.
Saat meneguk minuman yang disajikan pelayan, Leo menangkap keberadaan dua orang yang lagi-lagi tak ingin dilihatnya. Kakinya perlahan berjalan mengikuti kemana Syera pergi. Melihat Syera masuk ke dalam toilet wanita Leo berhenti, menyandarkan tubuhnya di dinding sambil meliuk-liukkan gelas minuman ditangannya.
Lima menit kemudian Syera keluar dari kamar mandi. Ia terus berjalan dan tak menyadari keberadaan Leo di sana.
"Apa kau senang berada ditengah-tengah kalangan atas seperti ini?"
Senyum yang sedari tadi menghiasai wajah Syera seketika berubah dengan wajah tegang. Ia berbalik dan sesuai dugaannya pemilik suara itu adalah pria yang semalam baru ia temui.
"Apa kau melihat hantu lagi disini?" Leo berjalan mengelilingi Syera dan berdiri dibelakangnya. "Ck, apa kau datang kesini dengan membawa nama keluarga Suntama?"
Ingin Syera mengatakan sesuatu namun entah mengapa mulutnya serasa terkunci dan berat. Jangankan untuk menyahuti ucapan Leo, untuk bernafas saja dia sudah begitu sulit, belum lagi kedua jempolnya kini bermain setiap dalam keadaan gugup maupun takut.
"Semua tamu yang ada disini adalah orang-orang terhormat. Hem... Apa jadinya kalau orang-orang disini tahu ada gadis yang sering mengunjungi sebuah bar ikut bergabung bersama mereka malam ini."
Syera semakin gugup. Ia takut ada tamu yang mendengar perkataan Leo dan berpikir yang tidak-tidak. Syera tidak mencemaskan apa perkataan orang akan dirinya tapi ia takut jika dia membuat nama baik dan terpandang Suntama menjadi jelek.
"Saya hanya mengunju-"
"Apa kau berhak bicara denganku?" memotong ucapan Syera begitu sarkas.
Dengan cepat Syera menggelengkan kepalanya. Ia berharap Fandy datang dan membawanya pergi dari tempatnya sekarang berada.
"Berhenti bersikap seakan kau melihat hantu setiap bertemu denganku. Dan satu lagi, jangan pernah menampakkan wajahmu dimana pun aku berada. Itu sangat menjengkelkan bahkan menjijikkan."
Syera tak dapat menahan lagi air matanya. Dengan posisi menunduk air matanya tumpah seketika. Syera tak sanggup mengangkat kepalanya bahkan ia tak lagi melihat Leo yang sudah pergi meninggalkannya.
Buru-buru Syera menghapus air matanya. Ia tak ingin siapapun melihat air matanya.
Fandy yang sedari tadi menunggu Syera tak kunjung muncul setelah izin ke kamar mandi mencari keberadaanya, takut sesuatu terjadi pada gadis itu.
"Kamu disini ternyata," lega akhirnya Fandy menemukan Syera. "Kamu baik-baik aja?" khawatir melihat wajah Syera sudah tak seceria sebelumnya.
Hanya anggukan kepala yang dilakukan Syera. Ia takut air matanya kembali jatuh saat membuka mulutnya.
"Yakin kamu baik-baik aja?" tanya Fandy kembali dan lagi Syera hanya mengangguk tanpa bersuara.
Begitu lembut dan hangat, Fandy meraih kedua tangan Syera. Tak ingin memaksa tapi Fandy yakin jika sesuatu telah terjadi.
"Ya sudah, kita pulang sekarang."
..........
Ting
Pintu lift menuju kebawah terbuka. Baru beberapa menit lalu ia berhasil menenangkan dirinya kini ia kembali harus berhadapan dengan pria itu lagi.
"Kak Leo?"
Bukan terkejut hanya saja Fandy tidak menyangka akan bertemu Leo hari ini. Mengenai Leo yang sudah kembali ke Indonesia sudah ia tahu karena mama Mila menghubunginya setelah kemarin Leo datang ke rumah menjenguknya.
Perlahan Syera menarik mundur kakinya tak ingin masuk ke dalam lift. Fandy menyadari jika Syera sedang ketakutan dari kepalanya yang menunduk sambil memainkan kedua jempolnya.
"Ayo!" Fandy menarik tangan Syera masuk ke dalam lift dimana ada Leo dan Bima juga di dalamnya.
"Ck! Apa kau punya sihir untuk membuat dua orang di depan ini menghilang?" tanya Leo pada Bima yang berdiri di sampingnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Kenapa kamu harus takut dan gugup Syera, kamu kan ngak ngelakuin kesalahan
2022-08-20
2
Siapa Aku
seperti peribahasa bilang, sepetu yang indah akan membawamu ketempat yang indah juga
2022-08-20
1