Aaaaaa....
Suara histeris memenuhi kediaman keluarga Suntama. Semua pelayan mematung, tak seorang pun berani melerai sang nyonya rumah yang sedang membanting barang-barang di kamarnya.
Setibanya tadi ia di rumah, kedua maniknya langsung mendapati seorang gadis remaja duduk di ruang tamu seorang diri. Jika semalam ia memakai seragam sekolah, kini ia sudah menggantinya dengan pakaian salah seorang pelayan muda di rumah itu, meskipun masih tetap kebesaran ditubuhnya.
Leo tiba di rumah bersama pak Ferdi. Bibi Retno yang merupakan pelayan sejak Leo masih dikandungan berlari menghampiri anak majikannya.
"Ibu Mila mengunci pintu kamarnya dan berteriak-teriak sambil membanting barang-barang. Bibi sudah coba ngomong tapi tidak ada hasilnya."
"Bukannya sejak pemakaman mama diam saja, kenapa sekarang seperti ini lagi, bi?"
Bibi Retno mengikuti langkah Leo menuju kamar mama Mila.
"Tadi ibu kembali teriak histeris sejak melihat nak Syera di ruang tamu."
"Bibi bilang siapa? Syera?" Mata Leo melotot dengan kedua tangan lagi-lagi terkepal memperlihatkan buku jari-jarinya. "Kenapa anak itu masih disini?" teriak Leo kuat hingga semua orang di rumah mendengar tak terkecuali Syera yang saat ini ketakutan mendengar teriakan yang begitu kuat untuk pertama kalinya.
"Ma-maaf, tuan. Kami tidak tahu harus berbuat apa dengan anak itu. Pak Ferdi bilang dia akan tinggal disini sementara waktu."
"Arghh.... Ini rumahku dan aku yang berhak atas siapa yang boleh dan tidak boleh tinggal disini."
"Maaf, tuan. Ibu Mila semakin histeris."
Leo berlari dan menggedor-gedor pintu kamar mamanya. Sudah sepuluh menit namun pemilik kamar tak kunjung membuka pintu.
"Ma... Mama... Buka pintunya, ma. Jangan seperti ini, ma. Mama nggak kasihan sama Leo, hanya mama yang Leo punya sekarang."
Tangis Leo pecah diikuti tubuhnya yang ambruk di depan pintu kamar mamanya. Suara histeris dari dalam kamar perlahan berubah menjadi tangisan.
"Ma, buka pintunya. Mama tahu kan kalau belakangan ini hari-harinya Leo berat, ditambah dengan kepergian papa hari Leo semakin berat. Hanya mama yang Leo punya sekarang jadi tolong jangan menyiksa diri mama sendiri."
Mila mengerti dan tahu akan apa yang diucapkan Leo. Ia tahu jika anaknya sedang dalam keadaan yang tidak baik juga sebelum kejadian yang menimpa papanya.
"Maafin mama, nak. Biarin mama sendiri dulu ya, mama butuh waktu buat nenangin diri mama."
"Tapi mama janji jangan sakiti diri mama bahkan berpikir untuk ninggalin Leo, ya ma?"
Sambil menahan isaknya Mila menganggukkan kepalanya yang tentu saja tidak dapat dilihat Leo.
"Iya, mama janji, nak."
Meski berat dan tidak tega membiarkan mamanya seorang diri di kamar dalam keadaan yang begitu sedih namun Leo terpaksa menuruti keinginan mamanya. Ia paham jika mamanya juga butuh waktu sendiri saat ini.
Leo menyeka air matanya dan menemui pak Ferdi di ruang tamu.
"Biarkan saja mamamu menenangkan dirinya saat ini, semuanya pasti butuh proses. Seiring waktu ibu Mila pasti akan baikan."
Pak Ferdi menepuk-nepuk pundak Leo. Ia paham jika ibu dan anak itu pasti begitu terpukul dengan keadaan yang terjadi.
"Kenapa anak itu dibawa kesini, kenapa dia masih disini, kenapa tidak ada yang menjemputnya atau membawanya keluar dari rumah ini?"
Leo menahan emosinya, ia yakin gadis remaja yang bernama Syera itu ada hubungannya dengan kejadian papanya.
"Sesuai dengan pesan tuan Bayu, nona Syera akan tinggal di disini bersama ibu Mila dan nak Leo. Itu adalah pesan terakhir tuan Bayu pada saya dan saya sudah sampaikan sekarang."
"Kenapa harus, apa dia bagian keluarga ini? Memangnya dia siapa, dia bukan siapa-siapa," geram Leo. "Oh iya, tentu saja dia harus tinggal disini. Anak hasil dari hubungan gelap papa dan mamanya. Hahaha... Hidup ini begitu lucu."
"Bapak harap nak Leo jangan berpikir terlalu jauh. Segala kemungkinan bisa terjadikan?"
"Dan salah satunya dia anak gelap papa dengan mantan kekasihnya dulu. Hahaha...." Leo tertawa namun air matanya mengalir begitu saja. Pak Ferdi yang masih ingin menyampaikan sesuatu menahan diri sampai keadaan Leo sedikit tenang.
Seketika rumah itu begitu hening. Namun hanya untuk sesaat karena pandangan Leo tertuju pada seorang pria yang baru saja masuk dan berjalan kearahnya dan pak Ferdi.
"Ck." Leo berdecak kesal melihat pria itu, memandangnya tak suka, pria yang kehadirannya tak pernah Leo inginkan selama ini."
Plok... Plok... Plok...
Hahaha...
Sambil bertepuk tangan Leo tertawa namun masih dengan air mata yang terus tak dapat ia bendung. Entah ia tertawa atau menangis keduanya beda tipis jika didengar.
"Wow... Perfect!" seru Leo melebarkan kedua tangannya. Ia tersenyum menyambut pria yang membuat suasana hatinya semakin tak karuan.
"Maaf, aku telat, kak. Pesawat yang aku tumpangi delay-nya lama tapi sebelum kesini aku sudah ke makam papa tadi. Mama dimana, mama baik-baik aja kan?"
Pria itu bernama Fandy Putra Suntama, usianya dua tahun dibawah Leo. Fandy adalah anak yang di adopsi Bayu dari sebuah panti asuhan. Setiap melakukan kegiatan sosial di panti asuhan tempat Fandy berada, Bayu merasa tersentuh dan iba melihat Fandy kecil yang begitu ramah. Fandy menarik perhatian Bayu setiap kali mengunjungi panti untuk memberi batuan pada anak-anak di sana.
Fandy kecil akan berlari menyambut Bayu dengan senyum dibibir sambil melebarkan kedua tangannya meminta digendong. Mungkin Fandy merindukan sosok seorang ayah hingga tanpa sadar anak itu seolah menganggap Bayu datang ke panti karena ingin mengunjunginya.
Dengan alasan itu Bayu tanpa izin terlebih dahulu pada istrinya langsung mengadopsi Fandy dan menyematkan nama keluarga besar Suntama padanya.
Mila tidak keberatan dengan keputusan suaminya. Ia memperlakukan Fandy seperti anaknya sendiri. Saat itu Fandy baru berusia lima tahun. Berbeda dengan mamanya, Leo justru menolak keberadaan Fandy. Leo merasa apa yang seharusnya menjadi miliknya harus terbagi dengan Fandy.
"Mama baik-baik aja kan?" tanya Fandy yang memang mengkhawatirkan mamanya.
"Ck, arghhhh...!"
Leo berdecak, menjambak rambutnya begitu kesal.
Dari arah dapur Syera yang sedari tadi mendengar semuanya namun juga tidak mengerti dengan situasi yang terjadi perlahan melangkah membawa sebuah nampan berisi beberapa cangkir teh yang disiapkan bibi Retno.
"Per-misi, maaf, bibi Retno menyuruh saya untuk membawakan teh ini."
Leo berbalik pada suara yang berasal dari belakangnya.
Prang....
Sekali sapuan tangan nampan dan semua isinya berserak dilantai. Tangan Syera yang masih menempel pada ujung nampan harus menahan panasnya siraman teh. Syera terkejut, belum lagi ia harus menahan tangannya yang kepanasan. Ia melangkah mundur berniat ke dapur untuk merendam tangannya ke air dingin namun tangan Leo sudah terlebih dahulu mencekalnya.
"Maaf, akan saya bersihkan nanti." Syera menunduk takut meski ia sendiri tidak tahu takut akan apa. "Hissss... Maaf."
Leo semakin mencengkram kuat pergelangan tangan gadis kecil itu, tangan yang baru saja mendapat tumpahan teh panas yang disebabkan Leo.
Kekuatan tangan Leo berbanding terbalik dengan kekuatan Syera saat menahan sakit. Tangannya semakin memerah bahkan cengkraman Leo menambah rasa perih.
"Lepas! Nggak lihat kalau tangannya sudah memerah?" Fandy memaksa melepas cengkraman Leo dari tangan Syera. "Kalau ada masalah jangan lampiaskan pada orang lain, apalagi sama anak kecil."
Menggunakan sisa kekuatannya Leo mendorong Fandy sedangkan satu tangan lainya kini mencengkram leher baju Syera hingga tubuh gadis kecil itu hampir menempel pada Leo. Dengan sekali dorongan Leo mendorong tubuh kecil Syera hingga terjatuh ke lantai.
Pak Ferdi bergidik ngeri melihat perubahan sikap Leo yang selama ini ia kenal adalah anak yang baik, lembut dan penurut. Ia berdiri ingin membantu Syera namun saat itu juga Fandy sudah terlebih dahulu menghampiri Syera.
"Kamu nggak kenapa-napa, ada yang sakit?" tanya Fandy khawatir.
"Enggak kok, kak. A-aku baik-baik aja," jawab Syera berbohong.
Plok.... Plok... Plok...
Leo kembali bertepuk tangan melihat Fandy membantu Syera berdiri.
"Hahaha... Yang satu anak adopsi berkhayal jadi anak kandung dan yang satu lagi anak hubungan gelap. Wow... Semuanya ngumpul di rumah ini dalam keadaan seperti ini."
"Maksud kak Leo apa?" tanya Fandy penasaran akan ucapan Leo.
"Kenapa, kurang jelas?" Leo berkacak pinggang menatap tajam Fandy. "Adik lo, cocok lo berdua jadi kakak adik," ucap Leo menunjuk Syera. "Sama-sama anak yang nggak jelas asal usulnya."
Fandy mengepalkan tangannya mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Leo. Ia tidak suka mendengarnya namun ia berusaha menahan marahnya terlebih pak Ferdi yang berdiri di belakang Leo memberi aba-aba supaya ia tenang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Isabela Devi
anak haram pun dia ga minta di di lahirkan ke dunia Leo
2024-05-13
1
Memangnya kenapa klw jadi anak adopsi, itu adik angkat kamu loh Leo.
2022-08-20
1
Siapa Aku
kasar sekali kamu Leo, tolongin syera Fandy.
2022-08-20
1