Berada dalam satu lift bersama Leo sungguh bukanlah keinginan Syera. Meski Fandy ada di sana bersamanya namun ternyata tidak mengurangi rasa gugup dan takut Syera akan Leo.
Perlahan Fandy meraih dan menggenggam tangan Syera. Akhirnya Fandy tahu alasan Syera menjadi gugup dan takut sejak tadi. Dia yakin jika Leo telah mengatakan sesuatu yang sangat buruk pada gadis itu.
Syera menoleh pada Fandy, dilihatnya pria itu tersenyum tanpa melepas genggaman tangan mereka. Meski sulit namun Syera mencoba membalas senyuman Fandy, seolah memberi pesan jika dia baik-baik saja.
"Apa kalian selalu seperti ini?" tersenyum sinis melihat Fandy menggenggam tangan Syera erat. "Orang yang tidak mengenal kalian akan menyangka jika kalian itu sepasang kekasih. Apa kalian berencana ingin membuat rumor tidak baik mengenai keluarga Suntama?"
"Kak Leo!"
Fandy memalingkan wajahnya pada Leo. Ia sudah mengepalkan tangannya dan akan melayangkannya ke mulut Leo yang berbicara sesukanya. Kesabarannya selama ini tentu ada batasnya. Meski hanya sebagai anak adopsi tentunya Leo tidak punya hak untuk asal bicara mengenai Fandy dan orang di sekitarnya apalagi kali ini juga ikut membawa Syera.
"Kenapa, apa ucapanku salah?" memancing emosi Fandy.
Beruntung Syera menahan Fandy dengan meremas kuat tangan Fandy yang sedari tadi menggenggam tangannya. Syera menggelengkan kepalanya meminta agar Fandy tidak terpancing emosi.
Ting
Pintu lift terbuka saat keadaan di dalam lift semakin memanas. Bima keluar terlebih dahulu kemudian disusul Leo yang berjalan dari antara Syera dan Fandy.
"Aw!" Syera terhuyung dan jatuh karena Leo menabrak pundaknya begitu kuat sampai genggaman tangannya dengan Fandy terlepas.
"Sendal jepit lebih cocok di kakimu. Apa kau tidak kasihan pada sepatu yang kau pakai? Sepatu mewah seperti itu tidak cocok berada di kakimu," ketus Leo meninggalkan keduanya.
Amarah yang selama ini terpendam sepertinya tak dapat lagi dibendung Fandy. Ia membantu Syera berdiri dan keluar dari lift.
"Jangan kemana-mana dan tunggu aku disini, oke?" pesan Fandy meninggalkan Syera setelah masuk dalam mobil.
"Kak Fandy mau kemana?" khawatir Fandy melakukan sesuatu yang tidak baik.
"Nggak akan lama." Fandy tersenyum mengusap kepala Syera.
..........
BUG...
BUG...
BUG...
Bima hanya dapat menyaksikan pemandangan di depan matanya tanpa berani ikut campur. Sebelum adu pukul antara Leo dan Fandy, Bima sempat melerai keduanya namun Leo memintanya untuk membiarkan mereka berdua.
Tadi sesaat Fandy meninggalkan Syera di mobil ia langsung mencari keberadaan Leo. Saat Fandy melihat Leo akan masuk ke dalam mobilnya, ia menarik tangannya dan tanpa berkata apapun meninju wajah kakak angkatnya itu. Karena tidak siap Leo tersungkur setelah mendapat pukulan dari Fandy.
Tak ingin kalah dan tanpa mengatakan apapun Leo berdiri dan membalas pukulan Fandy. Pertikaian keduanya barulah berhenti saat Bima membunyikan klakson begitu kuat.
Keduanya terkejut ditambah cahaya lampu mobil yang sengaja dinyalakan Bima. Kesempatan itu tidak disia-siakan Leo yang kemudian memukul Fandy dan mendorongnya hingga kebagian depan salah satu mobil yang juga parkir di sana. Fandy menahan sakit karena sesuatu mengenai pinggangnya.
"Ayo pergi!" Leo berkata pada Bima meninggalkan Fandy memegang pinggangnya yang sakit.
Dari dalam mobil Leo dapat melihat keberadaan Syera. Ia yakin jika gadis itu sedang menunggu Fandy di sana.
"Kau akan membayar ini semua," ucap Leo memegang sudut bibirnya dimana ada sedikit bercak darah di sana akibat kuatnya pukulan Fandy.
Perlahan Fandy berjalan sambil merapikan penampilannya agar tidak membuat Syera curiga bahkan khawatir. Ia mengulas senyum saat mendekati mobilnya dan berusaha menahan sakit di pinggang akibat terbentur tadi.
"Kita pulang," ucap Fandy tanpa menoleh kearah Syera setelah masuk ke dalam mobil.
"Kak Fandy, itu wajah kakak kenapa memar?" mengamati seluruh wajah Fandy.
"Tadi nggak sengaja kepleset dan jatuh."
Segera Fandy melajukan mobilnya. Pinggangnya yang sakit harus berusaha ditahannya. Akan tetapi terlalu bodoh bagi Syera untuk tidak menangkap hal itu. Syera tahu jika Fandy sedang menahan kesakitan melalui raut wajah Fandy yang mengkerut pada dahi dan pelipis saat menahan rasa sakit yang dirasa.
Fandy terus melajukan mobilnya bahkan sedikit menambah kecepatannya. Syera menahan tangan Fandy saat pria itu akan keluar untuk membuka pintu mobil untuknya.
"Syera bisa sendiri, kak. Maaf sudah nyusahin dan buat kak Fandy seperti ini," mengusap wajah Fandy yang memar. "Tolong jangan lakuin hal seperti itu lagi hanya karena aku. Syera bukan orang bodoh yang bisa kak Fandy bohongin gitu aja."
"Maaf sudah buat kamu khawatir. Sekarang kamu masuk sana."
Syera turun dari mobil, ia melambaikan tangannya sebelum masuk ke dalam rumah.
"Aku juga bukan orang bodoh yang bisa kamu bohongin dengan mudah. Setelah ini kamu akan menangis di kamarmu dengan menutup mulutmu agar tidak ada yang mendengarnya," gumam Fandy membalas lambaian tangan Syera.
"Tunggulah sebentar lagi. Kamu nggak perlu kembali ke rumah ini lagi dan menangis sendirian di kamarmu."
Di kamarnya Syera menumpahkan semua yang membuat dadanya sesak dan sakit. Ia menangis sekuat-kuatnya diatas kasur kecil miliknya. Selimut tipis yang sudah bertahun-tahun menemani tidurnya menjadi teman saat ia menangis.
Tenang saja, tidak akan ada yang terganggu maupun mendengar tangis Syera. Gadis itu sudah terbiasa dengan menahan semuanya sendiri sejak berada dalam rumah keluarga Suntama.
Sekuat ia menangis maka sekuat itu pula ia menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.
Di hadapan cermin kamar mandi Leo memandangi wajahnya yang terkena pukulan Fandy. Ia tersenyum bahkan tertawa mengingat kejadian tadi. Ia kembali ke kamar dan meraih ponsel dari saku celana.
Ia menyeringai melihat satu persatu foto di galeri ponselnya kemudian melakukan panggilan dengan seseorang.
"Iya, tuan." Sapa Bima dari seberang telepon.
"Ikuti saat dia pergi ke tempat itu lagi dan jangan lupa untuk mengambil fotonya."
"Baik, tuan."
Panggilan langsung dimatikan oleh Leo. Ia kembali tertawa dan
PTAKK...
Guratan di leher Leo terlihat begitu jelas menahan amarah setelah membanting ponselnya ke tembok.
..........
Hari-hari Syera berjalan seperti biasanya. Semuanya berjalan lancar, tidak ada hal atau sesuatu yang aneh atau buruk terjadi selama hampir dua minggu ini. Bertemu dengan Leo pun tidak pernah lagi. Ia berharap semuanya akan baik-baik saja sampai kedepannya.
Seperti biasanya Syera bangun pagi dan membantu bibi Retno sebelum pergi ke kampus dan bekerja setelah jam perkuliahannya selesai.
"Buat mas Fandy?"
"Iya, bi. Boleh kan?"
"Ya bolehlah neng, gitu-gitu mas Fandy kan anak pak Bayu dan ibu Mila juga."
Syera memasukkan makan ke dalam bekal untuk ia berikan pada Fandy saat akan menuju ke kampus. Selama ini Fandy begitu baik padanya dan menganggap pria itu sudah seperti kakak kandungnya sendiri.
Setelah bersiap Syera meluncur ke apartemen tempat Fandy tinggal. Syera menunggu lift menuju lantai atas terbuka dengan menenteng kotak bekal yang disiapkannya untuk Fandy.
Ting
Lift menuju lantai atas terbuka bersamaan dengan lift di sebelahnya yang menuju kelantai bawah.
Tanpa Syera sadari seseorang menangkap keberadaannya sebelum ia masuk ke dalam lift, bahkan kotak bekal ditangannya tak luput dari perhatian orang tersebut.
Syera masuk ke dalam lift sedangkan Leo keluar dari lift. Leo sudah rapi dan bersiap berangkat ke kantor.
"Apa kau sudah melakukan yang kuminta?" tanya Leo pada Bima yang sudah menunggunya di dalam mobil.
"Sudah, tuan. Seperti yang tuan minta, saya sudah melakukannya. Hanya saja apa tidak terlalu berlebihan melakukan hal itu?"
"Lakukan saja apa yang kuminta."
"Baik, tuan. Maaf kalau saya ikut campur."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Rencana apa yang kamu mau lakukan Leo, jangan jahat sama Syera dan Fandy ya
2022-08-20
1
Siapa Aku
apa yg sedang kau rencanakan Leo? jangan aneh-aneh ntar aku pites mau?
2022-08-20
1
Nengah Oka
ayo up lagi kak
2022-08-09
1