Tak!
Leo menusuk plastik penutup cup jus sirsak menggunakan sebuah sedotan.
Slurpp...
Kerongkongan Syera terasa sulit menelan liurnya saat Leo meminum jus sirsak dihadapannya. Tak ingin mematung didekat kulkas, Syera berniat pergi dari sana dan akan kembali setelah Leo selesai.
Alangkah terkejutnya dia saat menoleh ke kanan dan melihat tangan Leo ditempelkan disisi kulkas sehingga menghalangi jalannya.
Syera berbalik ke arah kirinya, pintu kulkas yang setengah terbuka juga menghalangi jalannya. Begitu cepat Leo meletakkan lengannya di atas pintu kulkas yang terbuka saat Syera akan menutupnya.
Disinilah Syera tengah berdiri dengan kepala menunduk tanpa sedikitpun bergerak menghadap Leo. Syukurlah karena perbedaan postur tubuh keduanya yang berbeda membuat Syera hanya menghadap bagian dada pria itu tanpa harus melihat wajahnya.
Rasa haus Syera semakin besar saat ekor matanya melirik sebotol minuman ringan. Tanpa ia sadari Leo mengikuti kemana arah pandang mata Syera.
Tangan Leo yang panjang langsung menjangkau apa yang dilirik Syera, mengambilnya dan membuka penutupnya langsung.
Gluk... Gluk... Gluk...
Begitu cepat Leo menghabiskan satu botol minuman ringan yang dilirik Syera.
Eeeggg...
Leo sedikit bersendawa bahkan terkesan memaksa sendawanya kearah Syera yang masih saja menunduk.
Selesai dengan urusannya di dapur Leo berlalu begitu saja tanpa berkata apa-apa.
Syera bernafas lega setelah kepergian Leo. Entah mengapa rasa hausnya kini menghilang begitu saja. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan dan berlama-lama lagi, Syera perlahan memaksakan kakinya berjalan ingin menemui Leo.
Dilihatnya Leo sedang serius membahas sesuatu dengan mama Mila. Meski ragu tapi Syera tidak punya pilihan lain selain berbicara pada Leo meskipun nantinya ia tahu hanya rasa sakit yang akan ia dapat setiap kali Leo mengatakan sesuatu padanya.
"Maaf, permisi, kak. "
Suara Syera begitu berat seakan ia tidak memiliki kekuatan. Perhatian Leo dan mama Mila teralihkan pada Syera yang berdiri di hadapan keduanya.
"Apa mama pernah melahirkan anak perempuan di rumah ini sehingga memanggilku kakak?" Leo menatap mamanya dengan smirik kecut diwajahnya."
"Maaf, tuan."
Syera mengubah panggilannya sama seperti yang dulu pernah ia ucapkan di bandara.
"Apa mama menambah seorang pelayan di rumah ini?" tanya Leo lagi pada mamanya.
Mama Mila meletakkan telapak tangannya dibatas pundak Leo dan perlahan mengelusnya.
"Mama istirahat dulu nanti kita lanjut lagi," ucap mama Mila meninggalkan ruang tamu. Seperti biasa, mama Mila sama sekali tidak menggubris sedikit pun keberadaan Syera.
..........
"Permisi, tuan. Sa-saya minta tolong, kasih waktu beberapa hari untuk mami Jelita mencari tempat lain dan memindahkan barang-barangnya," mohon Syera.
"Apa kau berhak untuk berbicara denganku? Dan lagi, 'mami Jelita' apa wanita bar itu yang memintamu memohon padaku?" Leo sibuk membolak-balik dokumen ditangannya.
"Maaf tuan tapi mami Jelita tidak tahu jika bangunan itu sudah lama menjadi milik tuan," terang Syera.
"Itu bukanlah urusanku!"
"Tapi mami Jelita tidak..."
"Siapa kau terus berbicara denganku, ha? Apa kau sudah lupa siapa dirimu di rumah ini dan apa untungnya aku mendengarkanmu, ha?"
Suara teriakan Leo memenuhi seisi rumah, orang-orang yang berada di rumah terkesiap mendengar suara Leo. Tidak seorang pun yang berani menghampiri.
"Apa kau tahu, setiap kali aku melihat wajah tak bersalahmu maka saat itu juga aku akan ingat hari itu, hari dimana karenamu mamaku menangis, papaku meninggal dan membuatku yang sudah remuk menjadi hancur. Keberadaanmu menghancurkan kehidupan keluarga ini. Apa kau paham?"
Suara bentakan Leo begitu memekakkan telinga Syera. Ia mengepalkan kedua tangannya menahan air mata agar tidak terjatuh di hadapan Leo.
"Maaf, aku juga tidak mengerti dengan apa yang terjadi. Aku cuman..." Syera terdiam karena Leo memotong perkataannya.
"Diam! Aku tidak ada hubungannya dengan yang kau sebut mami Jelita dan bar itu. Sudah sepantasnya aku mengusir orang-orang yang tidak pada tempatnya. Aku tidak sudih ada orang-orang jahat dan kotor menempati apa yang menjadi milikku," tegas Leo.
Leo melihat arloji ditangannya dan sudah menunjukkan hampir pukul delapan malam, itu artinya tersisa sekitar empat jam lagi bagi mami Syera mengosongkan bar.
"Tersisa empat jam lagi, jangan salahkan aku jika lewat dari empat jam semua barang yang masih ada di dalamnya menjadi hancur lebur," ucap Leo memperlihatkan arlojinya pada Syera.
Leo berjalan meninggalkan Syera yang hanya dapat terdiam dan tengah menahan air mata.
"Tolong, tolong sekali ini saja," mohon Syera. "Aku akan meninggalkan rumah ini."
Langkah Leo terhenti mendengar perkataan Syera. Ia tertawa dengan posisi masih membelakangi Syera.
"Hahaha... Apa kau sedang melakukan penawaran terbaikmu? Jadi maksudmu aku harus melakukan apa yang kau minta dengan imbalan kau meninggalkan rumah ini? Hah..." menghela nafasnya.
Kini Leo berbalik dan pandangan keduanya saling bertemu.
"Bukannya memang sudah seharusnya begitu, kau pergi dan meninggalkan rumah ini!" ketus Leo.
Ponsel yang sedari tadi di tangan Syera berdering. Dia hanya melihat nama kontak si penelpon tanpa berniat mengangkatnya.
"Kak Fandy," ucap Syera tanpa suara menyebut nama si penelepon.
Leo menyunggingkan senyum mengikuti gerak bibir Syera menyebut nama Fandy. Pada saat itu juga ia meraih ponsel dari saku celananya dan menghubungi seseorang.
"Empat jam dari sekarang. Lakukan seperti apa yang kuperintahkan."
Leo mengangkat suaranya saat berbicara pada seseorang melalui sambungan telepon. Syera yang tadi menatap layar ponselnya kini beralih menatap Leo yang meninggalkannya dengan kalimat yang begitu jelas ia dengar.
..........
"Pak Asep, Syera pamit keluar dulu ya, mungkin Syera agak malaman pulangnya atau mungkin malam ini nggak pulang."
Itulah kalimat yang begitu cepat diucapkan Syera saat meninggalkan pos satpam rumah keluarga Suntama dengan sepeda motornya.
Berselang kepergiannya mobil yang dikemudikan Leo sendiri pun meninggalkan rumah. Ia mengikuti kemana arah sepeda motor Syera melaju.
"Berengsek! Apa kau mau mati di jalanan, kalau pun kau mau mati, jangan mati sekarang karena belum waktunya. Kau harus merasakan apa yang aku dan mamaku rasakan," umpat leo memukul setir saat banyak para pengendara yang membunyikan klakson melihat Syera menerobos lampu merah.
Biasanya butuh sekitar dua puluh menit lebih menuju bar namun kali ini ditempuh Syera hanya dengan menghabiskan sekitar lima belas menit saja.
"Kau tahu kan apa yang harus dilakukan," perintah Leo pada seseorang melalui sambungan telepon.
"Baik, tuan!" patuh orang yang ditelepon Leo.
Dari seberang jalan Leo mengamati apa yang sedang terjadi diluar gedung bar yang seharusnya malam ini beroperasi malah harus mengeluarkan barang-barang dan meminta maaf pada pengunjung yang berdatangan.
Pria di seberang jalan itu tersenyum puas melihat pemandangan tersebut. Senyum itu tidak bertahan lama karena kehadiran seorang pria yang langsung merangkul pundak Syera dan membawanya kedalam mobil.
"Apa untuk hal seperti ini kamu juga nggak mau kasih tahu aku?"
"Maaf, kak.
Syera hanya dapat mengucapkan kata maaf pada Fandy. Saat tadi beberapa kali menghubungi Syera dan tidak ada jawaban, Fandy langsung menghubungi mami Jelita. Ditambah lagi pak Asep yang mengabarinya jika Syera keluar rumah malam hari tidak seperti biasanya.
"Tunggu sebentar dan jangan keluar dari dalam mobil," perintah Fandy.
Fandy keluar dari mobil dan menghubungi beberapa orang yang ia kenal memiliki gedung kosong atau gudang untuk menaruh barang-barang mami Jelita untuk sementara waktu.
Entah mengapa orang-orang yang dihubungi Fandy, yang biasanya begitu baik dan siap menolongnya seakan menjauh dan tidak ada yang mau memberikan bantuan dengan berbagi alasan.
Fandy memijat pelipisnya dan memikirkan sesuatu, arah pandangannya tertuju pada sebuah mobil sedan yang parkir diseberang jalan dengan lampu yang terus menyala.
Segera Fandy melakukan panggilan lagi dengan mata yang terus tertuju pada mobil diseberang jalan.
"Apa kau harus melakukannya sejauh ini?" tanya Fandy tak ingin berbasa-basi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Jeki
Fandy tetap lah baik dan jaga syera
2022-11-25
2
kiko
untungnya masih ada orang baik yg mau nolong
2022-11-25
2
Makin greget aku bacanya
2022-08-20
2