Dua minggu sudah Syera bekerja di restoran dari pagi hingga sore. Tidak ada kata lelah dan menyerah dalam buku catatannya selama kedua kaki dan kedua tangannya masih dalam keadaan sehat. Selama dua minggu juga hampir setiap siang Syera mengantar bekal makan ke kantor tempat Fandy bekerja.
Melihat posisi Fandy yang bagaikan terjun bebas dari seorang wakil direktur menjadi sales marketing tentunya sangat memprihatinkan. Tanpa bertanya pun Syera tahu bagaimana perasaan Fandy. Syera tak ingin bertanya lebih, takut membuat pria itu sedih.
Hari ini Syera meminta izin untuk bekerja setengah hari. Selesai jam makan siang ia menemui Fandy di taman dekat kantornya bekerja.
Seperti biasa Syera selalu membawa bekal untuk Fandy. Ia yakin jika pria itu belum makan siang.
Syera melambaikan tangannya dari seberang jalan saat melihat Fandy duduk disalah satu bangku taman. Kendaraan yang lalu lalang membuatnya berjalan lambat di tengah jalan raya.
Tin....
Seorang pengendara sepeda motor membunyikan panjang klaksonnya. Saat Syera menyeberang dan melihat ke arah kanan, tanpa ia perhatikan sebuah sepeda motor datang dari arah kiri dan hampir saja menabraknya. Untung si pengendara dengan cepat mengerem motornya.
"Woi... Mau mati, hah?" teriak si pemilik motor yang juga langsung berlalu.
Syera mematung, ia terkejut dengan apa yang baru saja hampir terjadi. Fandy yang berada di seberang jalan langsung berlari menghampiri Syera.
"Kamu baik-baik aja?" tanya Fandy khawatir. "Hei... Syera, kamu baik-baik aja, hem?" ulang Fandy karena Syera bengong saja.
"Aku baik-baik aja, kak."
"Ya sudah, ayo."
Fandy membawa Syera ke bangku taman tempatnya tadi duduk.
Kejadian tadi tidak luput dari perhatian seseorang yang berada dalam mobil tak jauh dari keduanya kini duduk.
"Jalan dan lakukan apa yang aku minta minggu lalu."
"Maksud tuan?" tanya Bima tak yakin.
"Lakukan sekarang juga!" tegas Leo.
"Baik, tuan."
..........
"Kamu yakin baik-baik aja?"
"Iya, kak. Aku baik-baik aja kok."
"Lain kali harus lebih hati-hati saat nyebrang, oke?"
"Oke, bos."
Meski masih terkejut namun Syera berusaha bersikap biasa agar tidak membuat Fandy khawatir.
Syera memperhatikan tumpukan brosur sebuah produk kecantikan di samping tempat duduk Fandy yang ia tahu itu adalah produk baru yang sedang mulai dipasarkan oleh perusahaan Suntama.
"Kak Fandy pasti capek, sudah beberapa hari ini kerja diluar bagi-bagi brosur buat promosikan produk baru perusahaan."
Fandy hanya mengulas senyum mendengar perkataan Syera.
"Kamu nggak perlu mikirin hal itu. Dari pada mikirin aku, mending kamu mikirin tawaran aku buat bantu kamu kembali ke kampus lagi, gimana?"
"Udah deh, kak. Syera mohon jangan bahas masalah kuliah lagi, ya?" pinta Syera. "Mending sekarang kak Fandy makan siang, belum makan kan?"
Syera membuka makanan yang dibawanya tadi dan memberikannya pada Fandy.
"Kamu juga makan," ucap Fandy.
"Sebelum kesini tadi aku sudah makan, kak."
Syera memperhatikan wajah Fandy yang mulai mengunyah makanan. Memandangi pria itu lekat-lekat. Pria yang biasa dilihatnya menggunakan jas saat sedang bekerja namun kini hanya memakai kemeja putih dimana kedua lengan tangan kemeja itu digulungnya hingga mencapai siku.
Fandy merasa sedikit aneh melihat Syera memandanginya begitu serius. Ingin bertanya namun mulutnya penuh dan mengunyah makanan.
Semua makanan yang dibawa Syera habis dibuat Fandy. Syera dengan lihai membuka tutup botol minuman air mineral miliknya dan menyerahkannya pada Fandy.
"Kamu kenapa lihatin aku serius banget?" tanya Fandy setelah menghabiskan setengah dari isi botol minuman yang tadinya berisi penuh.
"Aku cuman lagi mikir aja, kak."
"Mikir apa?"
"Dari banyaknya orang di dunia ini kenapa aku harus ada di keluarga Suntama."
"Kalau bukan keluarga Suntama kita nggak bakalan ketemu."
"Hahaha... Iya, sih. Salah satu yang aku syukuri bisa ketemu sama kak Fandy. Dari awal kak Fandy sudah baik dan perhatian sama Syera. Maafin Syera kalau sudah banyak nyusahin kak Fandy."
"Enggak, kok. Aku senang bis ketemu kamu."
"Syera juga senang, kak. Syera sudah anggap kak Fandy seperti kakak kandung Syera selama ini."
"Jangan! Nggak boleh."
"Kenapa, kak Fandy nggak suka punya adik seperti aku?" Syera cemberut memanyunkan bibirnya.
Hahaha...
Fandy tertawa dan mengacak rambut Syera namun kembali ia merapikannya.
"Sudahlah. Lebih baik sekarang kamu pulang karena jam istirahat kak Fandy sudah hampir habis," ucap Fandy lalu berdiri dan membernarkan pakaiannya.
Syera masih duduk dan terdiam. Menyadari hal itu Fandy kembali duduk dan mengangkat kepala gadis yang menunduk itu. Fandy tersenyum melihat raut wajah Syera.
"Kamu tahukan kalau kak fandy juga sayang sama kamu? Aku sayang sama kamu dan akan selalu begitu. Paham?"
Syera mengangguk paham sambil membereskan kotak bekas makan yang tadi ia bawa. Karena tidak ingin mengganggu jam kerja Fandy, tanpa berlama-lama Syera pun pergi dari sana.
..........
Syera memutuskan kembali ke restoran namun sebelum itu ia mengendarai sepeda motornya menuju bar tempat mami Jelita. Semenjak putus kuliah dia tidak pernah mengunjungi wanita itu.
Sebelum tiba dari kejauhan ia menangkap sebuah kerumunan di depan pintu masuk bar itu. Ada beberapa orang berbadan besar sedang sibuk mengeluarkan barang-barang dari dalamnya.
Setelah memarkirkan motornya Syera seperti orang bingung berjalan dan hendak masuk ke dalam menemui mami jelita.
saat akan masuk ia mendengar suara yang tak asing baginya sedang menangis memohon.
"Tolong tuan, tolong jangan lakukan ini. Jangan keluarkan semua barang-barang di dalam ini. Kasih kami waktu untuk mencari tempat lain dan mengemasi barang-barang dulu," tangis mami Jelita menarik-narik tangan salah seorang pria yang mengeluarkan satu persatu barang yang ada di bar.
"Mami...!" panggil Syera dari arah pintu masuk.
Mami Jelita menoleh ke arah Syera namun ia kembali mencoba mencegah dan memohon pada pria-pria yang mengeluarkan dan melempar kursi dan meja keluar begitu saja.
"Tolong katakan pada bos kalian untuk memberiku waktu setidaknya selama tiga hari. Aku pasti akan membersihkan tempat ini. Tolong... Tolong katakan pada pak Suntama," mohon mami Jelita mengiba.
DUAR...
Bukan main terkejutnya Syera saat mami Jelita menyebut nama Suntama. Syera begitu takut jika Suntama yang dimaksud mami Jelita adalah orang yang ada dipikiran Syera.
"Syera, tolong bantu mami. Bilangin sama mereka untuk kasih waktu. Atau... atau kamu pergi temui pak Suntama dan memohon sama dia, sayang."
Mami Jelita menangis memohon dilantai sedangkan Syera seakan pikirannya kosong melihat satu per satu meja, kursi dan barang-barang di lemparkan keluar.
Bunyi ponsel seorang pria yang akan mengangkat sebuah meja bundar menyadarkan Syera.
"Baik, tuan. Akan kami lakukan seperti yang anda minta," ucap si pria itu yang begitu jelas di dengar Syera.
Syera merampas ponsel itu namun sayangnya sambungan telepon sudah terlebih dahulu terputus. Si pria itu dengan cepat mengambil kembali ponselnya dengan kasar.
Syera mendekati mami Jelita, memeluk wanita itu meski ia ingin sekali bertanya apa yang sedang terjadi. Rasa penasarannya langsung terjawab karena mami Jelita langsung menceritakan apa yang terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Jeki
syera, nama kamu cantik loh🥰
2022-10-30
2
Kamu suka sama Syera ya Fandy?
2022-08-20
2
Siapa Aku
kenapa tidak boleh? Apa jangan-jangan selama ini Fandy suka sama syera?
2022-08-20
2