Sebuah pesawat dari negara X tiba di bandara terbesar ibukota. Untuk pertama kalinya setelah tujuh tahun dia kembali menginjakkan kakinya di tanah kelahirannya. Dari bandara bukannya pulang ke rumah ia justru menuju ke sebuah apartemen.
Ya. Leo kembali meski sebenarnya ia masih belum siap.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Leo pada Bima yang juga ikut bersamanya.
"Gadis itu baru saja selesai ujian untuk naik semester lima. Dia kuliah di kampus xxx karena mendapat beasiswa. Sejak lulus SMA dia bekerja paruh waktu di sebuah restoran sebagai pramusaji. Tidak punya banyak teman dan setiap....."
"Apa aku memintamu memberitahu hal seperti itu mengenainya? Tidak penting untukku apa yang dilakukannya," sarkas Leo tak suka akan penuturan Bima.
"Maaf tuan tapi saya rasa anda perlu mengetahui yang satu ini. Dua atau tiga kali dalam sebulan dia pasti mengunjungi sebuah bar."
"Bar? Maksudmu?" Leo penasaran dengan perkataan Bima.
"Iya, tuan. Mami jelita adalah nama wanita yang selalu dia temui di sana. Wanita itu yang merawatnya sejak kecil sampai hari dimana dia akhirnya berada di keluarga Suntama hingga sekarang."
"Benarkah?"
Leo menyunggingkan senyum, entah apa yang ada di pikirannya. "Cari tahu siapa wanita yang bernama mami Jelita itu dan apa hubungannya dengan ibu kandungnya."
"Baik, tuan. Apa tidak lebih baik kalau tuan dan gadis itu melakukan tes DNA? Pak Ferdy hanya mengecek golongan darah dan kebetulan hasilnya sama. Ada banyak ribuan bahkan jutaan orang yang memiliki golongan darah yang sama di dunia ini, tuan."
"Menyetirlah dengan baik, aku Lelah dan ingin istirahat."
Leo menutup mata dan menyandarkan kepalanya kebelakang. Ia memikirkan saran yang dikatakan Bima. Bukan tidak pernah terpikir olehnya untuk melakukan tes DNA. Hanya saja dia khawatir jika hasilnya benar-benar menunjukkan Syera adalah anak papanya juga maka itu akan membuat hati mamanya semakin sakit dan hancur. Itulah sebabnya dia tidak ingin melakukan tes DNA.
Tiba di apartemen Leo membuka kembali ponsel lamanya, ponsel yang dulu ia gunakan sebelum pergi ke luar negri.
Dia tersenyum melihat satu persatu foto yang tersimpan. Kenangan akan seseorang kembali bergelayut dalam pikirannya. Wallpaper ponsel itu masih menggunakan foto yang sama. Foto yang diam-diam diambilnya dimana seorang gadis sedang menggigit sebuah es krim.
Dia tersadar dari lamunannya saat mengingat jika gadis itu sudah tidak akan pernah bisa ia dapatkan dalam hidupnya. Leo mematikan kembali ponsel lamanya dan kembali pada kenyataan.
..........
Dalam sebuah bar seorang wanita paruh baya berjalan mengelilingi meja para tamu yang sedang asik bercengkrama sambil meneguk minumannya. Wanita itu berjalan begitu sensual sambil melempar senyum menggoda kepada para tamu. Mami Jelita menyapa satu persatu pelanggan setianya.
Dari tempatnya berdiri ia melihat sosok gadis yang begitu menggemaskan. Gadis itu tersenyum melambaikan tangannya pada mami Jelita.
Hem... Anak itu memang keras kepala. Sudah dibilangin jangan datang kesini lagi tapi tetap saja datang.
"Apa kau akan terus begini, ha? Aku sudah bilang jangan datang menemuiku disini, kita bisa bertemu di luar kalau kau perlu denganku."
"Syera hanya rindu pada mami."
"Benarkah?" Mami jelita memanyunkan bibirnya. "Memangnya kakakmu yang bernama Fandy itu dimana?" sungutnya menuntun Syera ke salah satu meja kosong.
"Apa mami marah karena aku jarang ngunjungi mami?" tanya Syera merangkul lengan maminya.
Tak tahan dengan tatapan mata Syera membuat mami Jelita akhirnya luluh. Wanita itu membawakan satu botol minuman ringan untuk diberikan pada Syera.
Tak banyak yang mereka bicarakan, hanya saling melepas rindu sambil membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan keseharian mereka. Meski bukan wanita yang melahirkan Syera namun mami Jelita begitu menyayangi Syera. Terkadang ia merasa kasihan pada Syera karena harus dibesarkan oleh seorang wanita yang bekerja di tempat hiburan malam namun ia juga sangat bersyukur karena Syera sudah banyak merubah kehidupannya.
Seorang pria bertubuh tambun menghampiri keduanya dengan seringai di wajah. Duduk tepat di samping mami Jelita dan melirik Syera dari ujung kepala hingga ujung kaki.
Mami Jelita paham apa yang dipikirkan pria itu, membuatnya memandang sinis pada si pria.
Pria itu menaik turunkan alisnya pada mami Jelita dan mengedipkan matanya.
"Apa kau pikir semua wanita yang ada disini adalah sama, hah?" sinis mami Jelita. "Apa kau pelanggan baru hingga tidak tahu gadis di depanmu ini siapa?"
Seorang bartender yang mendengar mami Jelita berbicara dengan menaikkan suaranya menghampiri pria tambun itu dan membisikkan sesuatu.
"Gadis itu putrinya. Sekali kau sentuh maka pulang dari tempat ini milikmu yang akan disentuh wanita itu menggunakan gergaji."
Pria tambun itu menelan ludahnya dan pergi meninggalkan mereka. Mami Jelita menyunggingkan senyumnya menyaksikan pria tambun itu tergesa-gesa meninggalkan bar.
..........
Malam ini Leo mengunjungi mamanya yang selama ini begitu ia rindukan. Tanpa basa-basi dengan para satpam dan pelayan, Leo menuju kamar mamanya dan masuk setelah mendapat izin. Mami jelita begitu kaget sekaligus bahagia melihat Leo yang kini berada di hadapannya bahkan berada diperlukannya. Mama Mila menangis bahagia akhirnya Leo kembali pulang.
Lama mereka saling melepas rindu. Meski selama diluar negeri Leo selalu menelpon mamanya dan melakukan panggilan video namun rasanya begitu berbeda saat bertatap muka secara langsung.
Selesai menemui mamanya, Leo menuju kamar miliknya yang dulu dia tempati. Leo membuka pintu kamar. Semuanya masih sama seperti saat dia tinggalkan dulu. Tidak ada yang berbeda, bahkan posisi barang-barang yang menjadi koleksinya berada ditempat yang dia letakkan.
Leo merebahkan tubuhnya sesaat dan kembali untuk menemui mamanya. Leo akan kembali ke apartemen miliknya dan menghadiri satu acara.
Sebelum pergi Leo ke dapur karena merasa haus. Syera yang juga baru selesai menyantap makan malam di kamarnya berjalan ke dapur untuk meletakkan piring dan cangkir ke dalam wastafel.
PRANGGG...
Syera terkejut hingga alat makan ditangannya terlepas dan jatuh kelantai. Untung saja piring dan cangkir yang dia gunakan terbuat dari bahan melamin sehingga tidak membuatnya langsung pecah. Buru-buru Syera mengambilnya namun karena begitu gugup piring ditangannya kembali jatuh.
Melihat Syera seperti itu membuat Leo tersenyum kecut pada gadis itu. Sambil meneguk air Leo bersandar pada lemari es.
"Apa kau sedang melihat hantu?" tanya Leo sinis. "Seingatnya hanya ada empat pelayan dirumah ini, dua wanita dan dua pria. Dan seingatku bibi Retno juga tidak punya anak perempuan," lanjutnya.
Tak tahu harus berkata apa, Syera hanya diam menunduk memegang cangkir ditangannya. Ia memainkan kedua jempolnya karena gugup bercampur takut.
"Apa kau pelayan baru keluarga Suntama?"
Syera menatap Leo, ia tidak marah dengan kata pelayan dan seolah tidak mengenalnya namun ia tidak menyangka akan merasa sesakit itu saat mendengarnya.
"Apa kau berencana untuk tinggal disini selamanya?" meletakkan botol minum ditangnya begitu kuat ke atas meja. Syera bergidik, mengangkat kedua bahunya kembali terkejut.
Tak sedikit pun Syera bergeming dari tempatnya. Ia sadar akan posisinya yang tak jelas dalam keluarga Suntama.
"Kau sudah bukan anak kecil lagi. Kau pasti tahu apa yang seharusnya kau lakukan!" tegas Leo.
Leo berlalu meninggalkan Syera yang membisu. Pertemuan pertamanya setelah tujuh tahun lalu membuat Leo tak menyangka jika gadis remaja yang dulu ia temui kini sudah tumbuh dewasa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 102 Episodes
Comments
Pertemuan kembali setelah beberapa tahun. Pasti Syera kaget banget tiba-tiba ketemu
2022-08-20
1
Siapa Aku
aku yakin jantungnya si syera hampir melompat tuh sangkin terkejutnya
2022-08-20
1
Nengah Oka
up ya gk setiap hari,
sekali up fikiy banget kak
2022-08-07
1