RUMAH Pondok kayu berdinding bilik anyaman bambu itu nampak menyeramkan jika dilihat dari depan. dikiri dan kanan dekat pintu masuk nya ada obor yang menyala dan ada tengkorak kepala kambing yang menempel di atas pintu rumah tersebut. Lastri mendekam lengan suami nya itu karena ia merasa takut, tetapi Wahyu tetap membujuk istri nya untuk tetap ikut.
"ayo sayang kita masuk."
"aku takut sayang!"
"kamu mau aku tinggal disini!?" Lastri pun menggelengkan kepala nya.
"yasudah ayo maka nya ikut aku ke dalam." maka Lastri pun tak bisa mengelak nya lagi.
Wahyu dan Lastri tiba didepan pintu rumah itu dan baru saja ia mau mengetuk pintu nya terdengar suara lelaki setengah tua menyuruh mereka masuk.
"masuklah, pintu nya tak dikunci." Wahyu dan istri nya saling tatap, kemudian mereka membuka pintu rumah pondok kayu tersebut. wewangian kemenyan sudah mulai tercium menyengat dihidung mereka, mereka berdua terus saja berjalan hingga sampai didepan seorang lelaki setengah tua yang sedang duduk bersila. badan dukun itu tak terlalu kurus dan berpakaian hitam serta memakai blankon seperti dukun pada umum nya. didepan nya banyak sesajen berupa bunga, buah-buahan, kemenyan yang dibakar dan lintingan tembakau. ada juga kendi berbentuk periuk yang berisi air dan rendaman kembang tujuh rupa.
Dukun itu bergumam pelan menatap cantik nya Lastri dan kemudian menatap wajah Wahyu,
"sudah lama kau tak datang kembali kemari lagi mas Wahyu. apa kabar mu?" Lastri dan Wahyu saling tatap karena dukun itu tahu akan nama Wahyu.
"ba..baik Ki" ujar Wahyu gugup dan dukun itu berkata lagi,
"seperti nya kau masih ada dalam pengaruh gendam ku mas Wahyu, jadi kau tak mengingat sama sekali tentang ku dan hubungan mu dengan ku. apa kau masih ingat kapan kamu terakhir datang kemari???" tanya dukun itu lagi dan Wahyu mengerutkan dahi nya.
"aku rasa, aku belum pernah datang kemari Ki." ujar Wahyu tetap tak ingat. istri nya masih terdiam mengartikan obrolan suami nya dan dukun itu.
"hmm baiklah, aku akan menarik gendam itu dari dalam pikiran mu." lalu dukun itu menyuruh Wahyu untuk memejamkan mata nya.
"pejamkan mata mu." Wahyu pun menuruti nya. Lastri masih terdiam ketika dukun itu bangun mendekati suami nya,
"mau kau apakan suami ku itu kang?"
"lihat saja nanti cah ayu." ujar dukun itu dan dukun itu lalu mengusapkan air yang ada dikendi yang sudah bercampur dengan kembang tujuh rupa itu.
Wahyu seketika itu juga badan nya langsung lemas dan pingsan. badan nya ditahan oleh dukun itu ketika jatuh dan tak lama Wahyu pun bangun lagi.
"aduh kepala ku sakit sekali." ujar nya seraya mengibaskan kepala nya.
"kamu tak apa-apa sayang?" tanya Lastri.
"tak apa-apa kok sayang." ujar Wahyu yang kini sudah tak meringis kesakitan lagi.
"bagaimana? apa kau sudah ingat?"
"sudah Ki Baron. maaf kan aku yang baru datang kemari lagi." ujar Wahyu menunduk meminta maaf kepada dukun itu.
"tak apa-apa mas Wahyu. lalu bagaimana sekarang? apa kau sudah mendapatkan apa yang kamu inginkan selama ini???"
"sudah Ki Baron." ujar Wahyu sopan dan istri nya pun mendadak heran dengan sikap suami nya yang berubah itu.
"hmmm baguslah. aku ikut senang mendengar nya. tetapi, apa kau juga sudah siap akan resiko nya telah kau sepakati itu? kau masih ingat kan perjanjian pesugihan itu, mas Wahyu?" Wahyu menatap istri nya yang kaget itu dan istri nya bertanya.
"Pesugihan!? jadi selama ini kau telah melakukan pesugihan!? sejak kapan kau melakukan nya hah!?"
"aku bisa jelaskan sayang." ujar Wahyu berusaha menenangkan istri nya.
"aku pikir kamu kaya karena kamu adalah seorang lelaki yang mapan dari pekerjaan nya! ternyata selama ini kau telah melakukan pesugihan dengan dukun ini! pantas dirumah banyak sekali mahluk-mahluk halus yang menganggu kita! ternyata itu semua berasal dari ulah mu brengsek! hixhixhix" ujar Lastri marah mengemukakan uneg-uneg nya seraya menitikan air mata nya.
"tenang sayang! aku bisa jelaskan!" Lastri tak mendengarkan ucapan Wahyu, ia kemudian segera bangun dari duduk nya dan keluar dari rumah dukun itu.
"tunggu sayang kau mau kemana!?" teriak Wahyu yang mengejar istri nya keluar rumah itu.
"aku mau pulang ke rumah orang tuaku! hixhix!" ujar Lastri menangis sambil berlari. Wahyu telat mengejar istri nya, karena istri nya sudah masuk ke dalam mobil dan mengendarai mobil itu sendiri.
"tunggu Lastri! kau belum lancar mengemudi!" teriak Wahyu yang mengejar laju cepat mobil yang dikendarai istri nya itu.
"tunggu Lastriiiii! kurangkan kecepatan mu!" baru saja Wahyu berteriak seperti itu, mobil yang dikendarai Lastri pun menabrak pohon besar dengan keras.
brummm!! ckiiiit!! brakkkkkk!
"Lastriiii....!" teriak Wahyu ketika melihat mobil yang dikendarai istri nya itu menabrak sebuah pohon besar.
Wahyu berlari menghampiri mobil tersebut dan ia sempat terjatuh lemas. ia lalu segera membuka pintu kemudi mobil tersebut dan mendapati wajah Lastri berlumuran dengan darah.
"Lastri sayang bangunlah!" teriak Wahyu yang mencoba menyeret tubuh Lastri keluar dari dalam mobil. badan Lastri yang sedang hamil muda itu terhimpit badan depan mobil dan membuat kandungan dirahim nya pecah dari dalam.
Darah keluar tak henti-henti nya dari dalam lubang peranakan nya itu. wajah Lastri pun nampak penuh dengan darah, karena kepala nya tertancap pecahan kaca depan mobil. mata Lastri melotot dan mulut nya menganga seakan ingin mengucap kata terakhir nya,
"ma..mafkan.., ak...,ku..., sa...yang!" setelah Lastri bersusah payah berkata begitu, tak lama ia mengejang kaku sampai tak bisa bernapas lagi.
"Lastri bangun sayang! Lastri bangun!" ratap Wahyu menangis histeris sejadi-jadi nya karena ia telah menyadari bahwa istri nya itu telah tiada.
"Lastriiiiiiii!" teriak Wahyu dan setelah itu ia menangis meratapi kesedihan atas meninggal nya istri yang sangat ia cintai itu.
"hixhixhix maafkan aku Lastri..., aku menyesal karena telah melakukan pesugihan ini dengan tumbal nyawa mu. hixhixhix!" ratapan penyesalan dari Wahyu itu tak bisa mengubah penyesalan nya yang sudah terlanjur itu.
Dukun yang menjadi perantara di balik pesugihan Wahyu dengan Genderuwo pun sudah ada dibelakang Wahyu yang masih meratapi kematian istri nya itu.
"kau harus terima kenyataan ini mas Wahyu. kau tak perlu menyesali nya, karena itu adalah sumpah janji mu ketika kau melakukan perjanjian pesugihan itu dengan nyawa istri mu. seperti yang sudah aku katakan dulu kepada mu, jangan bermain-main dengan yang nama nya Tumbal Pesugihan. sekarang kau lihat sendiri bukan? tumbal Pertama mu itu telah datang dengan cara kematian istri mu yang seperti ini." ujar sang dukun kepada Wahyu dan Wahyu tetap menangisi istri nya yang telah tiada itu.
...*...
...* *...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments