CHAPTER 17

...***...

...Di istana....

Tiba-tiba saja Selir Indraswari Jayanti datang menemui Ratu Agung Selendang Merah. Tentunya itu menjadi tanda tanya besar, tidak biasanya ia datang ke istana hanya untuk menemui Ratu Agung Selendang Merah.

"Salam hormat hamba ibunda." Ratu Agung Selendang Merah memberi hormat pada mertuanya.

"Heh!. Tidak usah kau beramah tamah padaku." Dengan sinisnya ia berkata seperti itu. "Katakan dimana keberadaan anakku sekarang!. Berani sekali kau menyembunyikan keberadaan anakku dariku!. Kau pikir kau siapa hah?!." Ia terlihat sangat marah karena ia tidak bisa bertemu dengan anaknya.

"Maaf ibunda. Saya tidak bisa mengatakan pada ibunda dimana keberadaan rakanda raja agung saat ini. Sungguh maafkan saya." Ratu Agung Selendang Merah kembali memberi hormat, ia tidak akan mengatakannya.

"Kau memang sangat lancang!. Kenapa kau tidak mengizinkan aku bertemu dengan anakku sendiri!." Dengan perasaan yang sangat marah luar biasa ia mendekati Ratu Agung Selendang Merah, ia gebrak kuat meja itu.

BRAKH!.

Dengan sekuat tenaga ia gebrak meja itu, ia lampiaskan amarahnya dengan menggebrak meja.

"Apakah seperti itu caramu berbicara dan bersikap pada ibunda mertuamu?!. Kau pikir kau ini siapa?!." Ia tidak dapat menahan lagi amarahnya.

"Selama ini saya telah bersikap baik pada ibunda, akan tetapi ibunda selalu saja memperlakukan saya dengan tidak baik. Jadi jangan salahkan saya hanya karena saya terkesan tidak menghormati ibunda." Balas Ratu Agung Selendang Merah dengan santainya. Ia tidak ingin meladani kemarahan Selir Indraswari Jayanti.

"Aku akan mengajukan permohonan pada dewan agung. Aku akan menuntutmu, karena kau telah menyembunyikan anakku." Selir Indraswari Jayanti mengancam Ratu Agung Selendang Merah.

"Lakukan saja, jika ibunda bisa melakukannya." Dengan santainya ia berkata seperti itu, dan ia sama sekali tidak takut dengan ancaman itu, justru ia malah menopang dagunya dengan santainya.

"Hawa kedua wanita ini sangat tidak enak sama sekali." Dalam hati Penasehat Raja Agung Dewandaru bergidik ngeri. Ia hanya bisa menyimak saja apa yang mereka bicarakan, karena ia sama sekali tidak berani mengganggu percakapan itu.

"Kau akan merasakan akibatnya, jika kau berani berbuat yang macam-macam pada anakku." Lagi,  Selir Indraswari Jayanti mengancam Ratu Agung Selendang Merah.

"Ibunda tidak usah mengancam dengan kata-kata yang tidak berguna." Bisiknya sambil mendekati Selir Indraswari Jayanti. Tepat di telinganya ia berbisik sesuatu. "Apakah ibunda lupa dengan pembantu yang ibunda suruh untuk memberikan minum rakanda gusti raja agung?. Apakah ibunda pikir saya tidak mengetahui, jika minuman itu ada racunnya?. Apakah ibunda ingin aku mengatakan dewan pengadilan, jika yang memberi racun itu adalah ibundanya sendiri?." Bisiknya sambil menahan perasaan sakit hati yang sangat luar biasa.

Deg!!!.

Selir Indraswari Jayanti sangat terkejut dengan apa yang ia dengar. "Kurang ajar!. Tidak mungkin dia mengetahui apa yang terjadi pada saat itu." Dalam hatinya mulai panik ketika ia mendengarkan ucapan itu.

"Sebaiknya ibunda tidak perlu mencemaskan keadaan rakanda gusti raja agung. Justru saya menyelamatkannya dari orang-orang yang ingin membunuhnya." Ia kembali berkata dengan santainya. Ia tidak pernah menduga sebelumnya, jika raut wajah Selir Indraswari Jayanti terlihat sangat ketakutan dengan apa yang ia ucapkan..

"Heh!." Selir Indraswari Jayanti berusaha untuk menahan dirinya. "Aku akan membunuhmu juga. Akan aku pastikan, jika kekuasaan istana serta kerajaan ini jatuh pada anakku yang paling aku cintai." Di dalam hatinya mencoba untuk tidak terpancing amarah yang akan merugikan dirinya sendiri. Setelah itu ia meninggalkan ruangan itu tanpa banyak bicara.

Brakh!!!.

Terdengar suara bantingan pintu yang sangat keras saat Selir Indraswari Jayanti meninggalkan tempat.

"Su-sunguh wanita yang sangat mengerikan." Penasehat Raja Agung Dewandaru hampir saja tidak bisa bernafas karena melihat betapa mengerikannya hawa yang dipancarkan oleh Selir Indraswari Jayanti tadi.

"Abaikan saja." Dengan cueknya Ratu Agung Selendang Merah berkata seperti itu. "Bahkan ketika aku menikah dengan rakanda gusti raja agung satu tahun yang lalu, ia sama sekali tidak peduli." Ia juga berusaha untuk menahan dirinya untuk tidak membunuh wanita yang menjadi mertuanya itu?. "Tapi sekarang dia datang padaku, ingin mengetahui keberadaan anaknya?. Benar-benar membuatku naik darah." Ratu Agung Selendang Merah tidak akan membiarkan siapapun juga mengetahui keberadaan Raja Agung. Bahkan ibundanya kandungnya sendiri, karena akan berbahaya untuk keselamatannya.

"Hamba yakin mereka tidak akan menyerah begitu saja gusti ratu." Penasehat Raja Agung Dewandaru tidak nyaman sama sekali. "Hamba harap gusti ratu agung berhati-hati. Cepat atau lambat mereka juga akan menyingkirkan gusti ratu agung dari istana ini." Itulah ia takutkan ketika mereka lengah.

"Tidak apa-apa, jika mereka mengincar ku, asalkan mereka tidak menyingkirkan rakanda gusti raja agung." Hanya itu yang diharapakan Ratu Agung Selendang Merah.

"Itu artinya gusti ratu agung sengaja membahayakan diri gusti ratu agung, demi melindungi gusti raja agung?. Itu sangat berbahaya sekali." Penasehat Raja Agung Dewandaru sangat mengkhawatirkan keadaan Ratu Agung Selendang Merah. "Mereka tidak akan membiarkan gusti ratu agung menjaga istana ini, sementara waktu pemulihan raja agung." Lanjutnya lagi. Perasaan cemas yang ia rasakan sangat mendalam, juga rasa simpati yang ia miliki saat ini.

"Tenang saja, aku yakin semuanya akan berjalan dengan baik. Segera mungkin aku harus mencari cara untuk mengembalikan kekuatan rakanda gusti raja agung." Saat ini, hanya itu harapannya.

Apakah ia akan berhasil melakukannya?. Bagaimana dengan orang-orang yang sama sekali tidak menginginkan dirinya menggantikan Raja Agung?. Bagaimana caranya ia mengatasi masalah itu?. Hanya waktu yang akan menjawab semuanya.

...***...

Jendral Kuasa dan Mentri Keuangan Jibat saat ini sedang menyamar menjadi rakyat biasa. Seperti yang dikatakan Lukita, saat ini mereka harus berpenampilan berbeda, jika mereka tidak ingin mendapatkan masalah yang lebih besar lagi.

"Apakah benar kau telah mengetahui siapa yang telah mengambil uang dari kas keuangan negera nona?." Menteri keuangan Jibat bertanya kembali, ia hanya tidak ingin tertipu dengan ucapan seseorang. Saat ini menggunakan nama samaran, namanya adalah Cibatu.

"Ya, saya memang mengetahuinya." Ia menganggukkan kepalanya. Matanya juga menatap Jendral Kuasa yang juga menyamar, dan menggunakan nama Rembung. "Tapi kita harus mencari keberadaan orang yang telah menyerang, serta membunuh penduduk kumuh saat itu." Lanjutnya.

"Apakah kau memiliki petunjuk tentang itu?. Bisakah kau mengatakannya?. Aku akan membantumu." Rembung sangat ingin mendengarkan penjelasan dari Lukita.

"Ya. Tentu saja aku memiliki petunjuk tentang itu." Lukita mengeluarkan sebuah senapan api. Senjata yang digunakan orang yang telah membunuh orang-orang kawasan kumuh.

Bagaimana tanggapan Rembung dan Cibatu?. Apakah yang akan mereka lakukan selanjutnya?. Waktu yang menjawab semuanya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!