CHAPTER 20

...***...

Ratu Agung Selendang Merah sedang berada di bagian Utara istana. Ia sedang menimbang, apakah masalah orang-orang yang memicu perang antara bangsawan dengan kawasan kumuh akan segera ia selesaikan?.

"Bagaimana menurutmu dewandaru?. Apakah ini saat yang tepat?. Aku memanggil mereka untuk mempertanyakan pada mereka?. Apakah mereka mau berkata jujur padaku atau tidak?. Aku ingin mendengarnya langsung dari mereka." Ratu Agung Selendang Merah mencoba untuk memikirkan apakah ini saatnya?.

"Menurut hamba ini adalah waktu yang sangat tepat." Balasnya dengan senyuman ramah. "Karena jika dibiarkan terlalu lama, hamba takut mereka segera menyadarinya. Apalagi ketika gusti ratu agung mengatakan akan memberikan surat pada mereka." Penasihat Raja Agung Dewandaru terlihat sedang berpikir. "Hamba yakin mereka juga tidak sabar menunggu siapa yang akan gusti ratu berikan surat." Entah kenapa ia malah berpikiran seperti itu. "Tapi cara ratu menemukan siapa pelakunya lumayan unik juga. Belum ada yang melakukan itu sebelumnya. Bahkan gusti raja agung tidak melakukannya." Penasihat Raja Agung Dewandaru benar-benar kagum dengan apa yang dilakukan oleh Ratu Agung Selendang Merah. Cukup lama ia menjadi penasihat Raja namun ia tidak pernah melihat cara yang seperti itu. "Sungguh sangat luar biasa sekali gusti ratu agung." Penasihat Raja Agung Dewandaru mengacungkan kedua jempolnya ke arah Ratu Agung Selendang Merah.

"Baiklah, jika memang seperti itu. Kita harus segera bergerak." Ratu Agung Selendang Merah hanya tersenyum kecil menanggapi itu. "Aku tidak mau lagi menunggu. Apalagi orang suruhan ku saat ini tidak ada di kawasan kumuh." Itulah yang ditakuti Ratu Agung Selendang Merah?. "Aku takut mereka semakin berbuat sesuka hati. Ditambah jendral kuasa sedang melakukan penyelidikan bersama mereka tentang kasus pembunuhan sadis itu." Sebagai pengganti Raja Agung untuk sementara, tentunya ia sangat khawatir dengan apa yang akan terjadi.

"Kalau begitu hamba akan menuliskan nama-nama mereka di gulungan surat pengantar. Hamba akan memerintahkan beberapa orang untuk mengantarnya pada mereka." Penasihat Raja Agung Dewandaru memberi hormat, setelah itu ia pergi meninggalkan ruangan itu. Tentunya untuk melakukan perintah Ratu Agung Selendang Merah.

"Tidak akan aku biarkan kalian berbuat sesuka hati kalian, sedangkan rakanda gusti raja agung saat ini sedang menderita karena ulah kalian semua." Ada perasaan marah yang ia rasakan saat ini. Ia tidak akan memaafkan mereka yang telah mencelakai orang yang paling ia cintai di dunia ini. "Semoga saja mereka bisa melakukannya dengan baik. Aku sangat muak dengan apa yang telah mereka lakukan selama ini." Dalam hatinya mencoba untuk menahan amarah yang sedang membara di dalam dirinya.

Apakah Ratu Agung Selendang Merah mampu melakukannya?." Simak terus ceritanya.

...***...

Sementara itu di kediaman Menanti.

Lukita, Rembung, dan Cibatu saat ini sedang mendengarkan arahan dari Teru Menanti. Salah satu putra dari Merekah Menanti saat ini sedang memberikan arahan pada mereka.

"Nama hamba lukita tuan. Hamba memiliki kemampuan membunuh dari jarak jauh." Lukita mengatakan kemampuan yang ia miliki. Dan ia memberi hormat pada Teru Menanti.

"Ho?. Kemampuan yang sangat menarik sekali. Hebat!." Teru Menanti merasa tertarik dengan kemampuan yang dimiliki oleh Lukita. "Sangat jarang ada yang seperti itu." Lanjutnya penuh dengan kekaguman.

"Hamba akan melakukan apapun yang anda inginkan tuan." Lukita berkata seperti itu seakan-akan ia memang meyakinkan Teru Menanti bahwa ia adalah budak yang akan mematuhi semua perintah tuannya.

"Itu yang paling aku harapkan." Senyumannya semakin lebar, dan suasana hatinya semakin membaik. "Lalu bagaimana dengan kalian berdua?. Kemampuan apa yang kalian miliki?. Sehingga kalian lolos dalam kualifikasi itu?." Tentunya ia ingin mengetahui dan mendengarkan penjelasan dari kedua anggota pembunuh bayaran yang mereka cari sebelumnya.

"Nama hamba adalah rembung. Meskipun tidak banyak kemampuan yang hamba miliki, tapi hamba bisa mengendalikan senjata yang musuh miliki, hingga mereka saling membunuh satu sama lain, atau membunuh orang yang menggunakan senjata yang ada di tangannya." Rembung mengatakan kemampuan yang ia miliki. Ya, kemampuan yang tidak pernah ia tunjukkan pada siapapun juga.

"Ahaha!. Kemampuan yang sangat luar biasa." Teru Menanti malah tertawa mendengarkan kemampuan itu. "Tidak menyangka aku akan mendapatkan anak buah yang sangat menarik seperti kau rembung!." Ia menepuk pundak Rembung. Gairah di dalam dirinya semakin bergejolak. "Tidak salah aku mengadakan sayembara itu." Ya, ia melakukan itu karena anak buahnya yang sebelumnya tewas dibunuh seseorang yang sangat kuat.

"Hamba akan melakukan apapun yang tuan minta." Ia memberi hormat.

"Ya, itu yang aku harapkan. Aku tidak sabar untuk menunggunya." Senyumannya semakin lebar, ia sangat senang mendapatkan anak buah yang kuat seperti itu?. "Lalu bagaimana denganmu?. Kemampuan apa yang kau miliki?. Katakan padaku." Kali ini ia melihat ke arah Cibatu.

"Haik!." Cibatu segera memberi hormat. "Nama hamba cibatu. Kemampuan hamba dapat membunuh seseorang dengan jarum besi yang hamba tambahkan dengan racun. Kekuatan ini sangat berguna disaat terdesak. Hamba pernah membunuh lima orang prajurit yang terus mengejar tuan hamba yang sebelumnya dengan menggunakan jarum racun kalajengking ini." Ia menunjukkan beberapa jarum hitam yang sangat mengerikan. Jarum yang mengandung racun yang tidak ada obat penawarnya.

"Hahaha!. Sepertinya aku sedang beruntung. Karena memiliki tiga anak buah yang memliki kekuatan yang sangat luar biasa." Ia tidak menduga sama sekali, jika ia akan mendapatkan keberuntungan yang luar biasa seperti ini. "Kalian akan mendapatkan perintah dariku setelah aku memikirkan hal hebat apa yang akan aku lakukan setelah ini." Setelah itu ia berjalan meninggalkan mereka.

"Pergi begitu saja?." Lukita, Rembung dan Cibatu sangat heran dan tercengang dengan apa yang dilakukan oleh Teru Menanti.

"Apaan coba?." Cibatu merasa kesal, ingin rasanya ia menghajar Teru Menanti.

"Tapi siapa yang menduga, jika seorang menteri keuangan memiliki kemampuan seperti itu?. Sangat luar biasa sekali." Rembung melirik aneh ke arah Cibatu.

"Heh!." Cibatu memalingkan wajahnya dengan kesal. "Kau pikir hanya seorang jendral saja yang boleh memiliki kepandaian untuk mengalahkan musuh?." Ia menatap kesal ke arah Rembung. "Kau pikir menteri keuangan tidak butuh perlindungan saat memegang uang negara?. Heh!. Banyak sekali yang mengincar nyawaku karena uang yang tidak seberapa itu." Ia hampir mati beberapa kali karena mereka yang merampok di penyimpanan keuangan negara. "Kau pikir menjaga uang negera itu mudah?. Sangat berat, bahkan nyawa sendiri jadi taruhannya." Ia sangat kesal mengingat kejadian yang tidak menyenangkan sejak ia menjadi menteri keuangan.

"Ekhm!." Lukita memberi kode pada keduanya. "Sebaiknya nanti saja membahas masalah itu. Karena kita berada di kawasan musuh. Akan berbahaya jika ketahuan. Maka gusti ratu agung akan menggantung kita di alun-alun kota." Ia kembali mengingatkan mereka. Jangan sampai bertindak sembarangan, jika tidak ingin tugas mereka gagal total.

"Huh!." Keduanya malah saling membelakangi satu sama lain. Sepertinya keduanya saling membenci dari sama lain,tidak bisa akur kah mereka untuk sementara waktu saja?.

"Benar-benar tidak bisa bekerjasama." Dalam hati Lukita merasa kesal dengan apa yang ia lihat. "Mau sampai kapan mereka akan seperti ini?." Ingin rasanya ia menggoreng keduanya sampai gosong menghitam.

Apakah yang akan mereka lakukan setelah ini?. Apakah mereka berhasil melakukan tugas dari Ratu Agung Selendang Merah?. Simak terus ceritanya ya.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!